[5] I'm Alpha's Mate! ✔

By Rakinsavers

4.4M 236K 7.1K

R : 16+ Maaf ceritanya masih belum direvisi. •••• Aku adalah Raisa Swan. Gadis berumur 16 tahun. Aku kelas 2... More

Prolog
one
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Eleven
Twelfth
Casting!
Thirteen
Fourteen
Fiveteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
Thirty One
Thirty Two
Thirty Three
Thirty Four
Thirty Five
Thirty Six
Thirty Seven
Thirty Eight
Thirty Nine
Forty
Forty One
Forty Two
Forty Three
Forty Four
Forty Five
Forty Six
Forty Seven
Forty Eight
Forty Nine
Fifty
Fifty One
Fifty Two
Fifty Three

Ten

105K 6.8K 151
By Rakinsavers

Ada kalanya manusia merasa, "untuk apa aku hidup didunia? Apa aku berguna buat semua orang?" Dan Tuhan berkata, "tanpamu, dunia tidak ada."

~Rakinsavers~

•••••

Raisa's Pov

Dok, bagaimana ini? Raisa belum sadar selama 2 hari?! Aku samar-samar mendengar suara bentakan seseorang. Yah, aku mengenal suara itu.

Tenang Alpha! Sebentar lagi Luna akan sadar. Ucap seseorang sedikit takut. Aku berusaha membuka mataku.

Sabar? Sabar katamu? Sudah 2 hari dia pingsan. Kau bilang sabar?! Nada bicaranya semakin tinggi.

Aku pun berusaha membuka mataku. Menggerakan semua tubuhku secara perlahan. Aku mencium bau obat-obatan yang sangat menyengat.

Dimana aku? Apa aku dirumah sakit?

Aku melihat silauan lampu dan dinding berwarna putih. Aku berusaha bangun. Tapi kepalaku sangat sangat perih.

Aku membuka mataku perlahan. Menetralkan suasana silauan lamu dengan mataku.

"Sayang kamu sudah bangun?" Aku melihat seseorang yang sangat aku kenal dihadapanku.

Tapi berbeda kali ini. Wajahnya seperti tidak terawat. Matanya hitam, dan wajahnya ditubuhi bulu-bulu yang sedikit tebal.

Sangat kacau!

"Peter!" Lirihku yang berusaha mengeluarkan suara. Tenggorokanku sangat sakit dan perih.

"Ya sayang?" Dia menggengam tanganku. Menatapku dengan sendu. Seakan dia sedang membutuhkanku. "Kau sudah sadar?" Sambungnya dengan pelan dan halus.

Aku mengedarkan pandanganku kepenjuru ruangan. Aku melihat seorang dokter dan beberapa pelayan. Tapi mereka aneh. Pakaian mereka berbeda dengan pakaian umum rumah sakit.

"Aku kenapa?" Aku berusaha mengingat kejadian yang aku alami. Aku kenapa? Kenapa aku berada dirumah sakit?

"Kau pingsan sayang! Apa masih sakit kepalamu?" Tanyanya yang sudah mengelus wajahku.

Matanya sangat sendu, berbeda dengan Peter yang aku kenal dulu. Sekarang dia tampak sangat lembut dan sangat kacau.

"Sedikit Peter, tapi aku haus!" Suaraku masih sangat serak. Entah efek sakit ditenggorokanku atau aku baru terbangun.

Peter langsung memgambil segelas air putih dan membantuku untuk minum. Sikapnya sangat lembut dan berhati-hati kepadaku.

Setelah aku minum, aku kembali berbaring. Kepalaku saat aku bangun, masih sangat sakit.

"Kau beristirahatlah sayang! Biar aku menjagamu disini." Peter memberi kecupan dikeningku. Baru pertama kali aku di kecup keningnya oleh seseorang.

Dan seseorang itu adalah seorang Peter Brayden. Pasti banyak yang iri kepadaku.

Aku hanya mengedipkan mata, pertanda aku menjawab 'iya'. Untuk mengangguk saja pun aku tidak bisa.

"Peter!" Aku memanggilnya dengan lembut.

"Ya sayang?" Dia menatapku dengan senyumnya. Senyumnya dan tatapannya sedari tadi tak pernah pudar. Itu membuatnya terlihat lebih tampan dan sexy. Terlebih lagi bulu halus diwajahnya. Errrghhh..

"Terima kasih!" Aku tersenyum kepadanya.

Aku berterima kasih padanya karena dia sudah menolongku. Aku tau dia datang menolongku sebelum aku tidak sadarkan diri akibat benturan tongkat golf ke kepalaku.

"Untuk?"

"Untuk semuanya. Untuk menolongku. Untuk ada saat aku sakit. Untuk membuatku merasa dihargai, disayangi dan dibutuhkan. Walau aku tidak tau kau tulus atau tidak." Aku menitikkan air mata tanpa aku sadari. Aku menangis kali ini. Jujur, aku sangat bahagia karena ada seseorang yang peduli terhadapku.

Peter mengusap wajahku yang keluar air mata. "Ssttt!!! Kau tidak perlu berterima kasih sayang. Dan satu lagi, kamu kekasih aku. Kamu milik aku. Aku tulus memberikan apa yang aku berikan kepada kamu. Karena aku cinta kamu Raisa. Tak kah kau sadari hal itu." Aku sedikit terkejut saat mendengar kata 'karena aku cinta kamu Raisa'.

Apa benar yang dibilang olehnya. Aku berusaha menatap matanya. Mencari kebohongan dimatanya. Tapi nihil, semua matanya berkata bahwa itu semua tulus.

"I knew I loved you before I met you. I have been waiting all my life." Ucapnya sedikit lirih. Tapi kata-kata sangat ambigu.

Apa maksudnya dia mencintaiku sebelum bertemu denganku?

Aku bingung menanggapi semua perkataanya. Seakan banyak misteri yang belum terungkap dari kata-katanya.

"Aku tau kamu bingung. Nanti jika sudah saatnya kau akan mengerti Raisa. Yang terpenting bagimu adalah kesehatanmu." Sambungnya sangat santai dan mendamaikan pikiranku. Seakan kata-katanya mampu menghilangkan semua teka-teki dipikiranku.

"Terima kasih sekali lagi dan..." aku menggantungkan ucapanku dan membuatnya mengerutkan alisnya, "dan membuatmu kacau." Sambungku disertai senyuman.

Dia terkekeh mendengar ucapanku. Seakan dia tau apa yang aku katakan, "not what a pity. I'm okay when you're healthy again. Get well soon, dear!" Peter mengelus rambutku dan tersenyum.

Aku pun balik tersenyum. Yah, Tuhan terima kasih kau telah mengirimkan malaikat kepadaku. Betapa senang dan bahagianya aku. Apa bisa aku bersatu dengannya? Terlebih umur kami terlampau jauh.

Apa aku sudah mencintainya? Entahlah. Aku berharap ya. Sekarang ada yang aku takutkan. Aku takut kehilangannya.

"You're my angel Mr. Old." Dia tersenyum dan langsung mencolek hidungku.

"And you're my life Ms. Little girl." Aku terkekeh mendengar ucapannya.

Little girl? Tidak buruk.

•••••

Sudah tiga hari semenjak kesadaranku, akhirnya aku boleh pulang. Jujur, aku sangat tidak suka berada dirumah sakit. Terlebih lagi aku harus di infus dan diperban. Oh Tuhan, tersiksa banget. Udah makannya cuman pakai bubur doang lagi.

Aku hari ini sudah bisa berjalan, walau kadang-kadang kepalaku masih sedikit sakit. Aku memang memaksakan untuk pulang, karena alasan tadi.

Aku sampai berdebat dengan Peter. Tapi akhirnya aku yang menang juga. Dia tidak pernah meman tidak pernah menang jika berdebat denganku.

Oh ya selama tiga hari ini merasakan keanehan. Aneh karena banyak yang memanggilku dengan sebutan 'Luna'.
Aneh memang, padahal namaku adalah Raisa bukan Luna. Dan satu lagi, Peter selalu aja dipanggil Alpha. Tapi saat aku tanya ke Peter mengenai itu, dia hanya menjawab 'belum saatnya kamu tau'.

Aku mendengus saja saat dia berkata seperti itu. Tapi ya sudahlah, mungkin memang belum saatnya aku tau.

"Sayang kamu yakin kita pulang sekarang?" Tanya Peter yang sudah berada di tempat tidur rumah sakit.

"Yakin Peter! Kamu tau kan aku bosen." Aku menghela napas panjang. Selalu saja begitu, bertanya apakah aku yakin pulang sekarang.

Apa dia tidak mempunyai pertanyaan yang lain?

"Tapi aku takut kamu belum sembuh total sayang!" Peter merapihkan rambutku kebelakang telinga. Menatapku penuh keyakinan.

"Jika kau terus bertanya seperti itu, kau malah membuatku tambah sakit Peter." Peter langsung terkekeh mendengar ucapanku yang sedikit jutek.

Saat pertama aku bertemunya dan sekarang sangat berbeda. Dia lebih sering tertawa.

"Maaf sayang! Aku kan hanya khawatir terhadapmu. Maafkan aku my little girl!" Peter mencubit pipiku dengan lembut.

"Tidak apa my Mr. Old!"

Setelah berkemas aku dan Peter langsung berjalan kekeluar rumah sakit. Aku menatap sekekelilingku. Banyak pasang mata yang hormat kepada Peter dan aku.

Tunggu, apa Peter orang penting disini?

Ada yang tersenyum tulus kepadaku. Astaga bahkan aku baru menemukan orang setulus mereka.

Aku kemobil dengan menggunakan kursi roda. Dan Peter mendorongnya dari belakang. Sedangkan ada beberapa pengawal yang berjalan dibelakang kami.

Aku serasa seperti presiden.

Sampailah kami dimobil. Tapi saat aku melihat keluar, aku terkejut. Apakah ini hutan?

Rumah sakit ini seperti ditengah hutan. Bukan seperti tapi memang ditengah hutan. Aku baru tau jika ada rumah sakit tepat ditengah hutan.

Tapi aku menghiraukannya. Mungkin aku akan bertanya lain kali kepada Peter.

"Alpha! Silakan masuk!" Ucap seseorang yang lumayan tampan. Tapi tak setampan Peter tentunya.

"Oh Avian! Oke Raisa ini Avian! Dia adalah orang kepercayaanku." Aku tersenyum kepada sosok pria dihadapanku ini.

Kurasa umurnya lebih muda dia dari pada Peter. Secara Peter sudah tua. Ck.

"Suatu kehormatan bisa bertemu denganmu Luna. Saya Avian, Beta dari Alpha Peter." Ucapnya sangat ramah disertai senyuman.

"Senang bertemu denganmu Avian. Oh ya panggil aku Raisa jangan Luna. Namaku adalah Raisa bukan Luna." Aku merasakan kalau Peter terkekeh. Apa yang lucu? Memang benar bukan kalau namaku adalah Raisa.

"Silakan masuk Alpha! Luna!" Dia membukaan pintu.

Aku pun dibantu Peter untuk masuk mobil dengan cara di bopong. Setelah masuk Peter langsung masuk dan langsung duduk disampingku.

Tanpa rasa malu, aku sandarkan kepalaku kepundaknya. Berharap sakit dikepalaku cepat hilang.

"Tidurlah Raisa! Jangan pikirkan tentang semua yang kamu pikirkan. Dan perjalanan lumayan jauh." Aku menghiraukannya.

Aku memejamkan mata. Aku merasakan kepalaku di sentuh oleh Peter. Dia mengelus rambut dengan pelan.

Malam!

Aku update lagi nih! Dont forget vote and comment guys and thanks for read my story.

Continue Reading

You'll Also Like

38.5K 2.4K 54
#1 di ramalan #2 di moongoddess lahirnya yang diselimuti bulan biru membawa banyak suka cita di dunia immortal. dialah sang gadis ramalan yang akan m...
977K 12.8K 25
Sebuah Cincin bermata biru yang merupakan warisan dari Pakde suamiku membuat rumah tanggaku hancur. Mampukah aku lepas dari makhluk penunggu cincin...
307K 24.9K 28
Kisah tentang seorang Alpha yang menjadi mate seorang Alpha Dominant. Bagaimana bisa? Bisa saja, karena semua sudah diatur dalam takdir Dewi Bulan. B...
85.2K 3.4K 26
Hidup noval semakin hancur saat 3 orang alpha memperkosannya secara bergikir. tak hanya itu mereka juga mengigit leher belakang noval hingga berdarah...