Salah Cinta

By quinwriter

606K 38.2K 1.4K

Gue selalu bilang ke orang yang gue kenal 'jangan panggil gue Zirana Geraldan kalau gue gak bisa dapetin apa... More

Prolog
Fall In Love At First Sight (1)
Fall In Love At First Sight (2)
Fall In Love At First Sight (3)
Berjuang (4)
Awal Pendekatan (5)
Gagal Les (6)
Teka Teki (7)
Saudaraan? (8)
Segelintir Masalah (9)
Mulai Dekat (10)
Bertemu (11)
Sedikit Masalah (12)
Jodoh Di Tangan Tuhan (13)
Punya Jantung Gak Punya Hati (15)
Bisa Karna Terbiasa (16)
Hal Yang Sama (17)
Aku Lagi Sayang Kamu Lagi Apa? (18)
Di Jodohin (19)
Rasa Yang Samakah? (20)
Playboy dan Perasaan (21)
I Love You (22)
Bodoh (23)
Liburan (24)
Tiga Kata Yang di Inginkan (25)
Sekat Tak Terlihat (26)
Kebahagiaan Yang Di Berikan (27)
Sayang berarti Cintakah? (28)
Go Away (29)
Gagal Move On (30)
Nyerah! (31)
What if I never love again? (32)
Jaga Selalu Hatiku (33)
Kado Indah dari Tuhan (34)
Bukan Segenap Jiwa (35)
Perawan? Janda? (36)
Aku Kangen (37)
Quality Time (38)
I can't Be Yours (39)
Pacaran Settingan (40)
Pengorbanan dan Pilihan (41)
Kenangan Terakhir (42)
Mimpi? Atau Nyata? (43)
DuoIdeh:Ira-Ino (44)
DuoIdeh: Padang (45)
DuoIdeh: Bisa gak sih? (46)
Will You Marry Me? (47)
Berakhir kalah (48)
Tuhan Tau (49)
Kenyataan dan Pengakuan (50)
Lebih Baik Aku Tak Mengenalmu (51)
Kenapa Gak Bunuh Gue Aja? (52)
Hari Yang Dinantikan (53)
Dongeng Tentangku (54)
Sebelum Terlambat (55)
Sama - Sama Pergi (56)
Gadis Tanpa Nama (57)
Zirana? (58)
Perempuan Itu? (59)
Siapa Perempuan Itu? (60)
Rencana Cello (61)
Si Mesum Rega (62)
Cinta Ini Membunuh Gue (63)
Sudah Nikah atau Belum? (64)
Playboy dan Karma (65)
Pergi dan Tetap Disisi? (66)
Pemeran Figuran (67)
End
Epilog (Revisi)

Game (14)

8.5K 578 14
By quinwriter

Hari ini adalah hari senin. Minggu yang ditetapkan sebagai hari libur telah berlalu dengan tidak terasa. Zira sedang memakai pakaian seragam sekolahnya sambil bersenandung merdu.

"Selamat Pagi Zira. Lo cantik hari ini. Semoga hari lo menyenangkan", ucapnya ke cermin yang menampakkan dirinya seperti pagi pagi biasanya.

Zira mengambil tas yang berada di atas meja belajarnya. Dia berjalan menuruni tangga dengan anggunnya. Saat sampai dimeja makan Zira tersenyum manis ke dua orang tuanya.

"Pagi Mami"

Cup

"Pagi Papi"

Cup

"Pagi sayang", jawab Riana dan Winoga.

"Cie bareng. Co cweet niyeh", kekeh Zira. Zira mengambil piring dan menyondokkan nasi goreng kedalam piringnya.

"Lu sa ae", canda Riana.

"Igo belum balik Mi?", tanya Zira sambil mengunyah nasi gorengnya.

"Belum, katanya sih campingnya selesai hari ini", jawab Riana. Zira mengangguk dan menghabiskan sarapannya setelah Ia sarapan. Zira pamit dengan Riana dan Winoga.

"Hati hati sayang", ucap Riana.

"Jangan ngebut-ngebut ya Zir", ucap Winoga.

"Siap Mi Pi", ucap Zira yang sambil mengacungkan jempolnya. Riana menatap kepergian anaknya.

"Aku belum siap buat kehilangan Zira Pi", ucap Riana sedih.

"Kamu ngomong apa sih. Siapa bilang kita akan kehilangan Zira", ucap Winoga.

"Pi, kamu gak lupa kan tujuan kita pindah kesini apa?. Sekarang aku udah siap. Kita harus memperjelas semuanya Pi"

"Riana sayang, Istriku. Udahlah itu biarkan jadi urusan aku. Percaya sama aku apapun yang terjadi kita gak akan kehilangan Zira.", yakin Winoga. Riana hanya menghela nafas dan menatap lesu piringnya.

Maksutnya apa? Apa maksutnya kehilangan?, batin seseorang penasaran.

•••

"Pagi Fino", Zira mensejajarkan jalan disamping Fino. Fino pun hanya melirik Zira dengan malas.

Ni anak kenapa lagi coba?, batin Zira bertanya-tanya.

"Helaw Fino pagiiii", ucap Zira melambaikan tangan di hadapan Fino.

"Minggir", ucapnya ketus.

Gak boleh terlena gak boleh terlena gak boleh terlena, rapalnya dalam hati.

Argh terlenakan lirik lagu ike nurjanah. Oke oke calm down Fino. Pokoknya lo gak boleh tersepona. Eh bukan bukan. Pokoknya lo gak boleh tergiur. Eh kalo tergiur kayak diiming-imingin dong gue. Ehhhh pok-.

"Fino lo kenapa?", tanya Zira menyadarkan Fino dari lamunannya. Fino hanya diam dan memajukan wajahnya memandang Fino. "Gak panas kok", Zira menyentuh dahi Fino dengan lembut.

Ya Tuhan, ini kenapa jantung gue jadi konser dangdut bunyinya begibang begibung begibung udanya gue gibang lu. Aduh kenapa gue jadi ikutan alay kayak Dino ya. Setelah sekian lama akhirnya virus Dino mempengaruhi gue. Oke back to earth Fino, batin Fino.

"Minggir, gue mau kekelas", ucap Fino ketus.

Ya Tuhan bisa gak dia sebulan aja manis ke gue. Seberapa menit ya kemarin dia manis?, terserahlah pokoknya kemarin gue belum puas dia manis ke gue. Sekarang udah pedes balik. Coba kek asam pedes manis kan enak kalo dimakan. Eh apaan sih Zir ngaur malah ngomongin makanan, batin Zira.

"Lo budeg? Gue bilang minggir!", teriaknya. Zira menghela nafas dan berjalan kesamping memberi Fino jalan.

"Kenapa lagi?", tanya Meina yang datang dengan memegang tas dukungnya dengan erat.

"Darah tingginya kumat", ucap Zira asal.

"Siapa yang darah tinggi", ucap Dino yang tiba-tiba ikut nimbrung.

"SAHABAT LO!", teriak Meina tepat dikuping Dino. "Ayo Zir", Meina langsung menarik Zira menuju kelasnya.

"MEINA, SUARA LO IMUT KALO LAGI TERIAK BIKIN GUE GEMEZ", teriak Dino.

Semua orang yang berada didekatnya memandangi Dino dan menggeleng maklum.

Tapi seseorang tak sengaja menyenggol lengan Dino. "Eh Tyas. Pagi Tyas, hari ini mendung ya kamu tau gak kenapa?", Dino memulai aksinya kembali saat salah satu gebetannya lewat padahal baru beberapa detik yang lalu dia menggoda Meina. Dasar playboy cap jomblo akut.

•••

Zira berjalan menuju ruang guru dengan susah payah. Tumpukan buku PR yang menggunung dibawanya dengan susah payah.

"Sial dasar ketua kelas gak bertanggung jawab. Bastrad!", umpatnya yang masih jengkel. Dikarenakan ada rapat OSIS jadi ketua kelas, wakil, sekretaris dan bendahara diwajibkan mengikuti rapat. Karna hampir semua guru mengenal Zira, jadi dia yang disuruh membawakan buku-buku. Sialnya Meina adalah anggota OSIS dan menyebabkan Zira harus sendirian mengantarkan buku-buku ini.

Dino sedang berdiri ngecengin adik-adik kelas yang sengaja lewat depan kelasnya hanya untuk melihatnya ada pula yang hanya ingin melihat Fino dan ada pula yang ingin melihat keduanya, mereka menamakan diri meraka Twino (hayoo siapa yang tau kepanjangannya + artinya yang bener gue follback wakakaka tapi bagi yang follow gue ye untuk 5 orang aja deh. Wakakak Ya Tuhan berasa seleb mah gue sombonk abis ingat Tuhan yes!).

Tapi, tiba-tiba mata Dino terpaku pada seseorang gadis.

"FINOOOO", teriak Dino toak.

"FINOOOOOO", teriaknya lagi.

"Hais anak ini", gerutunya. Dino pun berjalan menuju bangku Fino. Fino sedang menelungkupkan wajahnya diatas meja sambil mendengarkan lagu dengan headset.

"Kampret pantesan gak denger", umpat Dino dan membuka heasdset Fino dengan kasar.

"Fino Fino. Zira Fin Zira", ucap Dino dengan pura-pura panik.

Fino langsung terduduk dan menatap Dino. "Kenapa?", tanyanya dengan muka sembab habis bangun tidur.

"Ziraaaa cepet Fin. Mampus! Gue gue-"

"Ah lamaa", ucapnya berdiri dan keluar kelas dengan tergesa.

Zira masih terus menggerutu sepanjang jalan menuju kelas. "Awas aja ya tuh organisasi kelas, OSIS, Ibu Ida, and anak kelas kalo sampai tangan gue patah karna bawa buku setinggi alisnya cabe-cabean gini. Mampus mereka gue tuntut setuntut tuntut-"

Brak

"AAAA MAMIIII", teriak Zira dengan rengekannya. Zira terduduk di lantai dengan buku yang berserakan menyebar kemana-mana. Zira langsung mencari seseorang yang menabraknya.

"Fino! Lo bisa jalan yang bener gak sih?", ucap Zira yang marah mendapati Fino yang terduduk sama seperti dirinya.

"Lo gak liat gue bawa buku segini banyak?. Mata lo dimana sih?. Didengkul iya?. Gue gak mau tau! Beresin bukunya!", teriaknya dengan kesal.

Peduli setan mau dia Fino atau Aliando. Kalo gue kesel ya kesel. Soal suka urusan belakang, batinnya jengkel.

Fino hanya diam dan berdiri.

"Mau kabur lo?", teriak Zira yang melihat Fino yang hanya diam dan langsung berdiri.

Fino gak mengindahkan pertanyaan Zira. Dia malah berjalan kearah Zira dan mengulurkan tangannya ke Zira yang masih terduduk dilantai.

Zira menengadahkan kepalanya dan menyambut tangan Fino dengan malu.

Suudzon aja bawaan lo Zir Zir, batin Zira.

"Syukurlah kalo lo gak apa apa", ucap Fino.

"Gak apa apa gimana? Lo gak liat bukunya berserakan. Gue susah payah bawanya Fino"

Lagi lagi Fino gak mengindahkan ucapan Zira. Dia malah berjalan menunduk mengambil buku-buku yang terjatuh mengenaskan itu dan menumpukinya dilantai, setelah itu Fino mengangkat tumpukan buku itu.

"Ini mau ditaruh dimana?", tanya Fino yang membuyarkan Zira dari kekagumannya melihat Fino.

"Ruang Bu Ida", jawab Zira dengan senyum manisnya.

Baru kali ini ada cowok yang bisa buat gue gila gak karuan, batin Zira.

Dengan gaya coolnya, Fino berjalan santai disamping Zira menuju kantor ruangan Ibu Ida. Saat sampai di ruangan Ibu Ida.

"Thanks ya Fino", ucap Zira.

Fino hanya diam dan melengos pergi keluar ruangan Ibu Ida.

"Bastard!", umpat Zira jengkel.

"Sabar Zirana Geraldan. Sabarrrr orang sabar disayang pacar. Tapi pacarnya siapa ya?. Auk ah, mendingan gue balik kekelas.", gerutunya dan berjalan keluar dari ruangan Ibu Ida.

•••

Saat tiba dikelas Zira duduk dikursinya dengan santai sambil membaca buku dan mendengarkan lagu dengan headsetnya.

Sekumpulan anak perempuan dikelasnya sedang menggosipi apa aja yang mereka ketauhi tentang perkembangan sekolah terbaru. Disana juga ada Rina yang ikut bergabung bercerita.

"Rin lo kan deket sama Zira sama Meina. Bener ya katanya Zira ngedeketin Fino. Terus terus si Meina lagi jadi targetnya Dino juga gak sih?", tanya Rere dengan suara yang agak dipelankan takut Zira mendengarnya.

"Mana gue tau", ucap Rina yang langsung gak mood.

"Eh lo jangan tanyain Zira sama Meina dengan Rina dong. Lo gak tau apa kejadian beberapa hari yang lalu", ucap Keysa yang duduk disamping Rere.

"Emangnya kenapa?", tanya Pia penasaran.

"Rin boleh gak nih?", ucap Keysa meminta persetujuan Rina. Rina hanya mengangguk.

"Jadi itu waktu pulang sekolah. Si Meina ngejar-ngejar Rina. Dia nanya kenapa Rina kok kayaknya ngejauh dari dia", ucap Keysa.

"Emangnya kenapa lo ngejauh dari Meina Rin", tanya Weni.

"Ck, biasa si Meina kacang lupa kulit. Mentang mentang Zira pindahan dari luar, pinter dan tajir. Ya lo tau lah kan?", ucap Keysa sok tau.

"Sebenarnya sih bukan salah Meina", ucap Rina membela Meina.

"Iya kalo menurut gue bukan salah Meina deh. Secarakan Meina orangnya asiklah gak neko neko gitu. Kalo gue rasa si Zira yang ngasut ngasut si Meina", ucap Pia mengungkapkan persepsinya.

"Bisa jadi juga sih Pi. Lo yang sabar ya Rin. Persahabatan lo kayaknya lagi diuji deh. Padahalkan kalian itu berdua lucu sahabatannya. Eh si Zira datang malah kalian pecah", ucap Weni.

"Udahlah Rin. Lo main sama kita-kita aja. Biarin aja tuh si Zira sama Meina bersatu. Tuhan itu lagi nunjukin teman terbaik lo saat ini", ucap Keysa.

Rina mengangguk. "Thanks yaa. Gue sih gak masalah banget Zira deket sama Meina tapi gue sedih aja Meina lupain gue gitu aja jadi sahabat. Kalian kan tau dari kelas satu gue sahabatan sama dia", ucap Rina dengan raut sedihnya.

"Udah udah jangan sedih. Ntar kita sindir aja tuh Zira kalo perlu buat dia jadi bullyan biar mampus sekalian.", ucap Keysa mengompori.

"Jangan deh. Gak usahlah. Biarin aja", ucap Rina menolak.

"Ah lo Rin jangan diem dong. Kalo lo gak mau biar kita aja. Ya gak guys?", ucap Keysa mengajak yang lain.

"Iya Rin tenang aja. Mulai sekarang kita sahabat. Sahabat harus saling membantu", ucap Pia.

Rina mengangguk dan diam-diam dia menahan senyumnya. Welcome to my game Zira dan Meina, batinnya.

~•~

Continue Reading

You'll Also Like

24.8K 1.4K 17
#Duda series #Militer Cover by @AlvinReno_ Najla Faqihatun Nissa. Gadis unik dan ceria. Bagaimana tidak unik? Gadis itu memiliki kriteria suami idama...
5.1K 916 8
[ Bahasa non baku || On going, up antara rabu/sabtu!] Lika liku remaja komplek balaraja yang senantiasa bahagia dan ceria bersama. "SOLID SOLID SOLID...
140K 13.8K 100
keseharian keluarga kim manoban
29.1M 1.2M 44
[Story 4] Di penghujung umur kepala tiga dan menjadi satu-satunya orang yang belum nikah di circle sudah tentu jadi beban pikiran. Mau tak mau perjod...