Endorphins

By fateflying

313K 12.4K 934

Anka, sebagai anak baru pindahan berkat wajahnya yang cantik walau otaknya kurang berguna, langsung digaet ol... More

1. Hari pertama
2. Gosip heboh
3. Geng gosip
4. Brian si galak
5. Pura-pura
6. Tragedi koridor
7. Cabut
8. Niko?
9. Not Bad
11. Curcol
12. Ke taman
13. Study hater
14. Kena lagi

10. Hujan

9.6K 833 18
By fateflying

Anka memandang langit yang sudah gelap gulita, gemuruh suara petir saling bersautan di angkasa. Ah, dia sangat tidak menyukai suasana seperti ini, semoga tidak hujan.

Tapi kenyataannya...

Bressssss...

Hujan turun dengan derasnya.

Oh tidak...

Anka terjebak di tengah hujan sederas demi menjilid tugas yang harus dikumpulkan sore ini juga. Bu Mei, guru Bahasa Indonesia yang memberi tugas membuat kliping berita terkini dalam Bahasa Indonesia pasti sudah was-was menunggu di sekolah. Anka menggigit bibirnya menahan kekesalan.

Bagaimana tidak? Ini sudah menjadi batas waktu terakhir setelah Anka menunda selama 2 minggu, ya dua minggu. Sebentar lagi UTS akan dilaksanakan makanya nilai tugas kliping ini sangat penting.

Kenapa dirinya yang sudah sulit lulus ini semakin dipersulit saja kelulusannya. Anka menggerutu menghentakkan kaki kesal.

Alam saja tidak mendukung gue mendapat nilai bagus, keluhnya dalam hati, tapi percuma. Jadi lebih baik dia berdoa saja agar hujan ini segera reda secepatnya. Ah, dia menghentakan kakinya lagi kesal.

Anka beserta beberapa orang menepi di bengkel Pahat Hati yang letaknya tak jauh dari sekolah, karena Anka memang niatnya tidak terlalu jauh dalam mencari tukang photocopy. Nyatanya Anka tetap tak bisa kembali ke sekolah dalam keadaan hujan begini.

Ponsel gadis itu bergetar di saku, tangan kirinya memeluk plastik yang berisi tugas tercinta penuh perjuangan itu sementara tangan kanannya merogoh ponsel.

"Hallo?"

Belum sempat Anka mendengar suara jawaban di ujung sana, Anka diteriaki seorang dengan suara judes dari arah belakang,

"Jangan teleponan, lagi geluduk!!"

Anka berjengit sambil mengorek telinga yang menjadi pengang karena teriakannya orang itu yang lumayan keras. Anka memasukkan ponsel ke saku dengan tampang bete tanpa ingin tahu siapa orang tadi, beberapa pasang mata sudah menatap Anka dengan kekepoan tingkat tinggi.

Anka membuang muka bete, cahaya petir yang menyilaukan mata membuatnya mundur agak takut. Anka tidak mau tersambar petir lalu mati di tempat dengan keadaan gosong. Saat Anka menggeser tubuhnya mundur, dia menubruk tubuh bongsor seseorang. Bahkan kakinya juga menginjak kaki orang itu, maklum gerakan refleks.

"Maaf," ucapnya spontan mengira sang pemilik tubuh adalah orang tua.

Ternyata Brian.

Brian memiringkan wajah menatap Anka. Hah? Anka menganga, jangan bilang dia yang tadi meneriakinya? So pasti itu dia. Siapa lagi?

"Huh, tumben sopan," kata Brian sinis.

"Gue kira baru saja menabrak bapak-bapak serem." Anka tersenyum kecil menggoda.

"Lo benar-benar nggak takut ya. Mau ke mana nih?" Brian mengamati Anka penuh selidik, "Jangan bilang itu bawa tugas Kliping berita? Baru mengumpulkan? Sepertinya itu tugas 3 minggu yang lalu."

"Mau balik ke sekolah menyerahkan tugas ini, harus secepatnya. Anak IPA kan beda sama IPS, hehe. Lo ngapain di sini?"

"Naro motor di bengkel, nanti pulang bisa ngambil. Oh tugas. Tapi Gizka sudah menyerahkan tugas itu 2 minggu yang lalu," ucap Brian, senyum Anka mendadak lenyap sudah. Cowok itu memang titisan dementor. "Ke sekolah bareng mau nggak? Gue bawa payung." Katanya lagi. Dia membuka tas ranselnya yang besar dan mengorek sesuatu dari dalam.

Heh, cowok ini membawa payung? Oke oke, cowok ini namanya Brian, kalau bukan bernama Brian tentu saja Anka lebih heran.

Cowok ini kan jenius, mungkin pepatah sedia payung sebelum hujan benar-benar diterapkannya. Dia sudah berhasil menemukan payungnya, payungnya sudah terbuka lebar.

Anka menganga girang. Mereka menerima pandangan iri dari orang di sekitar situ yang tidak membawa payung.

"Lo bawa payung? Kenapa nggak dari tadi buka payungnya terus pergi?" Anka mendumel.

Brian melirik keki, "Mau ikut ke sekolah nggak sih? Kalo banyak komentar nggak usah ikut. Ck. Dasar bawel."

Brian melesat ke barisan depan meninggalkan gadis itu, Anka ikut menyelinap menerobos kerumunan, meloncati genangan air dan sukses mendarat di sebelah Brian. Anka tertawa riang entah mengapa rasanya asyik sekali menerobos hujan. Di sisinya Brian sama sekali tidak berkomentar padahal dia tahu betul Anka sudah cekikikan kelewat ceria.

Brian memperkecil langkah kakinya menandakan tidak sekesal tadi. Mengimbangi langkah kecil Anka.

"Gue kira hujannya cuma sebentar, males buka payung jadi gue tunggu dulu ngeliat situasi. Taunya deras dan nggak akan bisa ditunggu." Suara Brian yang tenang itu mengisi perjalanan.

Anka merasakan sebuah cengkeraman kuat di bahunya, memaksa agar tubuh kecil itu merapat supaya air hujan tidak mengenai seragam sampingnya.

Anka sedikit terkejut menerima perlakuan dari pemuda tinggi yang asyik menatap lurus ke depan. Tapi Brian diam saja.

Brian mengambil plastik kliping Anka, mendekapnya dengan tangan kanannya yang kosong. Tidak tahu efek magnet darimana tapi bahu Anka menempel erat di lengan Brian padahal cowok itu sudah tidak menyentuhnya.

Anka tidak pernah menyangka adegan-adegan romantis yang biasa dilihat dalam film atau drama romantis bisa dirasakan saat ini. Sentuhan yang Brian berikan begitu hangat, sampai tubuh Anka seluruhnya jadi lemas memanas.

Dia tidak sedingin yang orang lain kira, dia mampu mengalahkan dinginnya hujan dengan sentuhan tadi. Akan kuingat selalu momen ini. Salam kenal, Brian.

Anka mengadahkan tangan ke arah rintikan hujan menikmati air hujan yang terjatuh mengenai kulit, rasanya sangat menyenangkan sekali.

When the rain falls, let the rain kiss you.

"Brian, lo suka hujan?" Senyuman usil terukir di bibir Anka.

Sontak mata Brian melebar. "Eh! Hei! Hei, jangan norak begitu deh! Gue tau lo mau apa," cetus Brian saat melihat aksi Anka bermain air.

Anka membasahi tangannya dan menciprati wajah Brian dengan air hujan, membuat dia mengerjapkan mata beberapa kali, Anka cekikikan geli sendiri.

"Elo," geramnya.

"Kenapa sih lo masih jutek gitu sama gue? Nggak bakal bisa lagi, hahahaha..."

"Bagus deh kalo lo nggak takut sama gue."

Anka mendongakkan kepala heran, tetapi Brian keburu memalingkan wajah. Saat Anka mau bertanya lagi mereka sudah tiba di koridor depan kantor guru. Kehadirannya membuat beberapa murid yang berada di situ langsung pergi tanpa diminta, Anka hampir geer karena sepertinya mereka segan dengannya, tapi dia teringat sosok Brian. Mereka pasti takutnya sama Brian.

"Emangl lo anak presiden ya?" tanya Anka iseng.

Dia mengira Brian tidak akan mendengarkan ucapan usil itu. Namun, Brian menoleh ke arahnya sambil merapikan payungnya. "Bukan. Kalo gue anak presiden, nggak mungkin sekolah di sini."

Anka mendesis gemas. Ada dua orang cowok datang menghampirinya, Kamal dan Irwan, mereka adalah sahabat lengketnya si Brian.

Yang kurus namanya Irwan, mirip cowok Korea dengan kulit putih dan mata sipitnya.

"Ngojek payung lo?" goda Irwan iseng, Kamal juga tertawa puas.

"Nggak. Sekalian bareng, gimana sosialisasi LDKS dan kemah bersamanya?" Benar-benar sama sekali tidak bisa diajak bercanda. Membosankan sekali hidupnya.

"Udah sip lah pokoknya. Eh, ada Anka ya? Hai!"

Anka mengangguk kecil merasa diperhatikan. Mana bisa cowok-cowok melewati cewek sebening Anka begitu saja.

"Udah yuk masih banyak yang harus dikejar!" seru Kamal kemudian melangkah pergi, Irwan menyusulnya, tinggal Brian yang masih berdiam diri.

Anka mengira cowok itu bakal diam saja tapi ternyata dia melangkah menyusul kedua temannya menuju ruangan OSIS.

"Brian tunggu!" seru Anka keras, cowok itu menoleh tepat setelah Anka berteriak. "Yang tadi, kenapa lo bilang begitu?"

"Yang mana ya?" Responsnya sangat polos sehingga ingin rasanya Anka menarik ke tengah lapangan lalu menggebukinya sampai babak belur.

"Ah, lupain aja." Anka membalikkan tubuh berjalan menuju ruang guru.

Anka menepuk jidat saat teringat sesuatu, tuinggg.

"Brian tunggu!!!! Plastik makalah kliping punya gue masih di lo!" teriak Anka keras.

Cowok itu menoleh lagi ke belakang mendekati Anka secepat kilat, "Jangan teriak!! Ini!!" Brian menyodorkan plastik kliping dengan kasar.

Anka nyengir lebar. "Makasih ya." Dia masih saja tersenyum lebar dengan pandangan terus mengekor punggung Brian hingga dia belok di koridor.

Saat Anka menoleh tak sengaja tatapannya bertemu dengan Rena, yang dikawal dua dayang-dayang cantiknya. Rena menyipitkan mata, Anka langsung salah tingkah membalikkan tubuh lalu segera masuk ke ruang guru. Anka lupa kalo Brian sudah memiliki pacar.

But it hasn't to be yours, Anka.

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 64.9K 29
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
265K 25.1K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
528K 57.2K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
2.6M 141K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...