TAKDIR (Komplet)

By Rex_delmora

317K 21.8K 1.7K

Mencintai kamu bagaikan bernafas buat aku, bagaimana mungkin aku mampu berhenti - ALVIAN HEZA MARDIKA Mencint... More

SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
Dua Puluh Lima (END)
EXTRA
OPEN PO VERSI BARU TAKDIR (SERPIHAN SESAL)

TUJUH BELAS

9.5K 806 157
By Rex_delmora

kau bisikan kata cinta, setiap waktu, kau ajarkan kasih sayang, hingga detik ini, mungkinkah aku bisa mencintaimu, selamanya, hingga maut menghampiriku dan cinta kita menjadi sejarah.

***

"Tuhan, aku mohon jangan biarkan aku sendiri. Aku ingin sahabatku tetap ada disampingku begitu juga suamiku." Prilly menangis memilukan hingga tubuhnya merosot ke lantai.

Dinginnya lantai tak lagi dia perdulikan. Ali sudah dilarikan ke rumah sakit Singapura. Sedangkan kini Al sedang ditangani Dokter Ira di dalam. Tadi saat Prilly menyuapi Al makan, tiba-tiba Al tersedak dan batuk hingga nafasnya tersengal. Pernafasannya terganggu menjadikan dada Al sesak untuk bernafas.

"Ali ... dengarkan suaraku. Aku di sini menunggumu. Bertahanlah untuk aku. Aku mohon kepada-Mu. Berikan mukjizat-Mu untuk kedua orang yang aku cintai Tuhan. "

Ali mengalami kritis dan detakkan jantungnya melemah. Maut telah menghampirinya, apakah Engkau tega Tuhan mengambil orang-orang yang dikasihi Prilly?

Detakan jantung Ali semakin menurun hingga tim medis yang menanganinya melarikan Ali ke Singapura segera.

Coba rasakan, jika kalian di posisi Prilly saat ini?
Kedua kekuatan hidupnya melawan maut, sedangkan dia bisa apa?
Hanya doa dan harapan yang dapat ia adukan kepada Sang penguasa alam ini.

Ira keluar dari ruangan Al, membuat Prilly langsung berdiri menghadangnya.

"Bagaimana keadaan Al?" tanya Prilly masih sesenggukan dengan wajah basah air mata. Prilly menggenggam tangan Ira erat.

"Al baik-baik saja, masuklah ke dalam. Al menunggumu." Ira mengelus lengan Prilly sambil tersenyum sangat manis.

Mendengar perkataan Ira tadi, Prilly segera masuk ke dalam melihat Al tersenyum dengan wajahnya yang pucat pasih. Prilly berjalan perlahan dengan air mata yang lolos tak tertahankan.

"Kenapa menangis?" tanya Al sangat lembut dan lemah.

Prilly menjatuhkan tubuhnya di kursi samping brankar Al. Matanya tak lepas memandang suaminya yang masih tersenyum manis. Al mengulurkan tangannya menghapus air mata Prilly.

"Sini, temani aku tidur." Al sedikit menggeser tubuhnya. Prilly menuruti permintaan Al, dia berbaring di sebelah Al.

"Kamu jangan menangis." Al berucap sambil memeluk Prilly.

"Jangan buat aku ketakutan lagi. Kamu tahu, separuh detak jantungku adalah milikmu. Jika jantungmu sakit, aku juga merasakan hal yang sama sepertimu." Prilly mengeratkan pelukannya pada tubuh Al, dengan tangisan yang lolos hingga sesenggukan.

"Karena separuh jantungmu ada di diriku, maka kamu adalah separuh nafasku. Seluruh nafasku hanya untukmu. Kamu adalah tulang rusukku, Sayang." Al mencium pucuk kepala Prilly lama menyalurkan cintanya yang luar biasa dan besar untuk istrinya itu.

"Sayang, jika ini memang akhir dari takdirku, lakukan suatu hal untuk aku. Hiduplah untuk aku, bahagialah untuk aku, dan kenanglah semua yang pernah ada diantara kita untuk aku." Prilly mendongak menatap Al dengan air mata yang membasahi wajah cantiknya. Al tersenyum tulus ketika melihat istrinya yang terkejut dengan kata-katanya tadi.

"Nggak ... nggak ... kamu nggak boleh bicara seperti itu. Kamu yang akan membuat aku bahagia. Kamu di sini dan itu semua lebih dari cukup buat aku, apa aku bisa berharap lebih dari itu?" Prilly semakin terisak dalam pelukan Al. Rasa takut akan suatu hal yang tak ia inginkan menyelusup hingga ke dasar hatinya.

Al menatap mata istrinya lekat, dia melihat kesedihan dan ketakutan di dalam sana. Air mata Al menetes saat melihat istrinya yang tak henti-hentinya mengeluarkan air mata.

"Aku nggak akan pernah pergi dari kamu Sayang, aku akan selalu ada di hatimu. Kamu nggak pernah jauh dan kamu selalu ada di dalam hatiku," lirih Al dengan perasaan nyeri karena sejujurnya dia juga takut akan meninggalkan istrinya tercinta itu.

"Aku akan menunggumu di keabadian. Jika memang takdir cinta kita cuma sampai di sini. Aku akan selalu berdoa dan meminta ke pada Tuhan, agar cinta kita tetap sejati, hingga tangan Tuhan akan menyatukan kita lagi di kehidupan yang abadi."

Prilly semakin terisak hingga tubuhnya terguncang, Al semakin erat memeluk Prilly, ada rasa tak rela di dalam hati Al jika ia harus melepas pelukan itu.

"Jangan katakan itu Honey. Kamu akan baik-baik saja. Aku nggak bisa tanpa kamu. Aku sangat mencintaimu." Prilly berkata sambil merasakan detakan jantung Al. Tangisannya sangat memilukan hati.

"Kalau memang takdir yang bicara aku bisa apa, Sayang?" Rasa takut semakin menguasai hati Al dan Prilly.

Apakah sekejam ini takdir untuk mereka? Mengapa takdir tak pernah berpihak kepada mereka yang saling mencintai? Kedua cinta berselimut ketakutan dan kepedihan.

Terimakasih Tuhan, Engkau telah mempertemukan dua insan yang saling mencintai dan Engkau satukan mereka dalam ikatan sakral. Jika memang ini adalah takdir-Mu, satukanlah mereka kelak di keabadian.

"Apa anak kita baik-baik saja?" tanya Al pelan seakan suaranya berat.

"Dia anak yang kuat dan dia anak yang pintar. Dia sehat dan dia selalu menunggu papanya." Prilly berusaha tersenyum disela tangisannya.

"Ingatkan dia sebelum tidur dan setelah dia bangun tidur. Aku selalu menjaganya dan aku sangat mencintainya. Berikan nama Heza Mardika untuknya." Suara Al semakin berat dan kecil sehingga Prilly harus benar-benar memasang pendengarannya.

"Kamu yang nanti akan memberikannya nama dan akan membantuku menjaganya di saat dia terjaga disepanjang malam. Memasang popoknya, berjalan-jalan sore di taman, kita akan bermain bersama dia nanti, Honey." Prilly berusaha menghibur dirinya sendiri.

Al melihat bibir yang selalu bergetar menahan tangis, dia mengangkat dagu Prilly sedikit agar wajahnya mendongak menatapnya.

"Aku akan merindukan bibir ranummu ini dan akan selalu rindu." Al mempertemukan bibirnya dan bibir istrinya. Walau tanpa melumat, namun Prilly ingin sekali ciuman itu menjadi manis seperti kala saat Al melakukannya di atas ranjang mereka.

Prilly melumat bibir Al membuat Al tersenyum dalam ciuman mereka. Perlahan Prilly melepas ciuman itu karena Al tak membalasnya. Dengan perasaan tak rela mereka akhiri ciuman itu.

"Aku bersyukur Tuhan mempertemukan kita, hingga aku dapat memiliki kesempatan mengukir cerita cinta kita hingga menjadi sejarah dalam hidup ini. Sejarah juga kenangan, biarkan saja hidup di hati kamu, Sayang," ucap Al semakin pelan dan berat.

"Aku bersyukur Tuhan menyatukan kita di kehidupan ini, hingga aku dapat menggoreskan pena di atas kertas putih dengan cerita cinta dan suka cita kita selama ini, sehingga dapat menjadi sebuah cerita cinta yang sejati. Sejarah cinta kita telah terbingkai indah dalam takdir-Nya." balas Prilly tulus yang dapat menenangkan hati Al.

"Berjanjilah kamu akan bahagia tanpa aku. Jadikan si kecil kekuatanmu saat aku tak ada lagi di sisimu. Aku tak akan pernah biarkan kamu sendiri Sayang. I love you today, and I will try to love you again tomorrow , until forever."

"Aku sangat mencintaimu Honey. Kemarin, hari ini, besok, lusa dan selamanya, cintaku padamu tak akan pernah berubah." Hanya kata itu yang dapat keluar dari bibir Prilly.

"Kamu tepati janjimu yang akan memeluku hingga kumati. Aku sangat mencintaimu istriku Prilly Kirana Larasati. Aku tunggu kau di keabadian." Al menarik nafasnya dalam dan semakin erat memeluk Prilly dan dibalas Prilly dengan perasaan takut akan kehilangan. Tangisan Prilly semakin menyesakkan dadanya.

DEG!!!

Terakhir detakan jantung Al dapat terdengar di telinga Prilly jelas. Prilly memeluk raga yang telah ditinggalkan sukmanya itu. Tangis keras menggelegar di ruangan itu. Ira yang tahu akan hal itu, sedari tadi mendengar dari balik pintu. Dia menangis hingga merosotkan tubuhnya di lantai.

"Selamat jalan sahabatku Alvian Heza Mardika." Ira menumpahkan air matanya, mengingat perjuangan Al selama ini.

"Kamu nggak boleh ninggalin aku. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu. Buka mata kamu. Aku mohon." Prilly memeluk tubuh Al erat.

Tangisannya semakin mengeras, dia menumpahkan semua sesak di dalam dadanya. Ira yang melihat hal itu semakin tak kuasa menahan erangannya untuk menangis. Ira masuk ke dalam ruangan lalu berlari memeluk Prilly yang masih berbaring memeluk raga Al.

"Bangun Honey, kamu nggak mau lihat anak kita lahir? Kamu harus melihatnya. Aku harus jawab apa jika nanti dia bertanya tentang papanya. Buka mata kamu, Honey!!!" Prilly mengguncangkan raga Al dengan isakan memilukan dan menyayat hati.
Ira semakin terisak memeluk Prilly dari belakang.

"Tuhan mengapa takdir-Mu begitu kejam untukku? Engkau tau bagaimana aku mencintai suamiku dan suamiku mencintaiku? Mengapa Engkau ambil dia dariku, Tuhan? Mengapa Kau tak hentikan juga detak jantungku ini?" Prilly mengeratkan pelukannya pada tubuh Al yang mulai dingin. Ira berusaha melepaskan tubuh Prilly dari Al, namun sia-sia, pelukan Prilly sangat kuat.

"Prilly aku mohon lepaskan jasad Al. Kami akan mengurusnya," titah Ira mencoba meregangkan tangan Prilly pada tubuh Al.

Seorang perawat dan pengurus jenazah sudah siap di dalam ruang itu, namun Prilly masih belum rela melepaskan Al dari pelukannya. Dandy yang sedari tadi sudah datang melihat adiknya begitu sangat terpukul mencoba memberikan pengertian.

"Prilly, Abang mohon lepaskan Al. Ikhlaskan dia dan relakan dia. Ini sudah takdirnya." Dandy mencoba ingin menurunkan Prilly dari brankar, namun dengan gerakan cepat Prilly menepis tangan Dandy dan mendorong tubuh abangnya itu.

"Jangan sentuh suami aku. Dia masih hidup, dia hanya ingin tidur dipelukanku!!!" Prilly membelai wajah Al yang sudah terlihat pucat.

Prilly menciumi seluruh permukaan wajah Al, sambil masih memeluknya. Dia mencium dari keningnya, kedua matanya yang terpejam rapat, turun ke bibir yang sudah membiru. Ira yang melihat itu tak kuasa menahan tangisannya. Betapa besarnya kekuatan cinta mereka sehingga Prilly tak kuasa melepas kepergian Al.

"Honey, kamu harus cepat bangun. Kamu rasakan ini." Prilly mengarahkan tangan Al untuk memegang perutnya. Benar saja janin yang ada di dalam perut Prilly selalu bergerak dan seakan mengerti situasi saat ini.

"Anak kita selalu menendang perut aku. Dia pasti ingin segera keluar dan bermain bersama papanya. Kamu harus cepat buka mata sebelum aku melahirkan ya?" Prilly berusaha tetap meyakinkan dirinya bahwa Al saat ini hanya tertidur. Prilly mencium kening Al sangat lama, dengan derasnya air mata yang keluar. Air mata Prilly menetes ke wajah pucat Al.

"Tolong angkat adik anda, jenazah akan segera kami sucikan," pinta petugas kepada Dandy.

Ira yang mendengar hal itu merosotkan tubuhnya hingga tersungkur di lantai. Ira melepaskan erangan tangisnya hingga dia membekap mulutnya sendiri. Sedangkan Dandy memaksa Prilly melepaskan tubuh Al dari pelukannya. Dandy mengangkat tubuh Prilly, walau Prilly memberontak dan memukul-mukul, Dandy tetap mengangkatnya.

"Jangan bawa suami aku. Dia masih hidup!!!" Prilly berteriak seiring Dandy membopongnya keluar dari ruangan itu.

Seluruh keluarga yang sudah berkumpul di depan ruang itu, melihat kondisi Prilly yang sangat terpukul semakin sedih.

"Abang, turunkan aku. Al membutuhkan aku. Al nggak bisa jauh dari aku. Aku mohon Abang ...." Suara tangisan Prilly semakin lirih dan isakannya semakin pelan.

Dandy yang menyadari itu langsung membawa Prilly ke ruang lain untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Saat Prilly kehilangan kesadarannya, jenazah Al di urus oleh pihak rumah sakit.

Jika Tuhan sudah menetapkan takdir-Nya. Tak ada seorang pun mampu menghindari dan menolak. Semua tinggal menunggu waktunya.

***

Setelah Prilly siuman dan perasaannya lebih tenang, Ira mengajak seluruh keluarga Al dan keluarga Prilly berkumpul di ruangan kerjanya. Kini Prilly dan Ira duduk saling berhadapan. Tak hanya Ira dan Prilly yang ada di ruangan itu. Disana ada semua keluarga Al dan Prilly yang ikut berkumpul. Tak lupa notaris dan pengacara yang sudah dipercaya Al selama ini.

"Prilly, bacalah ini." Ira memberikan sebuah kertas kepada Prilly.

Prilly menatap sebuah kartu yang entah apa maksud Al memberikan ini kepadanya.

"Bacalah," titah Ira sambil menggenggam tangan Prilly erat.

Dengan linangan air mata Prilly perlahan membuka surat itu.

Dear istriku tercinta
Prilly Kartika Larasati

Surat ini aku tulis bukan dengan tinta biasa, tapi ini aku tulis dengan segenap cinta yang aku punya. Cinta yang tidak hanya membahagiakan kamu, tapi menjadi kehidupan orang yang juga kamu cintai, yaitu Ali. Prilly, istriku. Jika ini memang akhir dari takdirku, lakukan satu hal untukku, berbahagialah untuk aku dan kenanglah semua yang pernah ada diantara kita untuk aku. Kartu donor hati yang saat ini ada ditanganmu dan surat ini adalah pesan terakhirku, permohonanku sekaligus amanat yang tidak boleh kamu ingkari. Aku ingin kamu donorkan hati ini pada Ali dan melaksanakan keinginan terakhirku. Berikan hatiku untuk Ali. Dari hati yang aku titipkan di dalam tubuh Ali, kamu masih dapat merasakan besarnya cinta yang aku miliki.

I love you so much istri tercintaku.

Wasiat suamimu tercinta
Alvian Heza Mardika

Selesai membaca surat wasiat dari Al, Prilly langsung meremas surat itu, membuat semua mata yang melihat hal itu terkejut.

"Kalian pikir akan semudah itu mengambil hati suamiku? Tidak!!! Kalian tidak akan bisa mengambil sedikit pun dari organ atau pun secuil daging dari tubuh suamiku!!!" Prilly berkata dengan emosi yang menggebu-gebu dan melupakan segala perasaannya saat itu juga.

"Prilly, aku mohon ... Ali saat ini membutuhkan hati Al. Hati Al cocok dengannya," mohon Kayla tulus sambil berlutut di bawah kaki Prilly.

"Aku tidak akan memberikan apa pun dari tubuh Al. Tidak juga untuk Ali. Kenapa harus hati Al yang cocok? Kenapa tidak hati orang lain saja?" Prilly tersungkur di lantai, lagi-lagi dia harus menelan pil pahit kehidupannya sendiri.

Kayla masih berusaha memohon kepada Prilly, namun Prilly masih bersi keras tak mengijinkan hal itu terjadi.

"Prilly, Al sudah mengikuti semua tes untuk mendonorkan hati kepada Ali. Tiga hari yang lalu tanpa sepengetahuan kamu Al melakukan itu," jelas Ira memberi pengertian kepada Prilly.

"Kalian semua sama saja, tidak mengerti perasaanku. Kalian egois! Hanya memikirkan kepentingan kalian sendiri." Amarah Prilly memuncak hingga dia menangis meraung-raung di lantai.

"Aku mohon Prilly. Hanya dengan hati Al, Ali dapat bertahan hidup. Al sudah merelakan hatinya untuk Ali, kenapa kamu nggak bisa?" Lagi-lagi Kayla membujuk Prilly.

"Memberikan hati Al untuk orang lain, itu sama saja aku menyakitinya. Karena cinta dia terlalu kuat dan terlalu besar untukku? Bagaimana bisa aku membalas cintanya dengan raga yang berbeda? Maaf, aku tidak bisa memberikan hati Al untuk Ali."

Prilly sekuat tenaga berdiri, namun sayang tubuhnya tumbang tak kuasa menahan beban tubuhnya sendiri. Dandy yang sedari tadi berdiri dekat dengan Prilly segera mengangkatnya dan melarikan ke luar ruangan Ira. Semua usaha Al yang berniat mendonorkan hatinya untuk Ali akan sia-sia tanpa persetujuan dari keluarga Al.

***

Kondisi Ali semakin menurun, detak jantungnya juga semakin melemah. Dokter Ayu sedari dua hari yang lalu menemani Ali di Hospital Elizabeth Singapura. Dia selalu berusaha mencari donor hati. Kali ini Ali benar-benar harus melakukan transplantasi hati segera.

"Dokter Ayu, jika Tuan Ali tak segera mendapat donor hati dalam waktu 2X24 jam, dia bisa meninggal. Jika dia tak dapat bertahan selama itu, sewaktu-waktu detakan jantungnya tak berfungsi lagi," jelas Dokter Febriana rekan Dokter Ayu yang bertugas di rumah sakit itu.

"Dokter Febriana, saya minta tolong usahakan sebaik mungkin. Saya akan tetap berusaha mencarikan pendonor segera," mohon Ayu bersungguh-sungguh.

"Baiklah Dokter Ayu, kita berusaha bersama. Hanya mesin yang saat ini menopang dan membantu hidup Tuan Ali. Hanya mukjizat Tuhan yang dapat membantunya. Semoga ada orang yang berbaik hati mendonorkan hatinya untuk Tuan Ali." Dokter Febriana mengelus lengan teman seperjuangannya kala mereka dulu masih dalam proses belajar.

"Terimakasih Dokter Febri, Ali adalah sahabat baik saya. Saya tidak tega melihatnya kesakitan seperti itu." Dokter Ayu melihat Ali yang berbaring lemah dengan berbagai kabel di tubuhnya dan berbagai alat medis lainnnya menemani di dalam ruangan itu.

"Kita berdoa saja untuk dia." Dokter Febriana mengelus bahu Dokter Ayu.

Saat mereka sedang mengobrol sambil memperhatikan Ali, iphone Ayu berdering. Ayu melihat panggilan dari salah satu rekan dokternya di Indonesia.

"Saya permisi dulu Dok," ijin Ayu kepada Febriana.

Febriana menjawab dengan senyum terbaiknya dan mengangguk. Ayu sedikit menjauh dari Febriana lalu menggeser tanda hijau di iphonenya.

"Hallo Dok," sapa Ayu kepada seseorang di seberang sana.

"...."

"Terimakasih."

Ayu segera memutuskan panggilannya, lalu bergegas berlari ke arah ruang Ali.

"Dokter Ayu, lakukan kejut jantung!!! Jantungnya berhenti!!!" teriakan Dokter Febriana saat mengecek keadaan Ali.

Suasana di ruangan itu menegang, tubuh Ali mengejang kaku. Semua Dokter yang bertugas menangani Ali, saat itu juga turun tangan.

"Bagaimana dengan pendonornya? Apa sudah didapat?" teriak salah seorang dokter lain.

Ayu kebingungan menjawab, tubuhnya menegang saat alat detak jantung Ali menunjukan garis lurus.

"Naikan tekanan Suster," titah Dokter Febriana yang berusaha keras untuk mengejut detak jantung Ali.

"Jantungnya tetap tak merespon. Kita kehilangan detak jantungnya Dokter," laporan seorang suster.

"Dokter Ayu, segera carikan pendonor!!! Cepat!!! Kita tak ada waktu lagi!!!" perintah Febriana dengan wajah yang sudah banyak peluh.

Dokter Ayu segera berlari keluar ruangan, dia segera menghubungi pihak rumah sakit Indonesia.

Sebaik apa pun rencana manusia, bila sudah menjadi takdir-Nya atau kehendak-Nya, siapa yang dapat menghindar dan menolaknya. Apa yang akan terjadi hanya Dia yang tahu. Lahir, maut, jodoh, rizki, Dia sudah mengaturnya dalam takdir manusia.

#############

Maminya Melon

Wes mati kabeh!
Tamat waelah Ebie @biiestory kita adil. Berondong mami mati, berondong kamu juga berhenti noh jantunge.

Makasih ya vote dan komennya.
Masih mau lanjut nggak nih?

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 173 31
Namaku Aluna Lee, aku seorang gadis berdarah campuran Indo Korea yang baru beberapa tahun ini pindah dan menetap di Korea Selatan setelah sebelumnya...
134K 5.7K 54
COMPLETED ✅ SEQUEL of Married You (KJD) Mature Content 🔞🔞 Disarankan membaca Married You dulu ya 😉😉
2.5K 88 9
Almira Kirana Putri. Gadis berusia 25 tahun yang bekerja sebagai sekretaris di salah satu perusahaan yang cukup ternama. Hidup yang awalnya baik baik...
322K 23K 19
Seorang remaja bernama Arshaka Jocasta yang menjadi pusat obsessi para sahabatnya. Arshaka mengidap penyakit langka. Sindrom Kleine-Levin. Di mana s...