Endorphins

By fateflying

313K 12.4K 934

Anka, sebagai anak baru pindahan berkat wajahnya yang cantik walau otaknya kurang berguna, langsung digaet ol... More

2. Gosip heboh
3. Geng gosip
4. Brian si galak
5. Pura-pura
6. Tragedi koridor
7. Cabut
8. Niko?
9. Not Bad
10. Hujan
11. Curcol
12. Ke taman
13. Study hater
14. Kena lagi

1. Hari pertama

35.7K 1.4K 168
By fateflying

Sampai detik ini dia masih tidak mengerti. Anka melayangkan pandangan ke arah bangunan yang bisa disebut sebagai sekolah. Sebuah plang dari kayu dicat coklat bertuliskan SMA PALAGAN besar-besar.

"Hhhh...." Mengembuskan napas pelan dia telah sampai juga di sekolah yang sebulan terakhir ini selalu disebut oleh sang mama.

Para murid memasuki gerbang dengan berseragam khas batik biru--rok bawahan abu-abu untuk cewek dan celana abu-abu untuk cowok-- seragam mereka baru, masih kaku dan bau pasar.

Hari ini adalah hari pertama Anka datang ke sekolah. Tiga hari kemarin dia di rumah saja membolos dengan alasan 'masih mengurus kepindahan', padahal kepindahannya berjalan dengan mulus tidak ada kendala. Dibantu oleh pihak sekolah lamanya. Dipermudah agar lebih cepat pergi.

Anka masih terus merutuki nasib. Untuk apa sih dirinya harus pindah sekolah? Padahal dia sudah berada di kelas 12 yang seharusnya dipakai untuk menikmati sisa masa setahun bersama teman seperjuangan sejak masuk SMA di Bandung, SMA Budi Kembang.

Alasan pertama Anka dipaksa secara halus oleh sekolah lamanya untuk pindah dengan iming-iming dinaikkan ke kelas 12, karena kalau tidak diutak-atik nilai gadis itu banyak yang merah. Daripada saat kelulusan nanti dia merusak angka kelulusan yang seharusnya bisa sampai 100%, pihak sekolah mengeluarkan anak-anak yang memiliki nilai buruk termasuk Anka.

Alasan kedua, mamanya mendapat tawaran kenaikan jabatan menjadi Head Manager di Jakarta yang merupakan pusat Butik Cempaka. Sangat tepat waktunya bukan?

Anka tidak bisa menolak dengan berbagai alasan konyol. Dari tidak bisa meninggalkan rumah lama mereka hingga alasan tidak bisa putus dari Okie, pacarnya yang masih satu sekolah dulu. Sekarang sih sudah putus karena Okie tidak mau LDR.

Ya, semoga dirinya bisa bertahan untuk satu tahun ke depan, demi masa depan. Mengingat letaknya di kawasan gaul, Jakarta, anak sekolah di SMA ini pasti kece-kece. Tapi menurut Intan, sepupunya, di sekolah ini ada biaya bantuan juga, program yang dibuat untuk menarik minat orang tua, karena sekolah ini pernah mengalami beberapa masalah. Jadi sepertinya tidak semua anak murid di sana tajir dan keren.

Ponsel Anka di saku bergetar, dia mengambilnya buru-buru sambil meniup gelembung permen karet. Matanya melotot mempertajam tatapannya. Mata gadis itu membelalak sempurna melihat foto di ponselnya. Kiriman dari Karin, musuh dalam selimutnya. Seseorang yang mengaku sebagai sahabat namun menusuknya dari belakang. Di foto tersebut adalah gambar Karin bersama Okie -mantan pacar Anka-- di dalam sebuah mobil. Diambilnya dengan mode landscape sehingga menampilkan gambar Okie dalam balutan seragam menyentir dengan tatapan ke arah lain. Dan Karin tersenyum dibuat semanis mungkin.

Anka menghentakkan kakinya sebal. Dia memaki merutuki cewek penusuk itu.

Harusnya gue yang sama Okie berangkat naik mobil keren itu, dengusnya sebal.

Anka berjalan cepat-cepat memasuki gerbang sampai tak menyadari ada seseorang tidak jauh di depannya sedang bersusah payah membawa beban yang berat.

Misi gadis itu, dia harus mencari teman yang gaul, asyik, dan cantik biar bisa pamer ke Cynthia, sahabatnya di Bandung, lalu si Karin akan iri saat mendengar ceritanya dari Cynth....

Bruk...

Setelah sempat terhuyung ke belakang dan berhasil mengendalikan keseimbangan tubuh, Anka mencari sosok pemilik sikut besar yang tadi menyodok lengannya sampai melayang-layang..

Tidak...

Oh... My... God...

Tulang gadis itu tidak patah atau keluar lalu rontok berjatuhan sehingga menimbulkan suara keras bak benda berjatuhan tadi.

Eh?

Anka memandangi buku-buku tebal yang berceceran di aspal jalanan menuju gerbang kedua. Di depan sudah berdiri sosok cowok, tubuhnya tinggi, dengan berat proporsional, rambut belah pinggir, dia menyipitkan mata dengan ekspresi masam-kecut.

Nah-nah dia akan marah sebentar lagi. Pasti akan marah.

Anka nyengir tak berdosa melewatinya untuk mempermudah proses adaptasi di sekolah ini, kalau hari ini sudah ribut. Bagaimana hari-hari selanjutnya...,

Setelah 2 langkah terdengar suara berat, serak dan dingin di belakangnya, "Hei tunggu! Lo nggak bisa lihat?"

Anka tak peduli dengan teriakan itu. "Dia manggil-manggil astaga! Sial sial!"

Satu...

Dua...

Tiga...

Kabur...

Hosh... Hosh...

Ah....

Anka berhasil masuk ke pintu gerbang kedua dengan napas terengah-engah. Semoga orang itu tidak ingat dengan wajahnya.

"Nak Anka Annasya?"

Jleb. Siapa yang sudah tahu nama lengkapnya?

Anka menoleh dengan gerakan panik, tidak jauh ada seorang guru berwajah ramah namun berwibawa memakai baju batik keemasan dipadu celana bahan hitam, bapak guru ini yang membantunya dan mama saat pertama kali mengurus kepindahan ke sini.

Anka berjalan kikuk ke arahnya memasang senyuman kecil, lalu menyalami tangan, gini-gini dia masih sopan loh sama orang tua.

"Selamat pagi Bapak guru." Gadis itu tersenyum lebar.

"Nak Anka sudah tahu letak kelasnya? Kelas 12 IPS 3 kan? Ada di lantai atas ruangan nomer 69."

"Baik Pak, terima kasih." Anka manggut-manggut sok paham maksudnya biar pembicaraan ini cepat selesainya.

"Mau diantar ke kelas?"

"Tidak usah, Pak. Ah, saya bisa mencari sendiri. Nomer 69 kan yah?"

"Iya, baik. Segera masuk kelas, Nak, karena sebentar lagi bel akan berbunyi," kata Pak Hardi, Anka mengangguk sekali lagi.

Setelah pamit menuju kelas, belum jauh dari tempat tadi terdengar suara Pak Hardi berbicara dengan seseorang menandakan guru itu belum pergi dari posisinya.

"Siapa itu, Pak?" tanya lawan bicaranya, tidak ada nada penasaran, suaranya sangat amat datar.

Dari sekian banyak tangga yang berjejer di koridor Anka memilih salah satu tangga yang terletak di tengah dekat dengan lapangan, setelah menaiki tangga dia berhasil menginjak lantai atas sekolah.

Dinding kelas dicat krem sebatas jendela yang dibiarkan terbuka agar kelas menjadi sejuk dan kaya akan Oksigen. Ruang kelas nomor 69. Ah, ternyata terletak tepat di sebelah kiri tangga.

Saat tiba di depan pintu beberapa anak murid yang sudah berada di dalam mandapati dirinya dengan raut wajah heran sekaligus aneh. Seperti efek domino semuanya langsung memandang ke arah pintu. Anka nyengir kikuk.

"Kamu anak barunya ya?" tanya seorang guru wanita yang tiba-tiba sudah berada di belakang membawa buku absen, Anka mengelus dada karena kaget.

Anka mengerjapkan mata lalu mengangguk kecil. "Iya, Bu."

"Selamat datang di kelas 12 IPS 3. Saya Leni Maryati biasa dipanggil Bu Len, wali kelas 12 IPS 3," katanya dengan senyum ramah.

Anka menyalami guru tersebut mencoba ramah. "Nama saya Anka Annasya, Bu, pindahan dari Bandung."

"Baik. Yuk masuk, akan Ibu perkenalkan dengan teman-temanmu."

"Siap."

"Jangan malu berteman, anak-anak IPS baik-baik kok. Tapi rame banget sih."

Masa depan kelulusan akan ditentukan dalam kelas ini. Dan murid-murid yang menjadi calon temannya ini adalah agen-agen masa depan kelulusannya.

🎓🎓🎓

Semua mata memandang ke arahnya. Anka mengibaskan rambut, tak membiarkan rambut panjangnya melalui bahunya yang sebelah kanan. Gaya Anka memang seperti itu. Gayanya barusan saat mengibaskan rambut membuat para cowok anak kelas 12 IPS 3, mau pun anak cowok kelas sebelah yang penasaran sama anak baru cantik mengintip di jendela langsung menarik napas dan geleng kepala terpesona, tidak lupa mulutnya menganga.

"Hai, cantik!" Seorang cowok menyelinap, wajahnya tampan menarik hati kaum wanita.

Bibir Anka tersenyum tipis.

Lumayan ganteng dan tajir nih daripada Okie, gumamnya.

"Hai."

Tangan cowok itu terulur dengan bibir tersenyum memamerkan gigi jagungnya, "Kenalin nih gue cowok paling ganteng. Davi Dallas." Tidak lupa Davi mengedipkan sebelah matanya genit. "Lo gabung dong sama kita, gue bakal senang banget cewek secantik lo main sama kita-kita."

Siapa maksudnya kita-kita? Anka berdeham supaya bisa mengatur suaranya, dia menatap sekeliling di dekat Davi banyak cowok-cowok serupa -good looking, meskipun tidak ganteng, lumayan keren. Yang cewek juga cantik-cantik dan terlihat seperti kumpulan cewek gaul. Tepat sekali Ankaa memang harus masuk geng keren ini.

"Oke, dengan senang hati," jawab Anka sok classy.

Jawaban Anka membuat suara jadi gaduh, mendadak kelas seperti kandang mafia lotre sedang menggelar perjudian hadiah 10 milyar.

Pengalaman ditusuk oleh Karin memang sedikit membuatnya sedikit trauma menjalin hubungan pertemanan dengan anak-anak populer. Tapi, di kelas ini dia harus memulai dunia baru.

🎓🎓🎓







Continue Reading

You'll Also Like

968K 14K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
578K 27.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
1.1M 43.8K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.8M 231K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...