TAKDIR (Komplet)

By Rex_delmora

317K 21.8K 1.7K

Mencintai kamu bagaikan bernafas buat aku, bagaimana mungkin aku mampu berhenti - ALVIAN HEZA MARDIKA Mencint... More

SATU
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
Dua Puluh Lima (END)
EXTRA
OPEN PO VERSI BARU TAKDIR (SERPIHAN SESAL)

DUA

11.2K 932 76
By Rex_delmora

Saat hati berkata siap, saat itu pula kau tak bisa menghindari sebuah takdir. Menuliskan sebuah kisah dalam selembar kertas putih dengan pena kehidupan.

***

Al dan Prilly terbebas dari lift yang macet, ada petugas satpam membantu membuka paksa lift itu. Prilly masih saja mendekap Al dan menutup matanya, dia belum sadar kalau mereka sudah terbebas.

"Kita sudah aman, Nona." Al mengusap pipi Prilly yang masih bersembunyi di dada bidangnya.

Dia mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri melihat dalam gelap tanpa melepas genggamannya di lengan Al.

"Kita keluar sekarang ya." Al menuntunnya untuk keluar dari gedung megah itu.

Prilly belum terbiasa dengan keadaan kantor barunya, jadi dia tak ingin jauh-jauh dari Al. Mereka berdua diikuti sampai ke lobi oleh satpam yang menolong mereka.

"Kamu mau aku antar pulang, Nona?" tawar Al.

"Ah, tidak Mister terima kasih. Lebih baik saya pulang dengan taksi."

Prilly tersadar dari sikap yang dilakukannya tadi. Rasa yang pernah hilang kembali muncul, rasa yang hampir mati juga mulai kembali mencuat ke permukaan. Luka itu tetap ada, tapi rasa nyaman tak lagi bisa di pungkiri. Laki-laki di hadapannya saat ini berhasil membuat hatinya tergerak untuk meninggalkan luka lalu.

"Baiklah, hati-hati di jalan." Al melangkah menjauh meninggalkan Prilly yang masih diam mematung di tempatnya.

Rasa tak rela meninggalkannya seorang diri di kantor yang sudah mulai sepi, serta hujan yang mulai turun membasahi bumi ini, membuatnya terdiam dan melipat tangannya di atas kemudi. Al tetap diam menunggu sampai gadis yang tadi ditinggalkan mendapatkan tumpangan untuk pulang.

Al diam-diam melajukan mobilnya mengikuti taksi yang ditumpangi Prilly. Hatinya tergerak untuk mengikuti dia sampai tujuan untuk sekadar memastikan bahwa dia baik-baik saja dan selamat.

***

Prilly sampai di rumah, melepaskan blazer yang masih dikenakannya dan duduk di sofa ruang tengah.

"Gimana hari pertama kerjanya?" Dandy menghampiri adik kecilnya yang terlihat lesu.

"Masih penyesuaian, Bang," ucap Prilly dengan mata terpejam.

"Istirahat di kamar sekalian biar nggak keganggu. Abang udah siapin makanan buat kamu."

"Iya sebentar."

Prilly tinggal dengan kakak kandungnya yang kebetulan tinggal di kota di mana dia dipindahtugaskan. Dia beranjak untuk pindah ke kamarnya, kamar yang didominasi warna putih membuatnya terasa nyaman untuk berlama-lama di dalam.

Rasa nyeri tiba-tiba muncul di dalam hati, saat berusaha untuk tetap bertahan pada sebuah cinta yang begitu diagungkan. Namun, cinta itu perlahan mulai hilang, bukan karena tak setia, tapi karena keadaan yang mengharuskannya tetap bertahan tanpa cinta yang mulai meninggalkan.

Memori Prilly kembali satu tahun lalu, saat laki-lakinya begitu membuatnya merasa istimewa dan menjadikannya wanita paling bahagia di dunia. Hanya dalam hitungan hari dia membuat Prilly merasa tak tentu arah, kabar tak ada, pertemuan pun tak lagi di jadikan yang utama. Dia hilang bagaikan di telan bumi, pergi tanpa pesan dan alasan, hanya meninggalkan keresahan yang mendalam di hati.

Prilly menepis bayang-bayang itu, hatinya sudah tertutup untuk dia yang memilih pergi. Mencoba menata kembali kehidupan yang sempat dia tinggalkan dan berteman dengan keterpurukan yang mendalam.

"Al." Prilly teringat pada laki-laki yang hari ini sudah membuatnya nyaman, dan merasa dilindungi.

Hatinya menghangat dan senyum merekah di sudut bibirnya. Al sudah berhasil sedikit membuatnya membuka pintu hati walaupun hanya bagian kecil yang terbuka.

Prilly membuka laci meja rias yang menyimpan memori masa lalunya. Ada sebuah kotak dengan gembok kecil yang mengunci masa lalunya di sana. Dia membukanya perlahan, sesaat Prilly menahan nafas untuk memantapkan hati. Kotak itu sudah mulai berdebu karena sudah setahun ini di tinggalkannya.

Seulas senyum dengan nyeri yang tertahan kembali menjalar. Prilly mengeluarkan semua isi yang ada di dalam kotak kecil masa lalunya. Wajah laki-laki itu masih memperlihatkan senyuman yang menghangatkan hati, tapi kali ini itu sudah tak terjadi lagi.

"Terima kasih untuk masa lalu yang indah dan menyenangkan. Walaupun saat ini kamu pergi dan meninggalkan luka untuk ku, tapi aku tetap berterima kasih karena kamu pernah mengisi hari-hari ku."

Tok ... tok ... tok ....

"Prill, kita makan dulu, nanti kamu lapa malah bablas tidur," ucap Dandy dari balik pintu.

"Iya Bang, sebentar lagi aku keluar." Prilly kembali membereskan kotak-kotak itu dan meletakkannya kembali ke dalam laci.

Prilly keluar dari kamarnya menemui Dandy yang sudah ada di meja makan.

"Sini makan dulu." Dandy mengambil ayam goreng yang menjadi menu santapnya malam ini.

"Mama tadi telepon belum bisa pulang, tugas papa masih banyak dan nggak bisa di tinggal." Dandy menjelaskan.

"Iya, nanti aku telepon mama. Aku kangen sama mama."

"Ya sudah, makan dulu."

***

Al tiba di apartement setalah tadi mengantarkan Prilly sampai rumah dengan cara mengikutinya.

Al tinggal di sebuah apartement yang di wariskan oleh orang tuanya dulu.Tempat ini menjadi saksi mati bagaimana perjalanan hidup Al yang memulai karirnya dari nol.

Al melepaskan semua atribut dan pakaiannya dan beralih ke kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Di bawah guyuran air yang mengalir dari shower, tak sengaja bayangan gadis bermata hazel yang membuat jantungnya berdetak tak normal itu muncul. Al mengulum senyum mengingat betapa takutnya dia pada kegelapan.

Darahnya berdesir saat membayangkan dan merasakan lagi dekapan gadis itu dalam ingatannya. Al menyelesaikan ritual malamnya dan bergegas keluar dari dalam kamar mandi. Mengenakan kaos putih dan celana pendek yang biasa di kenakannya untuk tidur.

Al merebahkan tubuhnya di atas King size dan membuat kedua tangannya menjadi tumpuan kepala.

"Prilly. Dia berhasil membuat jantungku berdetak tak karuan seperti ini. Apa ini yang namanya cinta pada pandangan pertama? Ah sepertinya nggak mungkin. Ini cuma rasa kagum karena keahliannya dan kehebatan yang dia punya." Al menyangkal perasaan yang mulai ada.

Al menepis bayang-bayang Prilly saat dia mulai memejamkan matanya. Prilly berhasil membuat Al tak bisa melepaskan dirinya. Perlahan dia mulai ada walaupun pemiliknya mengingkari hati.

Al beralih ke balkon kamar, malam ini cukup cerah walaupun tadi hujan sempat mengguyurnya dan udara dingin masih tetap tertinggal di sana.

Hatinya yang dulu beku kini mulai mencair, bertahun-tahun Al tak pernah menghiraukan wanita yang selalu mendekatinya, bahkan orang tuanya sendiri pun sudah mencarikan pasangan hidup untuk Al, tetap saja tak ada satu pun yang berhasil meluluhkan hati pangeran es yang tampan ini. Dan saat ini hanya satu yang berhasil membuatnya menoleh dan memyentuh ruang kecil yang tersembunyi di dalam hatinya.

"Prilly, Prilly, Prilly. Kenapa nama itu selalu berputar-putar. Sehebat itukah dia sampai aku bingung dengan perasaanku sendiri." Al meremas dadanya yang terhalang kaos yang di pakai.

Hembusan angin dari lantai lima apartementnya menerpa wajah tampan pangeran es ini. Udaranya yang sejuk membuatnya bisa sedikit tenang. Hatinya menghangat dan senyumannya terukir di sudut bibir Al.

Hanya karena gadis bermata hazel itu, Al sedikit bersikap baik pada hatinya sendiri. Cinta muncul di saat yang tak terduga, karena cinta datang tanpa di minta.

Saat hati sudah mulai memilih pada siapa dia akan menetap, maka hati itu sendiri yang akan menghentikan langkahnya pada hati yang tepat.

***

Sinar mentari yang cerah di pagi hari, mengiringi langkah Al keluar dari apartemennya. Senyum selalu tersungging di bibirnya. Apa lagi saat ingatannya kembali berputar kala malam dimana dirinya dan Prilly terjebak di dalam lift. Rasanya tak dapat ia menghapus memory tentangnya.

"Prilly Kartika Larasati, kau memang gadis penghangat jiwa dan hatiku. Hingga kau mampu melelehkan kerasnya gunung es yang sudah lama membeku di dalam hatiku." Al bergumam sendiri, sambil melajukan mobilnya keluar dari area apartemennya.

Entah mengapa suasana hatinya pagi itu terasa senang dan semangat. Apa mungkin karena Prilly? Entah lah! Yang pasti semenjak kehadiran wanita itu, hati Al merasa sudah mengunci satu nama yaitu hanya Prilly Kartika Larasati. Al menyusuri padatnya ibu kota pagi itu. Tak sengaja dari balik kacamata hitamnya, Al melihat seorang wanita sedang kebingungan sambil melihat ban mobilnya. Al turun dari mobilnya, untuk memastikan jika dia tidak salah penglihatan. Saat dirasa penglihatannya yakin, Al menghampiri wanita itu.

"Nona Prilly ...." Al memanggil Prilly lirih saat sudah berada di depannya.

Prilly terkejut saat melihat Al berdiri dekat dengan mobilnya. Al semakin mendekat dan melihat ban belakang Prilly ternyata kempes.

"Mister Al."

"Kenapa?" tanya Al.

"Ban belakang mobil saya kempes Mister."

Al melihat ke arah belakang, dan benar saja ban mobil Prilly tak bisa jalan karena kempes.

"Apa kamu bawa ban cadangan?" tanya Al.

"Ban cadangannya lagi di tambal, makanya saya nggak bawa ban cadangan," jawab Prilly.

Al berpikir sejenak, mengambil handphone yang ada di saku celananya. Al menghubungi mobil derek dan meminta petugas membawa mobil Prilly ke bengkel.

"Kamu berangkat sama saya saja ya, kamu nggak mungkin nunggu mobil kamu selesai kan? Ini hari kedua kamu bekerja Nona."

Prilly berpikir sejenak. Benar, ini hari keduanya dan tak mungkin dia telat. Prilly mengangguk menerima tawaran yang di berikan Al. Ada rasa canggung saat Prilly harus satu mobil dengan Al.

Alunan lagu dari coldplay menjadi backsong bagi mereka berdua. Tanpa sadar Prilly bersenandung mengikuti lirik lagu yang sedang di putar.

"Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you
And high up above or down below
When you're too in love to let it go
But if you never try you'll never know
Just what you're worth." Alunan lagu yang Prilly nyanyikan membuat Al menoleh padanya.

"Kamu suka juga lagu ini nona."

"Iya mister, salah satu lagu favorit saya."

"Panggil saya Al, kita lagi nggak di kantor."

"Baiklah mister, eh, Al maksud saya."

"Saya juga suka lagu ini."

"Oh, Iya Mister? Berarti lagu favorit kita sama dong?" Prilly menangkup tangannya di depan dada sambil tersenyum ceria membuat Al mengulas senyum yang selama ini dia tidak perlihatkan kesembarang orang.

"Lagu ini bagus, sesuai dengan yang sedang saya rasakan. Tentang berusaha membangkitkan diri dari keterpurukan, tentang limpahan perhatian dan kasih sayang yang teramat sangat besar." Prilly tidak sadar bahwa dengan seperti itu dia sedikit mencurahkan isi hati yang selama ini dia pendam sendiri.

"Kalau saya lebih suka pas bagian 'And I will try to fix you' itu keren banget dan terasa banget di hati." Al sedikit mendendangkan bait tersebut.

"Iya ... iya ... bagian itu yang artinya 'Dan aku kan berusaha membenahimu', andai ada seseorang yang datang membenahi hatiku yang sudah porak poranda," ucap Prilly tak sadar.

Al mengulum senyum melihat tingkah Prilly. Hatinya menghangat dan detak jantungnya kembeli berdetak tak karuan. Kehadiran Prilly benar-benar sudah merubah pangeran es ini menjadi lebih menghangat. Al merasakan perubahan pada dirinya, baru dua kali gadis ini muncul di dalam hidupnya, tapi dia sudah behasil merubah sebagian hidupnya. Cinta memang tak bisa di pungkiri, hati akan berbunga jika dekat dengan seseorang yang memang di pilihnya secara istimewa.

Mereka sampai di pelataran gedung yang menjadi awal pertemuan mereka. Saksi mati pertumbuhan rasa yang belum mereka mengerti dan pahami.

"Terima kasih mister untuk tumpangannya," ucap Prilly.

"Sama-sama. Semangat untukmu bekerja hari ini."

"Baik mister."

Prilly lebih dulu berjalan kedalam gedung, ada rasa tak enak jika karyawan lain melihatnya bersama dengan big bos. Dia hanya orang baru yang belum tahu seperti apa situasi di kantor ini.

"Pagi nona Prilly." Sapa Hanny saat mereka tak sengaja berpapasan di lobby.

"Pagi Hanny."

"Cerah sekali wajah nona hari ini, seperti sedang bahagia."

"Setiap hari kita harus bahagia, supaya kita bisa menikmati hidup yang indah ini."

Tanpa Prilly sadari Al sudah berdiri di belakang mereka dengan seulas senyum yang tak terlihat oleh siapa pun.

"Mister, selamat pagi." Sapa Hanny yang lebih dulu menyadari kehadiran Al.

"Pagi." Jawabnya dingin.

Pintu lift terbuka, mereka memberi jalan lebih dulu untuk Al, lalu mereka mengikutunya dari belakang.

Prilly teringat lagi kejadian kemarin di lift ini. Lift yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, dan kali ini dia harus satu lift lagi dengan orang yang sama. Sekilas Prilly melirik ke arah Al yang tetap tenang menanti pintu itu terbuka.

Ting ....

Pintu terbuka dan Al melangkah lebih dulu meninggalkan mereka. Akhirnya Prilly bisa kembali bernafas normal karena tadi ia sempat sedikit menahan nafas.

***

Al ada di dalam ruangannya, duduk diam di balik meja kebesarannya. Kali ini dia tak langsung menjamah pacar kesayangnya, laptop. Dia lagi asyik memperhatikan Prilly yang sedang membuka map yang ada di atas meja.

Dalam diam Al mulai mengagumi sosok Prilly Kartika Larasati yang lagi-lagi membuat hatinya menghangat. Tanpa di sadari mata mereka beradu pandang, tak ada satu pun yang mengalihkan pandangan itu. Sepertinya mata mereka sama-sama terkunci di sana.

Menyampaikan rasa dengan tatapan yang mendalam. Tanpa mereka sadari rasa itu mulai tumbuh dengan sendirinya, bersamaan dengan luka di hati Prilly yang mulai mengering dan gunung es di hati Al yang mulai mencair.

Tok ... tok ... tok ....

"Masuk!!" Al tersadar dari lamunannya.

"Permisi mister, ini ada berkas yang harus mister tanda tangani."

"Letakkan saja di situ, nanti saya pelajari dulu."

"Baik mister, permisi."

Vini keluar dari ruangan Al untuk melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Al, akan mempelajari map-map yang baru saja di berikan Vini.

Cinta, kehadirannya tak bisa di pungkiri. Walaupun, terkadang dia di tolak dan tak di inginkan, dia tetap bertahan di tempatnya berada. Mencoba memperkenalkan hati yang di pilihnya, agar orang itu mampu merasakan apa yang hati juga rasakan. Tetap berada dalam pendirian sampai dia sendiri merasa lelah dengan keadaan.

Takdir cinta yang di berikan Tuhan selalu tepat, terkadang perjalanan cintanya yang sulit untuk di lalui. Bertemu dan merasakan cinta pada orang yang salah, bukan berarti Tuhan berbuat jahat, hanya saja Tuhan menunjukan bahwa perjalananmu dengannya berakhir sampai di sini dan akan di pertemukan lagi dengan seseorang yang jauh lebih baik lagi.

############

Melonnya Mami

Terimakasih vote dan komennya.
Sabar semua akan indah pada waktunya.

Yang tanya :

Ali kemana?
Jawab : masih anget di bawah ketek aku.

Kok Ali-nya nggak ada?
Jawab : ada Ali kok. Tapi sabar ... masih jauh. Hihihihih

Intinya semua butuh proses ya?
Ali aman kok dipelukanku. Dia masih aku segel. Hahahahaha

Muaaaahhhhhh
Miss you and love you all

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 91.4K 40
Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi Dave benci melihat...
114K 15.2K 55
WARNING! TATA KEPENULISAN MASIH ACAKAN! MOHON DIMAKLUMI. MELODRAMA | FANFICTION | MYUNGZY Kalian percaya bahwa cinta sejati itu ada? Tapi Bae Suzy ti...
764K 53.9K 48
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia...
142K 16.3K 64
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...