TAKDIR (Komplet)

By Rex_delmora

317K 21.8K 1.7K

Mencintai kamu bagaikan bernafas buat aku, bagaimana mungkin aku mampu berhenti - ALVIAN HEZA MARDIKA Mencint... More

DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
Dua Puluh Lima (END)
EXTRA
OPEN PO VERSI BARU TAKDIR (SERPIHAN SESAL)

SATU

36.7K 1.5K 127
By Rex_delmora

Ketika takdir telah mempertemukan, seorang insan tak mampu untuk menolak dan menghindar. Kamu adalah gerbang masa depanku.

***

Takdir adalah ketetapan Tuhan yang tak bisa dihindari. Saat Tuhan memberikan garis hidup yang harus kita jalani, saat itu pula kita harus berjuang menapaki tiap langkah yang sudah diberi. Takdir Tuhan selalu menuntun kita pada sebuah kebaikan, tapi terkadang sifat keegoisan membuat kita memilih untuk tetap pada pendirian.

Masa lalu adalah kenangan, masa kini adalah tempat kita menyulam cinta, esok adalah impian agar kita selalu bersama selamanya. Masa lalu memang menyimpan kenangan, tapi itu bukan alasan utuk tidak dapat melangkah ke depan. Bangkit dari masa lalu, bangun untuk masa depan. Yang lalu, biarlah berlalu, biarkan menjadi kenangan. Tutup lembar cerita yang lalu dan buka lembar cerita yang baru. Biarlah masa lalu menjadi sejarah yang cukup hidup di dalam hati.

Seorang wanita cantik berbalut blazer dan rok span di atas lutut dengan warna senada, putih tulang. Rambut panjang yang ujungnya di-curly, sengaja dia biarkan tergerai indah. Paras cantik nan ayu selalu menyebar senyum saat dia membalas sapaan orang-orang yang menyapanya. Ramah tamahnya membuat dia banyak yang menyukai. Sesampainya di depan pintu yang terdapat tulisan 'Kepala Bagian Produksi' dia memutar kenopnya lalu masuk ke dalam ruang itu. Dia meletakan tas jinjingnya di atas meja yang terdapat tulisan sebuah nama 'Prilly Kartika Larasati'. Dia melepas blazer-nya hingga menyisakan hem putih saja.Tuk tuk tuk tuk

Suara ketukan pintu terdengar hingga Lyana menoleh ke arah pintu.

"Masuk!!!" Lyana duduk di kursi kebesarannya dan memakai kacamata minus yang membuat dia terlihat semakin anggun.

"Bu Lyana, sudah ditunggu di ruang meeting. Hari ini meeting terakhir Ibu di kantor cabang ini, sebelum dipindahtugaskan ke kantor pusat," jelas sekretaris Lyana setelah dia berdiri di depan meja kerjanya.

Lyana menghela napas dalam, sebenarnya dia sudah merasa sangat nyaman bekerja di kantor cabang itu. Namun, hasil kerja yang dia miliki selama ini cukup memuaskan, membuat kantor pusat menariknya, karena di sana sedang membutuhkan keahlian yang dia punya.

"Baiklah, persiapkan berkas yang harus saya bawa ke ruang meeting." Sekretaris itu mengangguk lalu keluar meninggalkan Lyana sendiri.

Lyana memejamkan matanya sejenak, bayang-bayang dia selalu menari-nari di dalam pikirannya. Dia yang pergi tanpa pesan dan meninggalkannya tanpa ucapan selamat tinggal. Lyana perlahan membuka matanya, lalu memulai menghidupkan laptop yang ada di depannya. Dia ingin menghapus semua kenangan indah saat bersamanya, namun dia belum mampu untuk melupakannya. Akankah ingatannya kepada dia selalu menghantuinya setiap saat?

***

Di salah satu gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di tengah ibu kota, seorang CEO muda, tampan, gagah, pembawaannya yang kalem, rendah hati, bijak sana dan tegas namun berwajah datar, berjalan masuk ke ruang kerjanya. Kacamata minus selalu bertengger di hidung mancungnya.

Alvian Heza Mardika adalah pewaris tunggal dari keluarga bembisnis sukses di ASIA. Pekerjaan yang selalu menuntutnya bersikap konsisten, melakukan berbagai usaha untuk membesarkan bisnis keluarganya. Dia harus bisa melihat kesempatan dalam setiap himpitan, mendengarkan kritik baik dari keluarga, teman, atau bahkan orang tak dikenal. Dia mampu bekerja dengan banyak orang yang karakternya beragam. Al adalah seorang CEO sejati.

"Vini, tolong bawakan hasil data calon kepala bagian produksi yang baru." Al berkomunikasi dengan sekretarisnya dari telepon di meja kerjanya.

"Baik Pak." Setelah Vini menjawab, sambungan diputuskan sepihak.

Al mulai membuka laptopnya. Karena pekerjaan yang selalu menyibukkannya, sejauh ini dia tidak terlalu memusingkan persoalan asmara atau pasangan hidup. Yang ada di dalam pikirannya hanya bagaimana mengembangkan bisnis dan bisa memberikan hasil yang terbaik untuk perusahaan.

Tuk tuk tuk

"Masuk!!!" Al menyahut lantang hingga terdengar sampai di luar.

Vini masuk ke ruangannya membawa map merah, lantas ia meletakan di atas meja.

"Ini Pak, data calon kepala bagian produksi yang dipindahkan dari kantor cabang," ujar Vini sopan.

"Terima kasih. Kamu bisa kembali bekerja," ucap Al datar tanpa melihat Vini.

"Baik Pak. Saya permisi dulu." Vini keluar dari ruangan itu.

Sudah menjadi santapan sehari-hari bagi Vini, jika big boss-nya seperti itu. Memang itu sikapnya, dingin namun sebenarnya baik hati. Al sibuk melihat laptopnya, tangan kirinya menggapai map merah yang dibawakan Vini tadi. Al menyenderkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya. Dia mulai membuka map itu. Dahinya mengernyit saat melihat lembar foto berukuran 4X6 yang berada paling atas tumpukan biodata orang tersebut.

"Ilyana Kartika Larasati." Al mengeja nama pemilik foto tersebut. "Namanya cantik, secantik parasnya," gumam Al menyunggingkan senyuman tipis di bibirnya.

Al jarang sekali memperlihatkan senyumannya. Hanya orang-orang terdekatlah yang berkesempatan selalu bisa melihat senyum tipis itu. Al membaca profil Lyana, ada rasa tertarik di dalam hatinya untuk lebih mengenal wanita tersebut.

***

Pagi sekali Al sudah sampai di kantor, karena ada pekerjaan yang harus dia selesaikan. Dia terlihat sangat serius menatap laptop yang ada di hadapannya. Saat Al mendongakan kepala, dia melihat dari kaca transparan yang memang sengaja dipasang sebelah pintu untuk mengawasi pekerjaan pegawai dari tempat duduknya. Mata Al menangkap seorang wanita yang berjalan anggun ingin masuk ke ruang yang berhadapan dengan ruangannya. Al memegangi dadanya.

"Jangan hadir di saat yang tidak tepat. Tolong normalkan detak jantungku ini Tuhan," doa Al dalam hati sambil memegang dadanya yang terasa nyeri karena detakannya berjalan abnormal.

Saat dia sampai di ambang pintu, wanita yang merasa diperhatikan Al menoleh. Dia melihat wajah Al yang penuh peluh, dan hazel-nya menatapnya kagum. Wanita itu tersenyum sangat manis, dan menganggukan kepalanya untuk menyapanya. Al yang merasa kepergok sedang memerhatikan wanita itu, menjadi salah tingkah. Al menarik tisu yang ada di atas meja kerjanya, lalu mengelap keringat yang sudah membanjiri dahinya. Al menelan ludahnya susah payah, lantas mengangguk membalas sapaan wanita tanpa senyuman.

"Tuhan, mengapa jantungku berdetak lebih kencang saat menatap hazel pria itu. Rasanya sudah lama sekali jantungku ini tidak merasakan detakan dan getaran ini." Lyana membatin, matanya tak lepas untuk memandang Al.

Kedua hazel mereka bertemu dari pembatas kaca yang cukup tebal, namun mereka dapat merasakan getaran yang sama di dalam hati, tanpa mereka duga itu adalah getaran cinta.

"Nona Prilly," panggil seorang wanita memudarkan lamunan Prilly.

"Iya Hanny," jawab Prilly menoleh, melihat Hanny sekertaris barunya.

"Nanti ada pertemuan seluruh dewan redaksi dan CEO untuk perkenalan kepala bagian produksi yang baru," jelas Hanny menyampaikan jadwal pertama yang harus Prilly lakukan untuk mengawali harinya bekerja di kantor pusat itu.

"Iya, terimakasih Hanny." Hanny tersenyum manis lalu duduk di belakang meja yang ada di depan ruang Prilly.

Prilly melihat kearah jendela kaca ruangan Al, namun Al sudah tidak berada ditempat duduknya. Prilly lalu tersenyum tidak jelas dan masuk kedalam ruangannya.

Seperti yang di katakan Hanny tadi, seluruh dewan redaksi dan juga Prilly sedang menunggu kedatangan CEO muda pemimpin perusahaan itu. Tak berapa lama seorang wanita berkacamata dan berkulit putih membukakan pintu untuk big bosnya. Al masuk ke dalam ruangan itu, semua orang yang tadinya duduk santai segera merapikan penampilannya dan duduk tegap. Al melangkah mantap menuju kursi kebesarannya, saat dia ingin duduk jantungnya kembali berdetak abnormal kala melihat wanita cantik duduk deretan kedua dari sebelah kanannya. Al menghela nafas panjang untuk mengurangi rasa sesak di dadanya.

"Tuhan, jangan lakukan ini di jantungku. Ada apa dengan jantungku saat melihat wanita itu?" Al membatin sambil mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Tuhan, kenapa perasaan ini hadir kembali setelah sekian lama mati?" Prilly membatin sambil mengalihkan pandangannya menatap map yang ada di depannya. Prilly, menghela nafas panjang mencoba menormalkan detak jantungnya.

"Apa bisa kita mulai pertemuan kali ini?" Al mengawali pembicaraan siang itu.

Sesi perkenalan siang itu berjalan lancar. Prilly mendapat arahan dari Hanny tentang tugas dan wewenangnya di kantor tersebut. Hal yang harus Prilly perhatikan adalah Mengawasi semua kegiatan proses produksi yang berlangsung. Mengkoordinir dan mengarahkan setiap bawahannya serta menentukan pembagian tugas bagi setiap bawahannya.

Entah mengapa mata Al tidak pernah lepas dari pandangan wanita cantik yang secara tidak langsung sudah mengetuk pintu gerbang hatinya. Al semakin merasa kagum dengan Prilly saat dia dengan cepat memahami pekerjaan dan tugas yang akan di laksanakan di perusahaan itu.

"Jadi saya nanti mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan produksi agar dapat mengetahui kekurangan dan penyimpangan atau kesalahan, sehingga segera dapat dilakukan perbaikan untuk kegiatan berikutnya? Iya, begitu?" Prilly menatap Hanny untuk memperjelas tugas selanjutnya.

Al tersenyum sangat tipis saat melihat kecerdasan Prilly tersebut. Prilly melirik Al yang sedari tadi memperhatikannya.

"Dan setelah semua selesai, Nona Prilly bisa menyerahkan langsung laporannya kepada Mister Al. Nanti, agar Mister Al mengecek ulang hasil kerja Nona, dan memproses lebih lanjut," lanjut Vini menambahi penjelasan dari Hanny.

"Baiklah ... saya paham sekarang." Prilly merasa salah tingkah saat menyadari bahwa Al sedari tadi memperhatikannya.

"Baiklah, semua tugas sudah Nona Prilly pahami. Jadi pertemuan ini sudah bisa di akhiri," ucap Vini.

Al berdiri dari duduknya lalu mengarahkan tangannya kepada Prilly. Prilly yang tadinya duduk, kini dia ikut berdiri dan menerima tangan Al untuk berjabat tangan. Ada getaran hebat di dalam hati mereka saat kulit keduanya bergesekan, hati mereka menghangat dan merasa nyaman.

"Selamat bekerja di kantor pusat Mardika Group. Semoga Anda merasa nyaman dan betah di sini." Al mempererat tautan tangannya pada Prilly.

"Terimakasih," ucap Prilly membalas genggaman erat tangan Al.

Al melepas genggamannya, ada rasa ketidak relaan di hatinya, saat tangan Prilly lepas dari tautannya. Al segera keluar dari ruangan itu, di ikuti Vini berjalan dibelakangnya. Prilly yang melihat punggung Al keluar dari ruang tersebut, entah mengapa hatinya merasa tidak rela.

"Nona Prilly, pertemuan sudah selesai. Kita bisa kembali ke ruangan," ajak Hanny lalu Prilly mengangguk.

Sebelum Prilly keluar dari ruangan tersebut, dia terlebih dulu berpamitan dengan rekan kerjanya yang baru saja dia kenal. Prilly melangkah lebar, keluar dari ruang tersebut lalu menuju ke ruangannya. Sebelum masuk ke dalam ruangannya, entah mengapa dia mendapat dorongan dari hatinya untuk menoleh ke ruang Al. Senyum tersungging di bibir tipisnya saat melihat Al sedang serius bekerja.

"Mister Al, apa kamu akan membuka pintu hatiku yang sudah lama tertutup dan menjadi obat penawar luka yang masih membekas di hati ini?" Prilly membatin sambil memandang Al yang saat ini sedang serius menelpon.

***

Semua karyawan sudah terlihat meninggalkan kantor, karena jam sudah menunjukan pukul 17.00 WIB. Prilly segera mengemasi barang-barangnya lalu keluar dari ruangannya. Saat Prilly membuka pintu ternyata, entah memang sudah takdir atau hanya kebetulan saja, Al juga sedang membuka pintu. Jantung mereka kembali berdetak cepat. Al berusaha bersikap tenang dan menutup pintunya begitu juga dengan Prilly. Keduanya berjalan menuju ke arah lift. Rasa canggung menghinggapi keduanya, hingga pintu lift terbuka. Al dan Prilly bersama melangkah masuk kedalam lift. Mereka masih saja diam seribu bahasa, hingga tiba-tiba lift macet dan lampu padam.

"Aaaaaaa ...!!!" pekik Prilly yang tidak sadar memeluk lengan Al.

Deg ... deg ... deg ... serrrrrr ....

Jantung Al seketika berdetak hebat dan aliran darahnya berdesir dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

"Aku takut gelap," ucap Prilly terdengar bergetar menahan tangis.

Al yang merasa kasihan langsung memeluk Prilly, memberi kenyamanan agar Prilly merasa aman.

"Jangan takut, ada aku di sini." Al mempererat pelukannya dan mencoba menekan-nekan tombol lift itu asal.

Al merasa di dalam lift itu pengap hingga dia sulit sekali untuk bernafas. Apa lagi Prilly memeluknya era, Al tidak tega jika melepas pelukan Prilly karena dia sudah menangis. Al menggedor-gedor pintu lift hingga tangannya merasa sakit. Al semakin panik saat udara di dalam lift itu semakin panas dan pasokan oksigen semakin menepis.

"Siapa pun yang di luar sana, tolong!!!" Al berteriak keras, sambil masih memeluk Prilly yang mulai melemas karena takut dan menangis.

Ada seorang satpam yang kebetulan berkeliling mengecek gedung, melewati depan lift. Saat mendengar ada teriakan dari dalam lift dia segera menghampiri sumber suara.

"Tolong!!! Kami terjebak di dalam lift!!!" teriakan Al terdengar jelas di telinga satpam itu.

"Tunggu ... saya mencari bantuan!!!" teriak satpam itu keras membalas teriakan Al.

Satpam itu segera berlari mencari bantuan. Al yang sudah sedikit lega karena akan mendapat bantuan, mencoba melepaskan tangan Prilly. Namun Prilly yang sangat ketakutan, tidak mau melepas pelukannya.

"Jangan lepaskan aku. Aku takut sendiri." Prilly berkata lirih sambil menangis, membuat Al tidak tega melepaskannya.

"Aku tidak akan melepaskanmu dan membiarkanmu sendiri. Aku di sini untuk menemanimu." Al membalas pelukan Prilly.

Cinta itu datang bagaikan pencuri. Tidak memandang siapa dan dimana dia akan mencuri hati. Tanpa kita sadari cinta akan tumbuh di jantung hati, seiring berjalannya waktu. Semua sudah di gariskan oleh Takdir Tuhan.

###########

Maminya Melon

Terimakasih untuk vote dan komennya ya?

Ini adalah hasil kolaborasi dua orang yang sama-sama somplak, antara anak dan emak yang setiap malam lembur untuk belajar bersama. Semoga hasilnya tidak mengecewakan.

Love you all ....
Muuuuuaaaahhhhh

Continue Reading

You'll Also Like

23.8K 1.8K 17
Park chanyeol laki laki tampan yg memutuskan untuk menikah dengan seorang wanita buta untuk membalas dendam atas penghianatan sang kekasih yg memilih...
1.3M 13.1K 25
18+ Pecinta tt garis besar. Pengusaha kaya raya, Aarav Arsenio menyukai gadis montok Whynnie Olivia secara ugal-ugalan. Semua bentuk badan Oliv, Ayan...
7.4K 390 10
True love ini adalah lanjutan dari MY MIRACLE, yang akan menceritakan bagaimana pasangan suami istri yaitu min yoongi dan lee ara menjalani kehidupan...
792K 4.4K 12
Berisi cerita pendek dengan tokoh yang berbeda-beda! ⚠️Mature content with a sex, deep kiss, and vulgar words⚠️ ⚠️Setiap cerita bisa membuatmu sange...