New Journey [Greyson Chance]

By sekartiktik

17.9K 1.8K 624

Book two of The Journey. "Mungkin kau hanya ditakdirkan untuk menjadi penyemangatku, bukan untuk menjadi pen... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19

Part 6

1.2K 113 16
By sekartiktik

a/n ; haloo.. maafin ya lama banget updatenyaa karena gue sibuk ngajar + prepare buat UN jugaa. Jadi ngetik FF jadi selingan aja kalo lagi gada kerjaan. Mohon maklum :
ENJOY!!




Greyson's POV

"Greyson..." suara lembut Elsa memanggilku. Aku tertidur diatas pangkuannya. Wajahnya yang teduh menatapku. Jemarinya, menyeruak diantara helaian rambutku, membelainya dengan lembut.

"Aku merindukanmu," sahutku. Elsa mencium keningku. Ia menempelkan keningnya pada keningku, "Pulanglah bersamaku, Elsa." Pintaku. Jemarinya berpindah pada pipiku. Mata abunya membulat, "Jika aku bisa, aku akan melakukannya," ia menarik nafas dalam-dalam, nampak sedang berpikir, "Ini sudah saatnya kau mencari penggantiku. Kau tidak bisa hidup tanpa seorang wanita disisimu,"

"Tidak ada seorang wanitapun yang bisa menggantikanmu," bantahku,

"Greyson jika kau mencintaiku, relakan kepergianku,"

"Apa maksudmu? Kau sedang duduk dihadapanku saat ini,"

"Zachary dan Quinn masih membutuhkan sosok seorang Ibu. Carilah wanita lain. Pastikan ia menyayangi buah hati ku," ujar Elsa. Ia berdiri lalu melangkah menjauhiku. Aku ingin mengejarnya namun kaki ku tak dapat bergerak.

"Elsa, tunggu... ELSAAAAA,"

*

*

"Daddyy," wajah Quinn langsung menyambutku ketika aku membuka mata. Keringat pun bermunculan dikeningku.

Mimpi...

"Daddy tak apa?" tanya Quinn khawatir. Ku rengkuh Quinn kedalam pelukan ku sambil berkata, "Dad baik-baik saja. Ayo tidur lagi. Maaf telah membangunkanmu," Quinn mengangguk. Ia mulai menyandarkan kepalanya diatas dadaku sambil memegang dotnya.

Akhir-akhir ini aku memang sering bermimpi tentang Elsa. Entah mengapa disetiap mimpi ku ia seolah berkata aku harus berhati-hati dan sebagainya.

Malam ini Zach mendapat giliran tidur bersama Ibu ku, sedangkan Quinn tidur bersamaku. Ponselku menyala, ku raih ponsel yang berada diatas meja. Tertera satu pesan dari Maggie.

Ia mengucapkan selamat malam padaku, namun aku hanya membaca isi pesannya saja.

"GREEEEYSOOOOONN," Niall berteriak dari ruang tamu. Aku yang sedang sibuk memakaikan baju Quinn dan Zach pun ikut berteriak, "APA?! AKU TIDAK TULI,"

"AKU PINJAM MOSES,"

"MAU KEMANA KAU?"

"PROM NIGHT. AKAN KU ISI BENSINNYA NANTI,"

"TUNGGU,"

Ku tarik kaki Quinn yang sedang tidur-tiduran diatas tempat tidur. Ku baluri minyak telon lalu memakaikan celana dalamnya yang bergambar kelinci.
Zachary berlari kesudut kamar, ia bersembunyi dibalik tirai, "Dad melihatmu," ujarku sambil berpura-pura ingin menerkam Zachary. Ku dirikan Zachary diatas tempat tidur dan mulai memakaikannya kaus.

"Quinn, jangan keluar sebelum kau memakai bajumu," pekik ku saat Quinn hendak keluar dari kamar.

Setelah mereka semua berpakaian lengkap, aku memasang dasi ku lalu turun kebawah sambil menenteng jasku.

Niall sudah menunggu dibawah. Ia sedang memakani keju yang ada diatas meja.

"Nah kebetulan kau sudah berada dibawah," Niall membersihkan tangannya, "Aku ingin meminjam moses dan juga tuxedomu untuk nanti malam dan juga hmm apa lagi oh ya sepatumu,"

Mataku memicing. Bocah ini benar-benar tidak tahu diri jika sudah meminjam barang.

Takut terlambat tiba di kantor, ku suruh Niall memilih sendiri barang yang ia ingin pinjam.

"Bu, aku pamit," ku cium pipi Ibu ku sambil menggendong Zachary, tak lupa berpamitan pada Quinn karena hari ini giliran ia yang tinggal dirumah bersama Ibu ku.

Niall's POV

Lemari pakaian Greyson yang besar membuat ku berkhayal seperti berada di butik. Alasan mengapa aku ingin meminjam semua ini pada Greyson dikarenakan ia memiliki banyak kemeja yang bagus dan tentu saja rancangan dari Elsa. Semua baju buatan Elsa selalu menarik.

Tuxedo hitam berwarna gradasi abu ku pilih. Aku tak sabar menanti malam dimana aku bisa berdansa dengan Olivia.

Malam prom berlangsung seperti biasa. Banyak para pasangan berdansa, berfoto untuk kenang-kenangan. Benny diam-diam memasukan wine kedalam soft drink yang disediakan oleh pihak sekolah ku, alhasil.., kami setengah mabuk saat ini.

Olivia terlihat manis malam ini dengan gaun merah tua yang menjuntai menutupi kaki jenjangnya.

"Niall, maukah kah kau mengantarku pulang?" ujarnya. Aku melongok kearah arlojiku yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku mengangguk sambil meletakkan gelas minumanku.

Saat ini kami sudah berada didalam moses. Olivia mengusap kedua lengannya dan memang cuaca malam ini cukup dingin. Tak mau di cap lelaki tak peka, aku pun melepas tuxedo ku lalu memasangkannya pada tubuh Olivia.

Ia tersenyum sebagai ucapan terima kasih.

"Bagaimana kabar Greyson dan anaknya?" tanya Olivia.

Aku menggaruk hidungku, "Mereka baik dan saat ini aku sedang mencoba menjodohkan Greyson dengan seorang gadis.. kau tahu ia duda kesepian, aku tak tega melihatnya sendirian terus menerus ditambah harus mengurus kedua anaknya itu,"

"Kau benar," keheningan menyelimuti kami cukup lama.

"Ayo mampirlah dulu," pinta Olivia setelah Moses berhenti didepan rumahnya.

"Umm ini sudah hampir larut,"

"Tak masalah, orang tua ku sedang pergi ke Florida. Jika kau tidak keberatan untuk menemani ku mengobrol sebentar?"

Aku tersenyum kecil dan akhirnya mengiyakan permintaannya.

Olivia menyuguhkan ku sekaleng bir dan camilan kecil. Ia duduk disebelah ku dan aku berani bersumpah aroma tubuhnya sangat menggoda.

"Kemana kau akan melanjutkan kuliah setelah ini, Niall?"

Menyesap bir, aku bergumam kecil, "Sepertinya aku akan melanjutkan kuliah ke NYU lalu magang di kantor Greyson,"

"Kau akan bekerja di Marvel?!" pekiknya tak percaya.

"Yeah.., kurasa begitu," ujarku sambil menyengir.

"Ini keren," Olivia tertawa, "Berbeda dengan ku," sambungnya. Aku mengerutkan kedua alisku, tak paham dengan ucapannya, "Apa maksudmu?"

"Aku akan melanjutkan kuliah di Perancis," aku menatap Olivia dengan tatapan tidak percaya. Ia baru mengatakan hal ini padaku setelah sekian lama kami menjalin hubungan.

"Kau baru memberitahuku?"

"Maafkan aku, Niall. Aku berusaha memberitahumu, namun rasanya sulit."

Ku mendengus kesal, "Apa hubungan kita akan tetap berjalan setelah kau kuliah disana?"

Olivia mengangguk, "Mungkin,"

"Mungkin?"

Ku letakkan kaleng bir ku diatas meja lalu berdiri sambil berkecak pinggang. Ku longgarkan dasiku, karena udara tiba-tiba terasa panas dan sesak.

"Niall, maafkan aku," Olivia ikut berdiri. Ia mencoba meraih tanganku namun ku tepis, "Kau tahu seberapa besar aku menyayangimu? Kenapa kau selalu menjawab mungkin setiap kali ku tanya tentang kejelasan hubungan kita? Olivia, menjauhlah dari hidupku jika kau tidak benar-benar mencintaiku,"

"Aku tidak bermaksud begitu," Olivia mulai terisak. Bulir air mata sudah membasahi pipinya.

Aku merutuki diriku karena membuatnya menangis. Sungguh, tidak ada didalam kamus Niall Horan membuat seorang wanita menangis.

Ku dekati Olivia lalu menangkup wajahnya dengan kedua tanganku, "Maafkan aku," ujarku sambil mengusap air matanya. Olivia mengerjapkan kedua matanya, sorot matanya menunjukkan ketenangan, "Akan ku dukung kemanapun kau ingin mengejar mimpimu," sambungku.

Olivia tersenyum. Entah mengapa desiran itu kembali datang. Ku tatap kedua bola mata Olivia sekali lagi dan perlahan memajukan kepala ku untuk menciumnya. Olivia membalas ciumanku dengan lembut. Ia memeluk tengkuk leher ku dan memperdalam ciuman kami. Aku mendorong tubuhnya merapat ke tembok sambil menahan kedua tangannya.

***

Untuk pertama kalinya aku kembali kerumah dengan perasaan sangat bahagia. Pakaianku berantakan ketika aku tiba dirumah Greyson dan berniat untuk mengembalikan moses.

Gemerisik suara pintu garasi membuat si penghuni rumah bangun. Greyson menatapku dari ambang pintu dan dihadapannya pun aku tak bisa menyembunyikan senyum sumringah ku.

"Mengapa kau tersenyum seperti itu?" semburnya.

"Ini malam yang hebat," ia menaikkan sebelah alisnya, "Kau tak akan percaya ini,"

"Memangnya ada hal menarik selain pesta dansa di sekolahmu?"

"Yeah..," aku menyengir.

Greyson mencoba menerka reaksiku. Matanya tiba-tiba saja melotot, "Bajumu berantakan dan baumu..."

"Ssshhh," ku taruh jari telunjuk didepan bibirku, "Jangan keras-keras. Ok akan ku beritahu apa yang terjadi," kali ini aku gugup, "Aku dan Olivia baru saja melakukannya,"

"Melakukan apa?"

Aku mendengus, "Melakukan itu,"

"Bicara yang jelas,"

"Oh ayolah, Grey. Jangan membuatku kesal. Kau pasti tahu apa yang terjadi jika sepasang kekasih sedang berduaan,"

Ekspresi Greyson berubah, "KAU SUDAH MELAKUKAN HUBUNGAN SEX?!" ku bekap mulutnya dengan tanganku, "Ssshh!! Kau ini benar-benar sinting. Ku bilang pelankan suaramu,"

Greyson melepas tanganku dengan kasar, "Kau gila! Kau baru saja menginjak delapan belas dan kau sudah melepas keperjakaanmu? Oh Niall, tak bisakah kau mencontoh diriku? Aku melepas keperjakaan ku setelah menikah dengan Elsa," khotbahnya. Tiba-tiba saja aku dirasuki rasa bersalah, "Ngomong-ngomong, bagaimana rasanya?" suaranya tiba-tiba terdengar penasaran. Kini aku yang terlihat bingung, "Kau tidak bermain terlalu kasar, 'kan?"

Kami berdua terkekeh, "Aku membuatnya puas," ujarku bangga. Greyson tergelak.

"Yeah, pulanglah. Aku tahu kau lelah,"

"Aku berani bertaruh. Kau pasti juga ingin menyalurkan hasratmu itu pada seorang wanita," Greyson terkekeh, "Jangan terlalu sering masturbasi dikamar mandi. Sabun mahal," ujar ku kemudian berlari kearah rumahku.

"Dasar sinting," teriak Greyson.

Aku masuk kedalam kamarku dengan keadaan tersenyum. Entah mengapa bila mengingat kejadian tadi membuat ku bergidik geli. Membayangkan tubuh Olivia. Bagaimana suaranya mendesahkan namaku.

Tiga hari berlalu, saat ini aku sedang mengantar Olivia kebandara. Kami mengucapkan salam perpisahan seperti layaknya sepasang kekasih yang ada didalam film. Olivia menitikkan air mata, begitu juga aku.

"Jaga dirimu disana," ujarku. Olivia mengangguk dan memelukku untuk yang terakhir kalinya. Setelah memastikan ia sudah masuk kedalam kabin pesawat, aku pun kembali pulang.

Bibi Lisa mengirimkan ku pesan singkat yang berisikan untuk segera pulang kerumah karena ia ingin pergi belanja. Seperti biasa, tugas ku menjaga Quinn dan Zachary selama Greyson pergi keluar kota. Ia sedang berada di Los Angeles selama dua hari dan yeah ia pergi bersama Maggie. Aku belum menanyakan sejauh mana hubungan mereka berdua, namun ada beberapa hal yang sedikit mengganjal, 1.) Quinn dan Zachary tidak mau bertemu dengan Maggie. Mereka selalu merengek dan memilih pergi bersama ku. 2.) Aku sempat beberapa kali menemukan bekas luka lebam dilengan mereka berdua. Ingin sekali ku bertanya apakah Greyson yang melakukannya karena ketika ku tanyakan hal ini pada bocah itu mereka selalu menjawab, jatuh, terbentur, dll.

Ku parkirkan van ku didepan rumah Greyson. Setelah memastikan mobil sudah terkunci, aku bergegas masuk kedalam.

"Aku datang," Bibi Lisa bernafas lega, "Syukurlah kau sudah datang. Ku titip mereka berdua ya. Aku mau membeli bahan makanan untuk makan malam kita,"

Ku acungkan kedua ibu jari ku pada Bibi Lisa.

"Hey apa yang sedang kalian lakukan?"

Zachary menjawab, "Bermain lego. Aku sedang membuat senjata,"

"Ahh aku ikut,"

Kami bertiga bermain lego bersama. Quinn membuat istana, aku membuat sebuah robot dan Zachary membuat senjata yang disebutnya Ironboy.

*beep beep*

Dering facetime terdengar. Ku rogoh saku ku, "Hey lihat, Dad kalian menelpon," ujarku sambil menyodorkan ponselku pada mereka berdua.

"Quinn mau bicara dengan Dad,"

Kamera depan ponselku sedang memulai. Terlihatlah wajah Greyson yang sedang bertelanjang dada.

"Hey kalian," sapanya.

"DAAAADDDYY," Zachary dan Quinn berebut ingin wajah mereka terlihat.

"Duh kalian ini bisa membuat ponselku rusak," Ku jauhkan sedikit ponselku agar wajah kami bertiga sama-sama terlihat.

Quinn dan Zachary melambaikan tangan mereka pada Greyson.

"Daddy pulang. Zach mau dibacakan komik ironman lagi,"

Greyson terkekeh, "Sabarlah, Nak. Dad akan segera pulang,"

Quinn memajukan tubuhnya, "Jangan lupa belikan Quinn boneka balu,"

"Siap Tuan Putri," Greyson mengacungkan ibu jarinya, "Bicara dengan siapa, Grey?" suara wanita terdengar. Tubuhnya yang hanya memakai kimono tidur terlihat dari balik tubuh Greyson.

Quinn langsung menghempas ponselku begitu tahu wanita itu Maggie, "Quinn? Hey kau kenapa?" Ia dan Zachary berlari masuk kekamar mereka.

"Ada apa dengan mereka?" tanya Greyson. Aku menggelengkan kepala karena tidak mengerti dengan sikap bocah itu.

"Apa kau dan Maggie tidur satu kamar?"

"Tidak. Ia hanya sedang mampir kekamarku karena kebetulan kamar terkoneksi. Ia kemari ingin mengambil laptop," terangnya.

"Kurasa anak mu cemburu pada Maggie,"

"Apa?" Greyson tergelak, "Jangan konyol, Niall,"

"Aku berkata yang sebenarnya,"

"Tolong berikan ponselmu pada mereka. Aku ingin bicara,"

"OK," Ku langkahkan kaki ku menuju kamar mereka berdua. Ku ketuk beberapa kali namun mereka tidak mau membukakan pintunya, "Zach, Quinn, keluarlah. Dad mu ingin bicara,"

"TIDAK MAU,"

"DAD TIDAK SAYANG PADA KAMI,"

"BENAR! BUKTINYA IA TIDAK MAU TIDUR DENGAN KAMI LAGI,"

"IA MALAH TIDUR DENGAN MAG MAG,"

Aku mencoba menahan tawaku, "Lihat?"

Greyson menghela nafas, "Aku akan tiba di rumah besok pukul sembilan pagi," sambungan pun terputus.

Aku terbahak melihat ekspresi Greyson. Untuk saat ini aku harus mencari tahu ada apa dengan Maggie dan mereka. 

***TBC***

Continue Reading

You'll Also Like

1M 83.1K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
304K 25.5K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
185K 9K 30
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...