Stubborn Love

By Rin733

80.9K 4.8K 423

Feng Jianyu. 23 tahun. Mahasiswa akhir jurusan Performance art dan seorang pekerja paruh waktu. Wang Qing. 22... More

Takdir?
Penawaran
I Play U
Family?
Game On!
Meet Your....
Move my...
Ur Favorite..
Failure

Caught in His Webs

6.7K 465 33
By Rin733


Dayu bersiul riang sambil sesekali bersenandung. Tangan kirinya memegang ember berisi air sedangkan tangan kanannya menenteng pel lantai. Ia memang memegang gold card pemberian Wangqing tapi mana bisa ia serta merta berhenti bekerja begitu saja. Mau ditaruh dimana harga dirinya yang tinggal separuh itu kalau sampai ia hanya bersantai menikmati uang Wangqing tanpa bekerja.

Dayu mendesah lelah jika memikirkan tentang boss sadisnya itu. Sudah hampir sebulan berlalu sejak perjanjian sepihak mereka. Hampir tiap hari Wangqing selalu datang ke apartemennya. Kadang Qing hanya mengajaknya bicara.

Tapi tidak jarang si boss brengsek itu menggunakan tubuhnya sesuka hati. Meski sentuhan nya semakin lembut. Meski ciumannya semakin mesra

Meski...

Ugh!

Pipi Dayu memanas. Cepat-cepat ia usir bayangan malam-malam panas nya jauh-jauh.

"Ugh! Dayu Bodoh! Bodoh! Bodoh! Apa sih yang kau pikirkan. "Dayu menggerutu sambil memukuli kepalanya sendiri.

"Hahahahahahaha.."

Suara tawa lepas membuat Dayu sontak menoleh.

"Kau sungguh lucu bicara sendiri seperti tadi.. hahahaha.."

"Hah??"

Wangyu, si pria yang baru saja tertawa terbahak-bahak tadi mengambil nafas dan mengusap air diujung matanya. Ia tidak menyangka bertemu makhluk unik di perusahaan semengerikan ini.

Tanpa basa basi Dayu memasuki ruangan baru yang di desain khusus untuk pria di depannya. Dia meletakkan ember ember pel pelan dan memukul tulang belakangnya dengan pelan.

"Aku baru melihatmu, kau pegawai baru di sini?" tanya Dayu.

Wangyu tertawa, sepertinya pemuda di depannya benar benar tidak mengikuti perkembangan berita perusahaannya sendiri.

Office boy.

Oh pantas saja, mana mungkin dia punya waktu untuk menggosip ketika dia harus banting-tulang mengepel seluruh perusahaan.

"Ya, aku karyawan baru di sini."Wangyu mengangguk.

"Perkenalkan aku Feng Jianyu, seniormu di sini. Walaupun gajimu lebih tinggi dariku setidaknya aku lebih lama bekerja disini. Semoga kau betah, aku saja tidak betah berada di sini.hahahhaha," Dayu tertawa membuat Wangyu mengerutkan dahi samar.

"Kenapa tidak betah, gajimu kurang banyak?"

"Ini bukan masalah gaji, kau akan menemukan hal aneh di kantor ini. Apalagi CEO Wang, bahkan aku belum pernah menemukan makhluk sebrengsek dia di muka bumi ini!"

Wangyu melongo.

Dia bahkan belum pernah menemukan julukan yang cocok untuk sepupunya, tapi seorang office boy menjuluki sepupunya dengan makhluk brengsek.

Hmmmm tidak buruk juga.

"Sepertinya kau sangat mengenal bosmu?"

Pernyataan Wangyu membuat Dayu gelagapan. Jangan sampai karyawan di sini tahu jika dia punya affair dengan bosnya, bisa bisa dia mati karena tidak bisa menahan pandangan menusuk sebagian isi kantor ini. Dayu mencoba tersenyum, "tidak juga, aku..."Dayu berfikir memutarkan bola mata untuk memberi sanggahan pada pemuda itu,"aku hanya sedikit mendapat 'hukuman' ketika tidak sengaja salah membawa minuman yang dipesan bos.

Dayu tidak sepenuhnya berbohong

Dia memang mendapat 'hukuman' khusus dari bosnya, meski konteks hukuman dari bosnya adalah hukuman xxx.

Dayu merona, dia mengibaskan tangannya ketika rasa panas menjalar di wajahnya.

"Ahhh, terkadang memang dia seperti itu?" Wangyu berkata.

"Dia, kau sudah mengenal bos. Jangan laporkan ini pada bos!!"Dayu berteriak.

"Hanya kenalan lama,"ucap Wangyu sambil meminum segelas teh miliknya.

"Ah, kita sudah mengobrol banyak tetapi aku belum memperkenalkan diri. Aku Feng Jianyu, mahasiswa tingkat akhir jurusan performance. Umurku 23 tahun." Dayu memajukan tangannya, dia langsung menggenggam tangan pemuda di depannya.

"Aku Wangyu, "ucapnya singkat.

Dayu berlalu mengambil ember dan pel pelannya hendak meninggalkan ruangan itu. Namun sebelum Dayu menlangkah pergi, tangan kokoh milik Wangyu menghentikan langkahnya.

"Bisa kau tunjukkan dimana ruang kesehatan perusahaan, sepertinya kepalaku agak terasa berat."

Dayu tersenyum, meski harus berjinjit, dia merangkul pundak Wangyu yang lebih tinggi darinya itu.

"Kalau boleh memberi saran, jangan pernah masuk ke ruang kesehatan milik perusahaan. Dokter di sini akan membuat sakitmu semakin parah, dia seperti iblis. Wajahnya saja seperti siluman rubah."

Wangyu kembali mengerutkan dahi dengan ucapan absurd dari teman dadakannya itu

"Dengar ya.." Dayu menengok ke kanan dan ke kiri. Ia memastikan tidak ada siapapun yang bisa mendengar percakapan mereka. Puas melihat keadaan yang sepi ia kembali mendekatkan bibirnya ke arah telinga Wangyu, "Kau itu tampan-"

"Hah?!" Wangyu berjengit, tapi seketika mulutnya dibekap oleh Dayu. "Sssttt! Jangan teriak. Aku belum selesai bicara!"

Wangyu melongo, ia hanya bisa menganggukkan kepala seperti orang bodoh.

"Dengar, aku mengatakan ini karena aku sudah lebih berpengalaman dibandingkan dirimu." Dayu mengambil jeda untuk lebih menyakinkan.

"Dokter di klinik perusahaan ini bisa membuatmu menjadi gay seketika!" Bisik Dayu dengan nada melengking. Terkesan menggebu-gebu.

Wangyu mengerutkan dahi. Gay, eh?

"Lalu? Apa masalahnya?"

Tanya Wangyu datar.

Mata Dayu membola mendengar reaksi kenalan barunya itu. Ia hendak meyakinkannya tentang bahaya kutukan Chen Qiushi ketika matanya menangkap luka sayatan di leher Wangyu yang tertutup kerah bajunya. Ada bercak darah mengering di sekitarnya.

Dayu memegang leher Wangyu dengan kedua tanganya. Ia sedikit berjinjit untuk memeriksa seberapa parah luka sayatan itu.

"Kau terluka cukup dalam. Apa yang terjadi?!"

"Ah.. ini hanya-"

Belum sempat Wangyu membela diri, tangannya sudah ditarik paksa oleh Dayu.

"Kita ke klinik sekarang juga!"

Eh? Bukankah dia sendiri tadi yang bilang padanya untuk jauh-jauh dari klinik kesehatan. Kenapa malah sekarang ia dipaksa kesana. Kkkkk.. Wangyu terkekeh. Kenalan barunya ini memang manusia yang unik.

xxxMeetANewFriEnemisxxxx

Selesai ketegangan yang terjadi antara Wangqing dan Wangyu, CayZ mengajak Wangqing ke tempat favorit mereka. Sebuah tempat biliar yang sengaja dia bangun disamping studio foto miliknya, tempat billiard pribadi yang dia gunakan untuk melepas semua beban yang dimuliki.

Ketika mereka masuk ke dalam, beberapa model masih menghabiskan waktu mereka, CayZ mengkode agar tempat miliknya kosong tanpa ada seorangpun yang ada kecuali seorang bartender yang merupakan kaki tangannya sendiri.

Wangqing mengambil tongkat biliar sementara CayZ mengambil minuman pada minibar ujung ruangan.dia mencampur lemon dengan minuman yang dia pesan.

"Aku benar benar tidak menyangka, dia ikut melibatkanmu dalam permainan ini," Wangqing memukul pelan bola putih di meja billiard.

CayZ menghela nafas, dia serahkan satu gelas minuman kepada sahabatnya itu dan menghabiskan minuman miliknya dengan sekali teguk.

"Kenapa kau menyetujui permainan ini? Aku bisa membawanya ke jerman meski Wangyu sudah menemukannya di Osaka,"ucap CayZ.

"Aku sangat tahu siapa Wangyu, ketika dia sudah mengintai sesuatu dia tidak akan melepaskan dan aku yakin selama dua puluh empat jam wanitamu akan diawasi," ucap Wangqing.

Bola bola berwarna warni berpencar ketika CayZ memainkan stik billiard dengan keras, beberapa masuk ke dalam lubang dengan tepat.

"Begitukah, ternyata memang dia sebrengsek kau,"

"Bagaimanapun kami memiliki darah yang sama, wajar saja jika kami sama sama brengsek,"

"Lantas apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan mengikuti permainannya,"

Wangqing memukul bola-nya. Satu persatu bola warna warni bernomor itu masuk ke dalam lubang. Mereka masih diam. Tidak ada satupun yang angkat bicara. Pembawaan mereka tetap tenang meski pikiran mereka berkecamuk.

CayZ menghempaskan tongkat nya ke atas meja billiyar begitu Wangqing berhasil memasukan bola terakhir.

"Aku masih saja kalah dalam permainan ini darimu meski sudah bertahun-tahun."

Wangqing hanya tersenyum miring, ia mengambil gelas vodka-nya dan duduk bersandar di atas sofa.

"Aku harap aku juga akan kalah dalam permainan barumu." ujar CayZ pelan.

xxxThere'reFriendsToMakeAlongWayxxx

Dayu menggenggam tangan Wangyu dengan hati hati, matanya melirik ke arah luka yang sepertinya masih mengeluarkan beberapa tetes darah. Hatinya kini bagaikan berada di laut, terombang ambing dalam ketakuatan yang tiba tiba saja bergelayut di otaknya.

Bagaimana jika pemuda ini mati infeksi?

Bagaimana jika dia mati kehabisan darah?

Untung saja Dayu melihatnya, dia pasti akan mendapakan balasan kelak karena telah menolong orang yang sekarat.

Pintu ruangan klinik peruasahaan Dayu buka paksa membuat Qiushi yang kala itu sedang meracik obat kimia terlonjak kaget, masker putih yang dia pakai bahkan hampir saja terlepas.

"Chen Qiushi, tolong temanku. Lehernya terluka?" Dayu langsung mendorong Wangyu maju tepat di hadapan Qiushi, "dan pake saja maskermu ketika kau mengobatinya?"

"Kenapa, aku sudah memasukkan cairan kimia. Dan aku tidak perlu memakai masker lagi,"ucapnya.

"Dengar, dosamu sudah terlalu banyak. Pria langka yang straight semakin sedikit hanya karena kau, jadi jangan berbuat dosa lagi dengan mengubah pria tampan ini menjadi gay"

Qiushi memutar matanya, melotot tajam ke arah Dayu. Sementara Wangyu masih belum mengerti ucapan absurd dari dua makhluk yang cukup unik itu.

"Dayu, sepertinya tak apa jika dia melepas maskernya. Tenang saja aku masih menyukai perempuan," ucap Wangyu.

Dayu menggelengkan kepala, tidak setuju dengan ucapan Wangyu, bagaimanapun ChenQiushi berbahaya.

"Aishh, kau tidak tahu. Sudah kau menurut saja padaku."

Wangyu hanya bisa menggelengkan kepala. Dayu menariknya ke arah tempat tidur, mendorong bahunya hingga terduduk.

"Diam di sini sebentar. Qiushi akan segera melihat lukamu," Dayu memalingkan muka ke arah si dokter muda, "Eih! Qiushi! Kau sudah memakai maskermu, kan? Cepat kemari dan lakukan tugasmu sebagai dokter."

Yang dipanggil hanya memutar bola mata malas, sembari mengambil peralatan medisnya.

"Minggir sana!" Qiushi mendorong Dayu menyingkir dari hadapan pasiennya.

"Eih, dengar ya! Jangan melepas masker mu apapun yang terjadi." Ujar Dayu memperingatkan. Ia melihat jam dinding di atas pintu sebelum berseru,"Ah! Aku harus kembali bekerja sekarang." Dayu pun berlari kecil meninggalkan ruang klinik. Tapi sebelum menghilang di depan pintu, ia masih sempat melempar tatapan mengancam pada Qiushi, meski tentu saja tidak digubris sama sekali.

"Ck.. ck.. ck.. benar-benar.." Qiushi menggeleng-gelengkan kepala masih juga takjub dengan sikap sahabatnya tadi. Hati-hati ia membersihkan bercak darah yang mengotori area sekitar luka.

"Hm.. bagaimana kau bisa mendapatkan luka seperti ini. Ah! Tunggu tidak perlu dijawab." Qiushi mengambil antiseptik dan kembali membersihkan luka sayatan pasiennya.

Wangyu terkekeh, "Apa luka-luka seperti ini sudah biasa dialami orang-orang dalam perusahaan ini? Heh, ternyata memang darah kotor tidak bisa kau cuci begitu saja."

"Siapa bilang, kau cukup melakukan hemodialisis untuk membersihkan darah. Kenapa? Kau juga gagal ginjal?"

Dan Wangyu hanya bisa tertawa terbahak-bahak mendengar nya.

Sungguh dua orang yang unik. Pantas saja mereka bisa bersahabat akrab.

"Ini akan sedikit perih, kau boleh berteriak meski kau laki laki," Qiushi menyiapkan beberapa perlengkapan jahit. Wangyu mengangguk pasrah.

Dia sudah biasa mendapatkan luka seperti ini bahkan lebih. Rasa sakit sudah menjadi makanannya, tetapi entah mengapa justru dengan luka sekecil ini dia mendapatkan perlakuan yang menyenangkan dari dua sosok yang baru saja ditemui.

Qiushi menyuntikkan obat bius di sekitar luka, membuat Wangyu sedikit meringis.

"Apa harus dijahit?" Wangyu bertanya.

"Lukamu sedikit dalam, jika tidak dijahit penyembuhannua akan lama, " Qiushi menjawab.

"Aku sudah terbiasa seperti ini,sepertinya tidak usah dijahit saja dokter," Wangyu mencekal tangan dokter di depannya .

Hanya keheningan yang melanda. Chen Qiushi memutar matanya tak suka jika apa yang akan dia lakukan ditolak oleh pasiennya.

"Baiklah, jangan merengek padaku jika lukamu akan membusuk." balas Qiushi.

Wangyu tersenyum, melepaskan tangan dokter itu. Sepertinya memang dokter Chen tipe orang yang tidak bisa ditolak.

"Baiklah, lakukan apapun yang kau mau pada tubuhku."Wangyu mengalah, dia menundukkan sedikit badannya ketika sang dokter kesulitan menangani lukanya. Jarum tajam menggores kulitnya, dengan terampil tanpa rasa sakit sedikitpun sang dokter menjahit luka itu. Hingga beberapa menit Qiushi menyelesaikan tugasnya dan meletakkan perlengkapan jahit di meja kerjanya.

"Selesai, kau harus meminum antibiotik yang aku berikan. Jika ada keluhan lain kau bisa bertanya dengan dokter pribadimu. Dari wajahmu aku tahu jika kau bukan pegawai biasa!" Qiushi mengambil obat obatan di lemari.

"Begitukah, sepertinya kau bisa menebak seseorang hanya dengan sekali bertemu," Wangyu kembali menatap sosok di depannya sambil mengambil obat yang disodorkan, "Terimakasih dokter Chen Qiushi"

"Hmmmm,"gumamnya.

Wangyu berjalan keluar dari ruangan serba putih itu, tapak kakinya berpijak, dengan suara sepatu kulit mahal miliknya. Jas berwarna hitam dia sampirkan di bahunya, kemeja putih terbuka beberapa kancing memperlihatkan luka yang baru saja diobati.

Dia terus berjalan.Hingga beberapa langkah, Wangyu menghentikan jalannya.

"Sepertinya, aku belum menanyakan berapa kali aku harus meminumnya,"

Wangyu membalikkan tubuhnya, kembali lagi melalui jalan yang sama. Ketika dia mendorong pintu klinik, dia terdiam beberapa saat.

" Dokter Chen-"

Wangyu memanggil Qiushi, mata mereka kembali pertemu. Tak ada lagi penghalang yang menutupi wajah sang dokter, semuanya tersibak bagaimana sosok di depannya memang menjadi sosok yang mengundang 'dosa'.

Wangyu kembali melangkah maju tanpa sadar, mengangkat obatnya.

"Bagaimana aku bisa meminum obatnya jika kau tak menunjukkan aturan pakainya,"

Qiushi memberi kode angka tiga dengan tangannya. "Tiga kali sehari, jika kau ingin mati kau bisa meneguk semuanya,"

Wangyu menyunggingkan senyumnya, menatap sosok di depannya dengan intens.

Dan beberapa saat, Wangyu kembali meninggalkan ruangan dengan senyum misterius, membuat sang dokter mengerutkan dahinya.

Dan dalam keheningan yang nyata, Wangyu bergumam pelan, "Bahkan semua orang akan rela melakukan dosa jika melihat wajah seperti itu."

xxxDontUDareToLookAtHisFacexxx

Kedua pemuda mendorong troli belanja mereka, memberi beberapa perlengkapan kebutuhan sehari hari. Lemari es bahkan hanya terisi beberapa cangkang telor dan kornet. Beras sudah habis tak tersisa bahkan tisu toilet sudah tak ada lagi di tempatnya.

Hari ini Feng Jianyu harus mengisi kulkas dengan bahan pangan yang berkwalitas. Lagipula kartu sakti pemberian Wangqing memang sangat berguna untuk membeli semua kebutuhannya, bahkan kemarin dia memberi handpone baru yang sama dengan 'bos' nya.

Kebetulan semua bahan makanannya habis, kini dia harus berbelanja bersama sosok yang memaksa ikut. Dia, bosnya.

"Kenapa kau lama sekali, ambil saja brokoli yang itu," Wangqing kembali protes.

Dayu melotot, dia benci acara belanjanya diganggu oleh bosnya. Semua bahan yang diambil bosnya mahal dan jauh dari kriteria yang Dayu inginkan. Dayu memang butuh makanan yang berkualitas, tapi dia juga memikirkan harga antar label. Jika ada yang lebih murah dengan kualitas yang sama, kenapa harus memilih yang mahal.

"Bos, brokoli ini mahal. Lagipula brokoli ini sama dengan brokoli yang sebelah kanan. Kau memang tak pandai berbelanja? "

Wangqing tak menggubris, ia mengambil brokoli yang ia pilih dan memasukkan ke dalam troli. Dayu melotot, memajukan bibirnya kesal. Qing membalas penuh intimidasi. Tapi selang beberapa detik kemudian ia hanya meraih brokoli pilihan Dayu dan memasukkannya ke dalam troli.

"Beli dua-duanya juga tidak masalah!" Wangqing berujar.

"Kau ini pebisnis tapi tidak ekonomis!" Dayu mencibir, masih tidak terima.

Wangqing mendongakkan kepala jengah, "Terserah!" Ia mengambil brokoli pilihannya dan mengembalikannya dengan gerakan kasar. "Puas?!"

Dayu melengos, tak mau memperlihatkan wajah nya yang sudah tidak bisa menahan senyum kemenangan.

Wangqing mendorong troli belanja mereka ke arah kasir. Dayu berjingkat mengikuti dari belakang.

Setelah membayar semua di meja kasir, mereka membawa barang belanjaan dan memasukkan ke dalam mobil. Dayu masuk ke dalam mobil sambil memijit lehernya, menekan otot yang kaku akibat membawa beban belanja tadi. Wangqing tampak memasuku mobil bermerk kuda jingkrak miliknya dan menjalankan dengan pelan.

Mobil mewah melaju di tengah keheningan malam, hanya beberapa pejalan kaki yang terlihat. Mobil terus melaju hingga jalanan sepi nampak lenggang, pohon di samping jalan bergemerisik akibat tiupan angin.

Dayu tanpa sengaja memperhatika Wangqing yang nampak serius ketika mengemudi

Entah mengapa, melihat Wangqing fokus ketika mengemudi membuat Dayu tersenyum. Dayu mencuri pandang kembali kepada pemuda itu, alisnya mengeryit lucu ketika fokus pada sesuatu.

Tiba tiba saja Wangqing menghentikan mobilnya.

"Kau tahu, aku tidak bisa berkonsentrasi jika kau terus memandangku."

"Maaf."

"Cih, aku tak butuh maafmu. Kau harus bertanggungjawab,"

Wangqing menarik tangan Dayu, menciumnya tanpa ragu. Ketika lengkungan basah saling bertemu, keduanya menuntut mencari kepuasan yang bisa mereka raih. Ciuman mereka semakin intens, membuat Wangqing semakin menginginkan lebih.

Wangqing membuka sealbelt nya tak sabaran. Ia menurunkan dudukan kursi hingga tubuh Dayu telentang di bawahnya. Bibir mereka kembali bertemu, kali ini Wangqing melambatkan temponya. Ciuman liar perlahan-lahan melembut. Semakin pelan hingga hanya menyisakan sentuhan halus seperti kapas di atas bibir Dayu.

Dayu membuka matanya yang entah sejak kapan tertutup. Dadanya naik turun berusaha menstabilkan pasokan oksigen dalam paru-parunya. Tapi ia kembali menutup mata begitu bibir Wangqing menjelajahi ceruk lehernya. Spontan ia mencengkeram belakang kepala Wangqing kuat-kuat. Dayu menggigit bibirnya sendiri. Berusaha agar tak mengeluarkan suara desahan yang akan membuatnya malu. Entah sejak kapan ia bereaksi seperti ini pada sentuhan bosnya. Ia tidak tahu mengapa kepalanya terasa kosong saat bibir Wangqing menelusuri setiap inchi tubuhnya. Ia tidak tahu bagaimana bisa rasa jijik dan mual yang dulu ia alami kini berubah menjadi sensasi menggelitik yang..

"Ah~" satu desahan berhasil lolos dari dinding pertahanan bibirnya. Spontan ia menutup mulut dengan telapak tangan. Tapi Wangqing tak mengijinkan. Ia mengunci kedua tangan Dayu. Menariknya ke atas kepala hanya dengan satu tangan. "Jangan tahan suaramu.. "

"B.. brengsek.." Dayu mencicit lemah. Wajahnya memerah sudah. Ia mengalihkan pandangan ke arah lain. Tak mau bertemu pandangan dengan mata elang pria di hadapannya.

"Sekarang kau mau bertingkah malu-malu seperti gadis di malam pertamanya, eh?" Wangqing terkekeh mengejek.

Dayu melotot, "Siapa yang kau panggil gadis, hah!? Kau pikir a-ah~" Dayu kembali kehilangan kuasa begitu kulit sensitif daun telinganya bersentuhan dengan lidah lembut Wangqing.

"Mau taruhan?" Wangqing tersenyum menggoda. Membuat jantung Dayu serasa melompat keluar dari rongga dadanya.

Keduanya bertatapan cukup lama. Wangqing mengamati setiap detail wajah Dayu. Matanya yang bulat, tahi lalatnya yang manis, pipinya yang memerah, dan bibirnya...

"Mmhhhmm.."

Lembut. Kenyal. Manis..

Wangqing tak bisa berhenti. Ia kecanduan.

Dayu kembali merasakan sensasi itu. Ia bukan anak kemarin sore yang polos tak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Ia sadar tubuhnya telah merespon positif sentuhan Wangqing. Seberapa pun kuatnya ego dan pikirannya menolak, tubuhnya telah menerima bahkan mendambakan sentuhan-sentuhan itu. Kedua tangannya yang terkunci kini telah bebas berpindah mencengkeram bahu bosnya.

Ciuman mereka semakin dalam. Nafas keduanya memburu tapi bibir mereka enggan untuk saling melepaskan diri. Lidah bertemu. Menjelajah setiap sudut asing yang bisa ditemui. Tangan mulai bergerak. Ikut menggapai bagian-bagian terlarang yang kini mulai terbangun.

Hingga suara ketokan kencang di kaca mobil membuyarkan imaji dunia nirwana keduanya.

Sialan!!

Mereka merutuk dalam hati, saling memandang kesal akibat ketokan kaca mobil. Mereka membenahi pakaian mereka dan memastikan jika semuanya tampak normal. Wangqing menurunkan kaca mobil. Dua orang polisi berdiri sambil memperlihatkan lencana tugas.

"Maaf mengganggu kenyamanan anda, kami hanya ingin memastikan jika tak ada pelanggaran lalu lintas di sekitar sini. Tuan telah melanggar peraturan lalu lintas, tidak boleh mobil berhenti di tengah jalan dengan waktu yang cukup lama." Seorang polisi menjelaskan pelanggaran yang dilakukan keduanya.

"Lebih baik, kalian keluar dan membiarkan kami memeriksa perlengkapan surat dan alasan mengapa kalian menghentikan mobil kalian,"polisi yang satunya menimpali.

Wangqing dan Dayu saling berpandangan. Terlihat jelas ketakutan dari bola mata Dayu, Dayu memang paling benci jika harus berurusan dengan seorang polisi. Mereka keluar dari mobil.

"Maafkan kami, kami tidak akan mengulangi lagi," Dayu berucap.

"Keluarkan kelengkapan kendaraan, sim,stnk dan surat lainnya," perintah polisi.

Wangqing mengambil dompet di belakang kantong celana, mengambil satu persatu surat yang ditanyakan.

"Baiklah, semua surat lengkap. Mengapa kalian berhenti di tengah jalan?" Polisi yang lain mulai mengintrogasi. Dayu memucat, bingung menjelaskan kepada polisi.

"Kami... kami hanya ingin.... ingin mengeluarkan sesuatu!!" Dayu tergagap.

"Mengeluarkan sesuatu?" Ucapan rancu Dayu membuat sang polisi mengerutkan dahi heran.

"Hmmmm.. sesuatu.. belanjaan.. dalam kantong" Dayu mencoba berbohong namun hanya omong kosong yang keluar dari mulutnya, kali ini dia benar benar kebingungan. Sementara Wangqing tak bergeming sedikitpun untuk membantu Dayu.

"Sebenarnya apa yang ingin dikeluarkan, kantong, belanja, tolong lebih jelas lagi. Kami membutuhkan laporan yang jelas" sang polisi menegur tak sabaran.

Wajah Dayu memucat.

Hanya terdiam,tak sanggup merangkai kata kata untuk mengelabui sang polisi.

Dia menarik tangan Wangqing dan beringsut ke belakang punggungnya mencari perlindungan. Polisi semakin tak sabar ketika tak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut Dayu.

"Sudahlah Pak polisi yang terhormat, aku jamin kau tidak ingin tahu apa yang kami lakukan," Wangqing berucap.

"Katakanlah semua dan bekerjasamalah dengan kami, kami akan mencatat hal ini sebagai laporan," ujar si polisi.

"Baiklah kalau kalian memaksa," Wangqing memajukan tubuhnya, berhadapan tepat di depan si Polisi.

Tak ada rasa takut yang memancar dari matanya, hanya perasaan marah ketika aktivitas mereka diganggu.

"Sex."

Dan seketika Dayu menutup seluruh wajahnya.

TBC

A/N : Hayolooo!! Protes sama pak polisinya sana.. wkwkwk

Keep vote and comment!!

Rin733 and akurachan.

Continue Reading

You'll Also Like

424K 34.3K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh๐Ÿ’ซ"
96.3K 753 13
MINOR DNI!! BOYPUSSY, LOCAL PORN TOLONG YA JANGAN SALAH LAPAK, DISINI TEMPAT KAPAL NCT
422K 43.5K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
757K 72.3K 42
๐‘ซ๐’Š๐’•๐’†๐’“๐’ƒ๐’Š๐’•๐’Œ๐’‚๐’ J. Alexander Jaehyun Aleron, seorang Jenderal muda usia 24 tahun, kelahiran 1914. Jenderal angkatan darat yang jatuh cinta ke...