Fajar dan Senja {ending}

بواسطة _penahati_

133K 6.6K 336

tentang cinta dan persahabatan. semua ini berawal dari persahabatan, pengorbanan perasaan demi saling menjaga... المزيد

Fajar dan Senja
Tentang Hati
Belajar Ikhlas
Pertanyaan
Jawaban
Tentang Awan
Cahaya dibalik Awan
Ujian
Pilihan
Yang Terbaik
Yang Terbaik II
Rela bukan Ikhlas
Masih Berharap
Perjalanan
Angin Persahabatan
Berjarak tak Berpisah
Musibah dan Hikmah 1
Musibah dan Hikmah 2
Saat Jarak Menguji
Pergi
Kamulah Pilihanku
Akhir Cerita

Resepsi

4.6K 262 5
بواسطة _penahati_

Menurutku,
Malam adalah gelap
Siang adalah terang
Pagi adalah awal
Sore adalah akhir...
Namun ternyata aku lupa,
Ada bintang diwaktu malam
Ada mendung diwaktu siang
Ada kabut diwaktu pagi
Ada cerita penutup hari, diwaktu sore...
Begitulah cara Allah memberi warna dalam kehidupan...

***___***

Dari pagi hingga sore, acara resepsi pernikahan Fajar dan Senja berjalan dengan lancar. Tidak terlalu banyak yang diundang, namun yang datang jauh dari perkiraan. Kerabat, sahabat, teman-teman Senja banyak yang hadir. Ada juga beberapa teman Fajar yang menyempatkan diri untuk datang diacara itu.
Semuanya serba sederhana, tidak ada yang berlebihan, namun cukup untuk bisa dibilang sempurna. Karena tidak ada kendala yang menghambat jalannya acara.

"selamat ya, semoga pernikahan kalian menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah, aamiin." ucapan selamat dari Ilham, saat menyalami Fajar, lalu tersenyum kearah Senja yang berada disamping Fajar.

"aamiin." jawab Fajar dan Senja bersamaan.
"semoga kamu juga cepat menyusul." kata Senja.

"iya, doakan aja, semoga kamu berubah pikiran." Ilham sengaja membuat suasana menjadi tegang.

"maksudmu apa berbicara seperti itu?" tanya Fajar yang sudah terpancing oleh ucapan Ilham.

"tenang...santai...aku gak bermaksud apa-apa. Insya Allah aku sudah bisa merelakan pilihan Senja, dan aku juga sudah berjanji tidak akan mengganggu hubungan kalian... Sekali lagi selamat ya." jelas Ilham, sambil menepuk bahu Fajar dan berjalan menjauh dari mereka.

Setelah Ilham pergi, dan tamu undangan sudah mulai sepi, Fajar hanya diam saja. Tidak ada senyum sama sekali sampai acara selesai. Senja sadar ada yang berbeda dengan sikap Fajar, tapi Senja juga ragu untuk bertanya.
Adzan maghrib sudah mulai berkumandang, bersamaan dengan itu acara resepsi itu juga selesai. Mereka memang sengaja tidak mengundang banyak orang, karena persiapan yang serba dadakan juga, jadi semuanya ala kadarnya.
_________

"kamu mau makan apa? Biar aku siapkan." tanya Senja pada Fajar, saat ini mereka sudah berada diruang makan. Dengan berbagai menu makanan yang sudah tersaji diatas meja.

"aku bisa ambil sendiri." jawab Fajar dingin, tanpa menoleh sedikitpun pada Senja.

Senja hanya memberikan piring untuk Fajar mengambil makanan, yang langsung diterima oleh Fajar, tanpa kata.
Mereka makan dalam diam. Tidak ada acara suap-suapan seperti pengantin baru pada umumnya. Ada apa dengan mereka?
Selesai makan dan membereskan piring-piring dimeja makan, Senja berniat untuk mencuci piring-piring itu, tapi dilarang oleh Ibunya. Ibunya menyuruh Senja untuk istirahat bersama Fajar. Walaupun disana juga masih banyak keluarga besarnya yang belum pada pulang, tapi orangtua Senja menyuruh mereka untuk beristirahat.

Sampai dikamar, Senja tidak melihat Fajar dalam kamarnya, namun Senja mendengar ada suara gemericik air dari dalam kamar mandi, Fajar sedang mandi. Senja menyiapkan baju yang akan dipakai Fajar setelah selesai mandi, diletakkannya di meja dekat pintu kamar mandi.

Drrrttt...drrrttt... Ponselnya bergetar, Senja berjalan mengambil ponsel yang berada diatas meja samping ranjangnya.

Tari:
"assalamualaikum, Ja, maaf aku gak pamit secara langsung. Tadi kamu sudah masuk kamar, aku tidak enak buat nyusul, hehe. Aku nginep dihotel dekat rumahmu bersama orangtuaku. Tadi Ibu tidak enak badan, jadi aku pikir lebih baik menemani Ibu daripada mengganggu pengantin baru, iya kan?"

Senja tersenyum membaca pesan dari Tari, sahabatnya yang satu itu memang selalu bisa merubah perasaannya.

Senja:
"wa'alaikumsalam. Iya, gak apa-apa Ri. Gimana keadaan Ibumu sekarang?"

Tari:
"alhamdulillah udah lebih baik, Ja. Kamu tenang aja, gak usah mikirin aku, aku rela kok melepasmu.. Hihi."

Senja:
"apa-apaan sih kamu, Ri? Sepertinya belum minum obat ya, jadi ngelantur gitu?"

Tari:
"maklum lah Ja, obatnya belum ketemu, masih dalam proses peracikan, hehe."

Senja:
"udah, udah, makin malam kamu makin ngelantur. Mending sana tidur gih, siapa tau mimpi ketemu sama penangkalnya, diatas langit tuh, hihi."

Tari:
"heh! Kenapa malah jadi menggodaku? Tadinya kan aku yang mau menggoda pengantin baru, ini malah berbalik arah topiknya."

Senja terkikik sendiri membaca balasan dari Tari, sampai tidak sadar ada seseorang yang sudah memperhatikannya dan berjalan mendekat.

"eh..." Senja tersentak kaget saat melihat Fajar sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. "kamu ngagetin aja."

"kenapa? Saking seriusnya ya?" tanya Fajar dengan nada sinis.

"maaf, maaf... Ini tadi Tari pamit mau nginep dihotel aja katanya."

"Tari?"

"iya, emang kamu pikir siapa?"

"aku kira, orang yang masih SELALU setia menantimu berubah pikiran itu."

"hah? Kamu..." ucapan Senja menggantung, meyakinkan dirinya tentang Fajar yang sepertinya sedang cemburu. Pantas saja dari tadi Senja dicuekin. Tidak lama kemudian, terbitlah senyuman Senja.

"kenapa senyum-senyum?"

"gak apa-apa, aku seneng aja lihat kamu cemburu, hihi."

"siapa yang cemburu, aku gak cemburu tuh." Fajar berjalan menghindari tatapan Senja, karena malu ketahuan cemburu.

Senja malah semakin tersenyum lega, setidaknya dia tau salah satu sifat Fajar ketika cemburu, Fajar akan mendiamkannya. "jadi gak mau ngaku nih?" Senja bangkit dari duduknya, mendekat ketempat Fajar, lalu berdiri didepan Fajar. "dia masa laluku, yang tiap lembarnya sudah ku tutup. Dan sekarang aku sedang melanjutkan menulis tentang masa kini, yang ada hanya kamu, bukan dia atau yang lain. Jadi tolong, jangan bawa 'dia-dia' yang lain dalam kisah kita."

Fajar merasa bersalah atas sikapnya yang ternyata berlebihan, jangan biarkan cemburu menguasai hati. "maafkan aku ya, aku sudah mendiamkanmu hanya gara-gara itu. Aku janji tidak akan membahas dia lagi."

Drrrttt...drrrttt... Senja dan Fajar saling pandang menatap ponsel Senja, kemudian karena melihat Fajar penasaran, akhirnya Senja memberikan ponselnya untuk dilihat Fajar, siapa pengirim pesan itu.

Tari:
"hey, kenapa lama balesnya? Udah mau ngeronda ya? Awas kalo ngeronda jangan berisik, takut nanti mengganggu tetangga, haha."

Fajar tersenyum membacanya, dan Senja yakin yang mengirim pesan itu adalah Tari, karena sebelumnya mereka memang sedang ngobrol lewat pesan singkat.

"kenapa senyum-senyum? Udah percaya kalo yang kirim pesan itu Tari?" tanya Senja.

"iya, biar aku yang balas." dengan cepat, Fajar menulis balasan untuk Tari.

Fajar:
"daripada gangguin orang yang mau ngeronda, lebih baik cepet-cepet deh nyusul, biar ada temennya buat ikutan begadang."

Senja penasaran dengan apa yang ditulis Fajar, tapi buru-buru dinonaktifkannya ponsel Senja itu oleh Fajar. Jadi Senja tidak tau apa yang mereka bahas. "kenapa dimatiin?"

"biar gak ada yang ganggu." jawab Fajar dengan senyum mengembangnya.

"emang mau ngapain?"

"mau ngeronda!"

"hah? Males amat aku ikut ngeronda,mending juga tidur. Emang kamu gak capek seharian berdiri terus, ini malem-malem malah mau ngeronda?"

"bukan ronda diluar rumah, tapi ronda dikamar!"

Senja tampak berpikir, apa yang dimaksud Fajar. Setelah mengerti, buru-buru dia mengambil handuknya untuk mandi. "ngerondanya sendiri aja ya, aku mau mandi terus tidur. Bye bye." sambil berjalan ke kamar mandi.

"aku akan tunggu sampe kamu keluar. Siap-siap aja, kamu gak bakalan selamat saat keluar nanti!" ancam Fajar, dengan senyum nakalnya. Membuat Senja langsung menutup pintu kamar mandi, dengan perasaan takut-takut cemas.
____________

"Bu, besok Senja berangkat ke Jakarta lagi, banyak yang harus disiapin untuk perpindahan kami. Tapi mungkin aku mau hadiri Tari nikah dulu Bu, seminggu lagi. Biar Fajar pergi duluan, nanti aku nyusul setelah semuanya beres.

"apa? Kenapa kamu gak ijin dulu ke aku, mau nunggu sampe Tari nikah? Masa iya aku pergi sendiri?" tanya Fajar yang tiba-tiba muncul menuju dapur, tempat Senja dan Ibu berada."

"cuma empat hari doang kok, setelah itu nanti aku pasti akan langsung nyusul kamu." jawab Senja.

"udah, selesaiin dulu masalah kalian. Ibu tinggal dulu." kemudian Ibu pergi dari ruangan itu, memberikan mereka waktu untuk bicara berdua.

"gak bisa gitu dong, apa bedanya kita udah nikah dengan belum nikah, kalo sama aja kamu gak ikut pergi bareng aku."

"bedanya...kamu hanya perlu nunggu aku empat hari aja, kemudian aku akan menyusulmu. Begitu..."

"kalo aku gak ngasih ijin gimana?"

"ya berarti kamu gak sayang sama aku."

"apa hubungannya dengan gak sayang?"

"Tari itu sahabat aku, bahkan sebelum kita saling kenal. Kalo saat dia nikah aja aku gak ada, sahabat macam apa aku? Sama aja kamu memintaku memutus tali silaturahmi. Iya kan?"

Fajar hanya diam saja, membenarkan pernyataan Senja.

"jadi gimana? Boleh kan?"

"hemmmmm."

"makasih ya suamiku..."

"emang kapan aku bilang boleh?"

Senja kesal dengan ucapan Fajar, dia berniat meninggalkan Fajar. Tapi langkahnya terhenti saat tangan Fajar menahan kepergiannya. "lakukanlah selama itu masih dalam hal kebaikan. Aku ijinkan." ucap Fajar, tepat ditelinga Senja yang tertutup hijabnya.

Lalu berbalik menghadap Fajar. "kamu suami terbaik yang pernah ku miliki, dan terimakasih untuk semuanya."
Fajar membalasnya dengan mengecup kening Senja.

***___***

Dan kau harus tau,
Bahagiaku bersamamu...
Dengan ikatan suci yang terjalin antara kita...

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

4.2K 275 10
DEVINO 2 ! "Banyak janji yang tidak saya tepati, tapi untuk bersamamu hidup semati, itu pasti !" "Bab kisah cinta remaja di Bandung tidak hanya diisi...
249K 5.4K 87
Hanya sekedar quotes biasa yang penuh akan makna. Jangan lupa vote and comment ya.. # 9 katakatabijak # 13 quotesgalau #7 quotesgalau
9.9K 509 8
Tentang kemiskinan seorang kpopers, ke haluan, khayalan, dan semua yang dirasakan seorang kpopers🍃💫
ALIF بواسطة Ismaawtn

الروحانية

6.2M 438K 57
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...