My Mistake

By xofany

20.4K 1.3K 141

cast: -Oh sehun -Tiffany Hwang -Xi Luhan -Park Chanyeol - Son Wendy -(Hwang Miyoung) More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 13
Chapter 14
Chaptet 15

Chapter 12

924 70 13
By xofany

AUTHOR'S POV

"Luhan-na.. ayo bangun." Tiffany mengejutkan luhan di sampingnya yang sedang tidur dengan selimut yang melingkari indah di tubuh kurusnya. Tiffany sesekali memainkan rambut luhan dan mengecup singkat pipinya. Tiada tanda-tanda yang luhan akan bangun, tiffany dengan segera menarik selimut luhan dan mengambil kepalanya lalu ditaruhnya di atas pahanya. Dia akan membangunkan luhan dengan caranya sendiri. Luhan sangat tidak tahan dengan cara ini.

"Baiklah, kalau memang kau tidak ingin bangun, sediakan lah dirimu di sana untuk bertahan." Setelah mengatakan itu tiffany langsung menutup wajah luhan dengan bantal lalu tersenyum menampakkan seringainya.

"Hahaha..." tiffany tertawa jahat saat melihat sosok luhan yang sedang bergerak-gerak. Detik selanjutnya luhan bangun dan menatap tiffany.

"Ya! Kau ingin membunuhku tiff?" Tiffany tersenyum.

"Ani. Lihat sekarang kau sudah bangun. Ayo mandi. Apa kau tidak ingin ke kantor?" Kata tiffany lalu menepuk pundak luhan dengan lembut.

"Jadi kau melakukan aksi pembunuhan ini hanya ingin mengejutkan ku bangun dan segera ke kantor dimana aku sedang libur hari ini?" Tiffany membulatkan matanya.

"Ya ampun! Mian, aku tidak tau kalau kau libur hari ini. Soalnya kau tidak mengabariku. Neomu mianhaeyo." Kata tiffany dengan suara menyesalnya. Luhan menatapnya serius.

"Hanya itu?"

"Eoh? Apa maksudmu?" Luhan menghela nafas berat.

"Aku tidak mau hanya kata maaf yang kau berikan atas penyesalanmu itu-"

"Lalu?"

"Sabar. Aku belum menghabiskan ucapanku."

"Baiklah, teruskan." Kata tiffany lalu menongkat wajahnya dengan tangan kirinya.

"Aku mau sesuatu yang lebih bermakna dan... "

"Dan... dan apa maksudmu? Jangan macam-macam ya." Kata tiffany dengan sedikit penekanan di atas ucapannya. Luhan mempoutkan bibirnya.

"Ayolah tiff... sudah lama aku menunggu saat ini. Miyoung lagi tidur dan aku rasa saat ini adalah waktu yang tepat." Luhan sudah merayu-rayu pada tiffany sambil memegang kedua tangannya. Tiffany menatapnya kasian lalu tiba-tiba senyuman indah terpancar di wajahnya.

"Oh baiklah. Lagian aku merasa tidak salahkan jika kita punya anak selain miyoung?" Luhan tersenyum. Dia tau sekarang tiffany juga bersetuju dengan hasratnya itu. Dia mendekati tiffany lalu tersenyum manis.

"Kita mulai sekarang?" Tanya luhan lalu tiffany tersenyum dan menutup tubuhnya dengan luhan menggunakan selimut. Detik selanjutnya mereka sudah tau apa yang mereka harus lakukan.

***

"SEHUN!"

Pagi yang indah dimana terlihat seorang namja sedang meregangkan tubuhnya di atas kasur disaat mendengar namanya di teriakin oleh seseorang. Sehun melirik jam di sudut kasurnya.

"Ini masih pagi kenapa si chanyeol listrik itu berteriak memanggil ku sih?" Sehun bangun dari kasurnya lalu bergerak menuju ke pintu.

"Ada apa?" Tanyanya di saat sudah membuka pintu dan memfokuskan matanya pada chanyeol yang sedang berada di sofa.

"Lihat siapa yang datang?" Kata chanyeol lalu memfokuskan matanya pada yeoja yang berada di sampingnya. Sehun mengikuti gerak geri mata chanyeol. Setelah dia berjaya menemukan yeoja yang dimaksud chanyeol, sehun langsung menghela nafasnya berat.

"Wendy? Kenapa kau datang ke sini?" Tanyanya lalu menghampiri chanyeol dan wendy di sofa. Wendy tersenyum.

"A-aku tiba-tiba teringat kalau aku punya tugas yang diberikan lee dosen padaku kemarin. Tapi.. aku tidak mengerti harus menyiapkannya bagaimana. Bisakah kau mengajari ku?" Tanya wendy masih dengan senyuman di wajahnya. Chanyeol menatap dua insan di depannya itu dengan wajah datar. Dia tau wendy sengaja ingin berdua-duaan dengan sehun. Jadi, dia terpaksa menyaksikan drama ini.

"Begitukah? Bisaku lihat tugasnya berkaitan apa? Iya kau tau, kadang-kadang aku juga tidak berapa arif tentang itu." Kata sehun lalu mengambil tugas di tangan wendy. Sehun menatap selembar kertas ditangannya lama lalu kembali menatap wendy.

"Tugasanmu mudah sekali. Untung aku sudah belajar berkaitan ini. Kalau begitu bisakah kau tunggu sebentar? Aku... belum mandi." Kata sehun lalu wendy sedikit terkekek.

"Ya sudah baiklah. Kau mandilah dulu setelah itu kau membantuku ya."

"Hmm." Sehun bergumam perlahan lalu bergerak menuju ke kamarnya kembali. Sebelum sempat sehun hendak masuk ke dalam kamarnya, tiba-tiba wendy memanggilnya.

"Sehun!" Sehun menolehkan pandangannya.

"Wae?"

"K-ita siapakan tugasan ini di cafe ya."

"Memangnya kenapa? Kenapa tidak di sini saja?" Tanya sehun lalu wendy menatap chanyeol. Chanyeol tau arti itu. Jadi wendy ingin berdua dengan sehun tanpa diganggunya? Oh come on, emang dia kira chanyeol akan mengganggunya dengan sehun jika menyiapkan tugasan itu di sini? Seperti tiada kerjaan lain saja.

"K-alau di sana kita bisa minum-minum. Jadi tidak merepotkan mu di sini."

"Di sini juga kita bisa minum-minum kok. Lagian aku tidak akan repot kok. Aku kan punya chanyeol. Dia bisa membuatkan minuman buat kita." Kata sehun santai lalu chanyeol melotot.

'Enak aja main nyuruh-nyuruh. Emang kau kira aku pembantumu apa?' Batin chanyeol.

"Jangan. Di cafe aja. Kasian kan chanyeol harus repot-repot untuk kita. Di cafe saja. Kita bisa tenang dan bersantai-santai." Kata wendy masih dengan ajakannya itu. Sehun memandang chanyeol lalu dia menyerah. Dia mengganggukkan kepalanya singkat.

"Ya sudah. Tunggu sebentar ya. Mandi." Kata sehun lalu masuk ke dalam kamarnya. Sekali lagi sehun menghela nafasnya kasar. Kesal sih, harus berdua-duaan dengan wendy.

***

"Jadi kau harus melakukan seperti ini. Jawaban kau tadi tidak tepat. Lebih baik seperti ini. Aku yakin kau bisa mendapatkan nilai penuh untuk ini." Kata sehun sambil mencoret-coret sesuatu di selembar kertas. Wendy, yeoja itu hanya tersenyum menatap sehun. Matanya tidak pernah menatap kertas yang diajarkan sehun padanya melainkan wajah fokus sehun. Tampan, tenang dan cool lah yang dirasakan wendy saat menatap setiap inchi rauh wajah namja yang sudah lama disukainya itu. Membuatkannya sukar untuk mengalihkan pandangannya ke tempat lain walaupun pada tugasnya sendiri.

"Wendy? Wendy? Kau mendengarku tidak?" Tanya sehun apabila melihat wendy yang tidak berkedip menatapnya. Wendy, yeoja itu langsung tersadar dari lamunannya.

"Eoh?" Sehun terkekek singkat.

"Kau mengelamun? Jadi, apa aku harus mengulanginya kembali? Kau tidak mendengarkukan?" Wendy terdiam. Tidak tau harus mengatakan apa. Ya, memang kenyataannya dia tidak mendengarkan sepatah katapun dari mulut namja tampan ini. Dia benar-benar sudah hilang kewarasannya jika melibatkan sehun.

"Oh baiklah. Aku akan mengulanginya kembali. Tapi ingat! Kali ini kau harus fokus ya. Just beritahu ku jika kau tidak mengerti." Kata sehun lembut lalu kembali mencoret sesuatu di kertas yang lain. Lebih tepatnya kertas yang baru. Wendy hanya tersenyum kikuk menatap sehun sambil sesekali dia akan menggaru lehernya yang tidak gatal.

Selang beberapa menit sehun mengajar wendy tiba-tiba pintu cafe yang sedang mereka tempati dibuka dari luar. Terdengar suara anak kecil yang sedang menangis memohon pada ibunya agar membelikan minuman kesukaannya.

"Huwaa~ eomma... belitan miyoung bubble tea..." Anak kecil itu menarik-narik tangan eommanya sambil berteriak kencang. Tiffany, yeoja yang dipanggil eomma itu langsung mengendong anaknya.

"Sabar miyoung-a.. kita sudah sampai di cafe. Memangnya kamu mau perasa apa?" Tiffany mengelus-ngelus lembut rambut anaknya sambil sesekali menghapus jejak air mata putrinya itu.

"Itu.." Miyoung menunjukkan perasa yang diingininya pada tiffany di menu atas meja. Tiffany memahaminya lalu langsung memesan minuman itu pada pelayan cafe. Sementara menunggu, tiffany membawa miyoung duduk di salah sebuah meja. Tiffany meribakan miyoung dipangkuannya lalu membelai-belainya sayang.

"Sehun~ kalau yang ini bagaimana?"

Deg! Tiffany mendengar nama itu dipanggil. Refleks, tiffany menolehkan pandangannya ke sumber suara.

Dup dap dup dap

"Jadi kau bersama yeoja? Ternyata kau belum berubah oh sehun. Lalu untuk apa selama ini kau menggangguku dan ingin bertanggungjawab terhadap miyoung? Kau sengaja ingin membuatku sengsara?" Batin tiffany.

"Maaf puan, minumannya sudah siap. Puan?" Tiffany tersadar dari lamunannya lalu menatap pelayan yang memanggilnya tadi. Tiffany sedikit berdehem pelan sebelum membayar pesanannya dan segera untuk pergi.

SEHUN'S POV

"Sehun~ kalau yang ini bagaimana?" Aku menatap kertas yang ditunjuk wendy dengan jalan kerja yang dilakukannya. OH MY GOD! Itu salah. Baiklah, ternyata dia tidak pintar seperti apa yang aku pikirkan.

"Begini wen.. sehar-" Aku menghentikan ucapanku. Baiklah, sekarang dia mengelamun lagi. Kenapa anak ini suka banget mengelamun ya?

"Wen.. wendy? Wendy!?" Kali ini aku sedikit membentaknya. Entah apa yang dilihatnya dari arah belakangku. Dia seperti melihat orang yang dikenalinya.

"Sehun" Dia memanggilku perlahan setelah sadar dari lamunannya. Tapi matanya tetap sama, menatap ke arah belakangku. Memangnya ada apa di sana?

"Wae? Kau sudah ingin pulang?"

"Ani. Bukankah... anak kecil itu anak yang kau bawa ke kampus?" Wendy menunjuk jarinya kearah belakangku.

"Siapa maksudmu?" Kali ini aku menolehkan pandanganku ke belakang. OH GOD! Benar, itu adalah miyoung. Dan...tiffany juga ada di sana. Tiba-tiba aku tersenyum.

"Wen... kita lanjutin ini nanti ya. Aku ada urusan sebentar." Kataku lalu memberes kertas dan buku-buku di atas meja dan menyerahkannya pada wendy. Aku bertanggungjawab, bukan? Aku tidak mau membiarkannya memberesin semua ini sendiri. Sekarang aku meninggalkannya sendiri menuju ke arah luar cafe dan akan mengejar tiffany dan miyoung yang sudah meninggalkan cafe ini.

Aku memangdang kiri kananku. "Tiffany!" Aku memanggil namanya setelah berjaya menemukan sosoknya. Dia menolehkan pandangannya padaku lalu detik selanjutnya dia membawa miyoung pergi. Lebih tepatnya dia tidak menghiraukanku.

"Tiffany!" Aku berteriak memanggil namanya sambil berlari. Setelah berjaya menyamakan jalannya, aku menahan tangannya. Dia kaget.

"MWOYA!" Aku terkesiap mendengar bentahannya padaku. Ternyata dia masih marah padaku. Dan ternyata dia tidak dapat memaafkan aku lagi.

"Aku.."

"Appa!" Ucapanku terpotong apabila miyoung menyedari kehadiranku dan memanggilku dengan gelaran 'appa'? Baiklah, aku bahagia tapi tiffany memandang miyoung kaget dan kesal. Detik selanjutnya dia menatapku tajam.

"Kau mengajarin miyoung untuk memanggilmu appa? Memangnya kau siapa? Berani beraninya kau-"

"Tunggu tiff, bukan aku yang-"

"Sudahlah, aku tidak mau mendengar setiap percakapanmu lagi. Bukankah semua kekeliruanmu sudah ku selesaikan!?" Tiffany mendekatkan miyoung padanya lalu menatapku tajam. Nada biacaranya masih sama seperti saat pertama kali kami bertemu, tinggi dan dingin.

"Aku tidak akan percaya semua itu dengan mudah. Kau boleh menipu miyoung tapi tidak denganku. Wajah miyoung miripku tiff. Dia anak-"

"NOOO!!" Tiffany berteriak. Aku menatapnya heran.

"DIA ANAK LUHAN! Dan tetap akan selamanya menjadi anak luhan. Please jangan merosakkan rumahtanggaku, hun. Cukuplah kau muncul di hadapanku dan miyoung. Miyoung masih kecil dan dia tidak mengetahui apa-apa." Tiffany mengatakan itu sambil menahan tangisnya. Aku menatap miyoung. Ya, kelihatannya dia tidak mengerti setiap satupun ucapan yang tiffany dan aku lontarkan sebentar tadi. Sekarang miyoung sedang memainkan dressnya.

"Jadi benar?" Tiffany mengerutkan keningnya.

"Jadi benar dia anakku? Ceh, kau sudah tidak bisa menafikannya lagi tiff." Kataku perlahan agar tidak didengar miyoung. Jujur, aku hormat setiap apa yang dibuat tiffany padaku. Termasuk memisahkan aku dengan miyoung.

Tiffany diam lalu menghapus air matanya. Dia masih menatapku tajam. "Lalu apa, walaupun benar miyoung adalah anakmu tapi kau tidak boleh melakukan apa-apa. Kau lupa? Aku sudah menikah. Sekarang miyoung sudah mendapatkan ayah yang baru. Lebih baik, romantis dan sayang miyoung melebihi kau menyayanginya. Sekarang, aku pergi dulu." Katanya lalu segera pergi dengan miyoung yang masih memandang ke belakang. Lebih tepatnya di tempatku berdiri. Mungkin dia aneh kerna tiffany tiba-tiba mebawanya pergi.

Aku membatu. Kakiku sukar digerakkan. Air mataku juga sudah mulai mengalir kerna merasa terhina dengan ucapan tiffany barusan. Walaupun kenyataan hakikatnya benar, tapi aku merasa kalau itu terlalu perih dan berbisa. Kata-kata tiffany benar-benar berduri di telingaku. Aku masih mematung menatap punggung tiffany menjauh lalu menghapus air mataku.

"Hiks... eomma~"

TBC


Continue Reading

You'll Also Like

178K 14.7K 19
🐇🐇🐇
5M 440K 51
-jangan lupa follow sebelum membaca- Aster tidak menyangka bahwa pacar yang dulu hanya memanfaatkannya, kini berubah obsesif padanya. Jika resikonya...
899K 48.6K 49
Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaan hingga berakhir dalam ikatan suci. Iqb...
79K 5.4K 26
menceritakan tentang remaja yang di usir oleh warga desa karena di fitnah mencuri oleh keluarga kandungnya sendiri. mampukah ia melewati masa sulitny...