Chapter 3

1.5K 116 6
                                    

Aku membersihkan rumahku walaupun sudah berkali-kali aku dimarahi luhan agar tidak banyak bergerak memandangkan kandunganku yang sudah membesar. Pasti kalian tertanya-tanya bagaimana aku bisa kembali dekat dengan luhan kan? Ya sejak kejadian aku cerita pada luhan tentang apa yang aku sembunyikan, seminggu kemudiannya dia datang bertemu denganku. Dia bilang kalau dia tidak tahan tidak bertemu denganku walaupun sehari. Luhan juga dapat menerima aku dan kandunganku dengan hati yang tulus. Dia bilang kalau dia mencintaiku dan akan mengantikan ayah daripada anakku ini. Now, back to reality.

Aku yang sedang membereskan majalah-majalah yang berselerakan di ruang tamu akhirnya berhenti apabila luhan mengendongku lalu dibawanya aku ke kamar. Aku yang sedikit shock akhirnya memukul-mukul pelan dada luhan yang sedang mengangkatku.

"Yak luhan turunkan aku!"

"Sabar dong tiff sedikit lagi kita sampai kok di kamar." Aku sedikit menjegirkan mataku.

"Emangnya untuk apa kita ke kamar eoh? Apa kamu nggak lihat aku lagi sarat hamil." Luhan akhirnya berhenti di depan pintu kamar lalu dibukanya pintu itu dan menurunkan aku di sana.

"Emangnya kamu kira apa? Kamu pikir aku mahu macam-macam sama kamu, gitu ya? Enang aja... kamu itu lagi hamil apa mahu anaknya nanti keguguran? Aku cuma mahu kamu itu istirahat nggak usah beres-beresin rumah nanti kamu kecapean. Kesian kan itu baby." Luhan menunjukkan perutku yang besar lalu memegang dan mengelus-ngelusnya lembut. Aku sedikit tersenyum mendengar omelannya yang seperti kakek-kakek.

"Emangnya kalau aku nggak beresin itu semua siapa lagi yang mahu beresin eoh?

"Tiff, aku kan ada di sini. Semua kerja itu biar aku saja yang urusin. Sekarang kamu hanya perlu istirahat. Arasseo?" Perlahan luhan mendorongku mendekati katil lalu membaringkan aku di sana. Setelah luhan menyelimutiku lalu dia bergerak ke ruang tamu. Aku yang melihatnya hanya bisa tersenyum.

*****

Aku yang sekarang sedang ada di supermarket membelek-belek barang bayi untuk anakku nantinya setelah bersalin. Kata doktor anakku nantinya laki-laki. Aku tersenyum saat mengingat luhan yang ingin sekali menemaniku berbelanja tapi tidak boleh gara-gara ada rapat yang mendadak.

Aku yang sedang leka memilih pakaian baby tiba-tiba mendengar suara yang tidak asing lagi bagi pendengaranku. Aku menolehkan pandanganku ke sumber suara yang tadi ku dengar. Begitu terkejutnya aku apabila melihat namja yang sudah lama tidak pernah ku temuin akhirnya ada di depan mataku. Aku menutup mulutku dengan menggunakan tangan kananku. Air mata sudah mula ingin tumpah ke bawah pipiku.

SEHUN!!
Bagaimana mungkin dia bisa berada di sini. Bersama seorang yeoja lagi. Aku tidak percaya ternyata dia tidak pernah berubah sehingga sekarang.

Aku lihat dia menolehkan pandangannya menatapku lalu dengan cepat aku menolehkan wajahku ke tempat lain. Sudah cukup lama aku berdiri di situ sambil menahan tangis, lalu aku berlalu dari tempat itu menuju ke luar mall.

Aku tidak bisa menunjukkan wajahku di hadapan sehun. Dan dia tidak bisa melihat aku dalam keadaan seperti ini.

HUH!
Bagaimana bisa aku ketemu sama dia. Dasar namja banjingan. Kenapa dia tidak mati saja.

Haikss... tangisanku semakin menjadi-jadi. Hati aku begitu terluka apabila mengingat itu semua. Hati aku sakit apabila sehun tidak mengaku anak di kandunganku ini adalah anaknya. Aku sangat mencintainya walaupun aku sudah coba untuk membencinya. Apa ini salah?

Aku berlari ke halte bus walaupun dalam keadaan perutku seperti ini. Yang aku perlukan sekarang ini adalah LUHAN. Itu saja sudah cukup untuk mengobati luka di hati ku saat ini.

My MistakeDär berättelser lever. Upptäck nu