Fajar dan Senja {ending}

By _penahati_

133K 6.6K 336

tentang cinta dan persahabatan. semua ini berawal dari persahabatan, pengorbanan perasaan demi saling menjaga... More

Fajar dan Senja
Tentang Hati
Belajar Ikhlas
Pertanyaan
Jawaban
Tentang Awan
Cahaya dibalik Awan
Ujian
Pilihan
Yang Terbaik
Yang Terbaik II
Rela bukan Ikhlas
Masih Berharap
Perjalanan
Berjarak tak Berpisah
Musibah dan Hikmah 1
Musibah dan Hikmah 2
Resepsi
Saat Jarak Menguji
Pergi
Kamulah Pilihanku
Akhir Cerita

Angin Persahabatan

4.1K 242 2
By _penahati_

Jangan mengejar angin, karena kau takkan mampu menggenggamnya,
Tapi...
Diam dan rasakanlah hadirnya, walau tak terlihat oleh mata.
Diwaktu siang maupun malam,
Angin selalu ada, dengan terpaan yang tiada sama...

***___***

Minggu siang itu, cuaca sedang tidak stabil. Sebentar hujan, sebentar terang, sebentar gerimis, sebentar panas. Tidak bisa diduga, berubah-ubah dalam hitungan jam.
Senja berniat ke rumah Tari untuk mengambil barangnya yang tertinggal disana, ketika menginap dulu.
Ditengah perjalanan, Senja mampir di penjual martabak yang sering dibeli Tari, iya itu makanan kesukaan Tari. Senja ingin membawakannya untuk Tari. Setelah mendapatkan yang dicarinya, Senja menuju halte tempat menunggu bus, tapi yang Senja tunggu adalah angkot untuk mengantarnya kerumah Tari. Belum sempat Senja berjalan ke halte, tiba-tiba hujan turun, memang tidak terlalu deras, tapi tidak bisa disebut gerimis juga. Senja jadi berlari asal mencari tempat berlindung, ditoko buku yang berada tidak jauh dari penjual martabak tadi.

"Senja ngapain disini?" tanya seseorang yang baru saja keluar dari toko buku itu.

Senja menengok kearah suara itu, dan mendapati Awan sedang memperhatikannya, "eh kak Awan... Ini habis beli martabak, lupa gak bawa payung, jadi nungguin hujan reda disini dulu, hehe" Senja tersenyum canggung, "kak Awan sendiri ngapain? Habis beli buku ya?"

"iya nih Ja... Mau bareng ga? Aku anterin, sekalian pulang."

"gak usah kak, terimakasih. Aku nunggu hujan reda aja."

Awan tidak tega meninggalkan Senja sendirian, memang sih banyak orang disekitarnya, tapi tetap saja rasanya tak tega.
Melihat Awan tak kunjung pergi, Senja jadi heran melihatnya, "kenapa kakak masih disini? Bukannya kakak udah mau pulang?"

"iya, nanti dulu, mau nemenin kamu dulu, boleh kan?"

"apaan sih kak, aku bukan anak kecil. Jadi lebih baik kakak pulang aja, aku gak apa-apa kok."

"baiklah kalo kamu maunya begitu, aku duluan ya Ja, assalamualaikum."

"iya kak, hati-hati, wa'alaikumsalam."

Awan berlalu menuju mobilnya, tidak lama kemudian dia kembali membawa 2 payung. Satu dipakainya, satunya lagi dia berikan pada Senja. "mungkin ini bisa melindungimu, jika hujan tak kunjung reda."
Senja hanya mengangguk dan tersenyum, seraya mengucapkan terimakasih pada Awan. Setelah itu Awan benar-benar pergi meninggalkan Senja.
_______

Hujan belum reda, masih ada rintik-rintik air yang terus jatuh ke bumi. Kini Senja sedang berjalan menuju rumah Tari, setelah sebelumnya Senja naik angkutan umum.
Tiba-tiba Senja menghentikan langkahnya, melihat pemandangan yang ada didepannya. Disana ada Tari dan Fajar yang sedang menggendong Vina sambil memegang payung menghindari rintik hujan. Mereka tertawa bersama, Tarimenertawakan Fajar yang kesulitan menggendong Vina dengan satu tangan, sedangkan tangan satunya memegang payung, dan Tari memberikan rantang yang entah isinya apa pada Vina, kemudian mereka pamit pada Tari, pulang kerumah mereka.
Senja masih diam ditempatnya, dengan pikirannya yang sudah mulai tidak terkontrol, rasa curiga dan cemburu menghampirinya. Astaghfirullahaladzim, segera dia tepis rasa itu. Tidak! Dia tidak boleh berpikir negatif. Setelah Fajar dan Vina tidak terlihat lagi, Senja baru melanjutkan langkahnya menuju rumah Tari.

"assalamualaikum..." ucap Senja, didepan rumah Tari.

"wa'alaikumsalam," Tari segera membukakan pintu dan terkejut melihat Senja ada didepan rumahnya hujan-hujan begitu. Setelah mempersilakan masuk, Senja memberikan martabak yang dibelinya dijalan tadi.

"terimakasih ya Ja, sampe repot-repot begini...kamu pasti mau ngambil baju yang tertinggal disini ya kan?" Tari terus saja mengajak Senja bicara, dengan cerianya. Sampe tidak menyadari bahwa yang diajak bicaranya hanya diam dan mengangguk saja, tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

Mereka sedang berada dikamar Tari, Senja masih saja diam, sepertinya ingin menanyakan sesuatu yang berusaha ditahannya dari tadi. Tapi Senja ragu untuk bertanya.
Dan Tari baru menyadari perubahan sikap Senja, setelah shalat dhuhur berjamaah dan mengajaknya makan siang. Tapi hanya gelengan kepala sebagai jawaban penolakan Senja.

"kamu kenapa Ja? Kamu tidak enak badan ya?" tanya Tari.

"aku baik-baik aja, Ri...kamu kalo mau makan, makan aja, aku belum lapar."

"sayang sekali ya, padahal makanannya enak banget lho Ja. Mau tau gak siapa yang masak?"
Lagi, Senja hanya menggelengkan kepalanya.

"dari tadi geleng-geleng mulu, lama-lama bisa keseleo tuh kepalamu, hihi," Tari bermaksud membuatnya tersenyum, tapi caranya salah dan gagal, Senja tak bergeming sedikitpun.
"kamu kenapa sih Ja? Yakin gak mau nyobain masakannya Tante Feby nih?"

"hah?" Senja terkejut mendengar nama Mamahnya Fajar disebut.

"iyaa...ini tadi Fajar kesini ngasih makanan buatan Mamahnya, katanya itung-itung syukuran, Fajar naik jabatan. Semua tetangga juga dikasih kok...emang tadi kamu gak ketemu Fajar dijalan Ja?"

Tidak, karena aku sembunyi memperhatikan kalian, jawaban Senja dalam hati, betapa malunya dia setelah salah sangka, memendam sakit sendiri dan menertawakan dirinya sendiri.

"aku kiraaaa..."

"kamu kira apa Ja? Jangan bilang kalo kamu lihat Fajar dari sini dan kamu mikir yang gak-gak?" Senja hanya diam sambil menunduk malu atas pemikirannya sendiri, "hahaha, ya ampun Ja, ternyata kamu bisa cemburu juga." Tari terus saja menertawakan sahabatnya itu, membuat Senja semakin merasa bersalah sudah berpikir macam-macam.

Ponsel Tari berdering, Tari menghentikan tawanya, melihat pemanggil nomor tak dikenalnya, tapi pada akhirnya diangkat juga telpon itu.

"hallo, assalamualaikum."

"...."

"oh Tante...iya insya Allah, nanti Tari kesitu."

"..."

"iya Tante, sama-sama... Wa'alaikumsalam."

Tari menutup telponnya, saat melihat Senja kembali lagi tawanya mengisi ruang kamarnya itu, kemudian Senja mencubit lengannya hingga membuat Tari meringis dan tersenyum menggoda Senja.

Setelah merasa puas, Tari baru diam, "tadi Mamahnya kak Awan memintaku untuk main kerumahnya, kamu mau ikut gak Ja?"

"kapan Ri?"

"sebentar lagi Ja, setelah kita makan dan siap-siap. Kamu mau kan?"

"aku harus pulang Ri, besok kan kita mulai kerja, kalo aku ikut, nanti bisa kemalaman aku pulangnya."

"ini masih siang kali Ja!"

"aku kan juga gak mau mengganggu Ri, ini saatnya kamu untuk semakin dekat dengan keluarga kak Awan. Jadi, lebih baik kamu aja yang kesana, aku pulang aja."

"ya udah deh, terserah kamu Ja."

"aku boleh nitip sesuatu gak, Ri?"

"apa Ja?"

"payung yang tadi aku pake itu milik kak Awan, kami gak sengaja ketemu dijalan, waktu aku beli martabak buat kamu Ri."

"terus kalian ngapain aja tadi?"

"gak ngapa-ngapain Ri, kak Awan cuma meminjamkan payungnya aja padaku, udah gitu doang."

Tari melipat kedua tangannya didepan dada, kemudian terlihat berpikir dan memalingkan wajahnya dari Senja.

"kamu kenapa Ri? Mau balas dendam nih ceritanya, karena tadi aku sempat salah paham?"

"gak tuh!"

"terus ngapain sikapnya kayak gitu, gak sopan tau, huh!"

"lha kok malah kamu yang sewot Ja?" Tari berbalik dan melihat Senja yang berganti membelakanginya.

"aku kan mau duluin kamu, sebelum kamu ngambek, mending aku aja yang ngambek. Jadi kan enak! Haha"

"Senjaaaaa...." Tari menggelitiki pinggang Senja, Tari tau kelemahan Senja yang paling tidak tahan kalau sudah digelitiki olehnya.

"ampun Ri...ampun...haha"

"minta ampunlah pada Allah Ja."

Hahahaha
Mereka kini berganti saling melempar bantal yang ada disofa, sambil sesekali berlari didalam kamar, membuat kamar itu terdengar sangat gaduh dari luar.

Tok tok tok
Suara ketukan pintu dari luar kamar Tari. Mereka saling memandang, dan saling tersenyum. Sepertinya kegaduhan dikamar, mengundang rasa khawatir dari orangtua Tari.

***___***

Sahabat,
Kau tidak selalu ada dalam nyata
Tapi kau selalu ada dalam doa-doa
Penyatu diantara jarak kita....

Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 78 7
" aku tidak bisa melanjutkan cinta kita.. " "Kenapa? Ada apa dengan mu,kenapa kau seperti ini?" - - - "Karna aku bingung harus bagaimana,ini semua su...
254K 15.2K 43
FOLLOW TERLEBIH DAHULU!! SEBELUM BACA! 📌 Dilarang untuk plagiat karena sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha melihat. kisah ini menceritakan...
Hakim By ul

Spiritual

1.2M 75K 53
[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu...
1.1M 20.3K 2
Kehilangan memang fase yang sangat berat bagi setiap orang dan akan sulit untuk menerima. Akan tetapi, Devan yakin jika dengan cara kehilangan itu di...