Fajar dan Senja {ending}

By _penahati_

133K 6.6K 336

tentang cinta dan persahabatan. semua ini berawal dari persahabatan, pengorbanan perasaan demi saling menjaga... More

Fajar dan Senja
Tentang Hati
Belajar Ikhlas
Pertanyaan
Jawaban
Tentang Awan
Cahaya dibalik Awan
Pilihan
Yang Terbaik
Yang Terbaik II
Rela bukan Ikhlas
Masih Berharap
Perjalanan
Angin Persahabatan
Berjarak tak Berpisah
Musibah dan Hikmah 1
Musibah dan Hikmah 2
Resepsi
Saat Jarak Menguji
Pergi
Kamulah Pilihanku
Akhir Cerita

Ujian

4.8K 282 6
By _penahati_

Awan tidak selalu nampak putih
Kadang pula hitam mencekam
Menutup sinar mentari
Hingga hujan badai meluruhkannya...

***___***

Hari demi hari yang dilalui Senja dan Tari terasa lebih indah, lusa adalah hari lamaran Awan pada Tari. Tari sudah sangat mantap untuk menerima Awan, walaupun masih ada sedikit ruang dalam hatinya yang terisi oleh Fajar. Tidak mudah melupakannya begitu saja, tapi Tari terus berusaha untuk itu.
Tari meminta Senja untuk segera menjawab lamaran Fajar, tapi Senja masih belum mau untuk menjawab. Senja berharap melihat Tari menikah lebih dahulu, karena entah mengapa masih ada perasaan ragu untuk menerima Fajar. Bukan ragu pada Fajarnya, tapi ragu pada Tari. Senja merasa Tari belum bisa melupakan Fajar. Dan itu memang benar adanya.
__________

Di Rumah Sakit

"apa wanita seperti itu yang kamu pilih untuk dijadikan istri? Tidak! Mamah tidak akan pernah setuju. Wanita ceroboh seperti itu, tidak akan bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik. Seandainya dia hati-hati sedikit saja, tentu adikmu tidak akan buta seperti sekarang!" seorang wanita paruh baya memaki anaknya, lalu terisak setelah menumpahkan amarahnya.

"maafin dia Mah, dia juga tidak mungkin sengaja menabrak Ardi. Itu juga tabrakan beruntun Mah, dia juga ditabrak dari belakang. Jadi Mamah jangan salahin dia seperti itu. Aku tetap ingin menikah dengannya."

"walaupun itu tabrakan beruntun, tapi kalo dia tidak berbelok kekanan, tentu dia tidak akan menabrak adikmu. Pokoknya Mamah tidak akan merestui kamu menikah dengannya!"

"udah cukup! Mau sampai kapan kalian bertengkar? Papah lelah mendengarnya!" lelaki paruh baya menengahi pertengkaran mereka, "kalian marah-marah juga percuma! Tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik...mending kita sama-sama berdoa supaya Ardi cepat sadar dan semoga bisa mendapatkan pendonor secepatnya."

Dilain tempat, Tari terisak mendengar pertengkaran itu. Iya, 'dia' yang disebut-sebut itu adalah Tari. Ketika pulang kerja, lalu lintas Ibukota yang selalu macet dan banyaknya supir ugal-ugalan, mengakibatkan kecelakaan beruntun itu. Dalam hal ini Tari juga korban, karena ada mobil bis yang sudah lebih dulu menabrak mobil didepannya, dan Tari ada didepan mobil itu dengan beberapa pengendara sepeda motor lainnya. Tari membelokan stirnya kekanan, Tari tidak tau apa yang terjadi setelahnya, Tari sudah tidak sadarkan diri.
Dan ternyata motor yang dikendarai Tari menabrak seorang anak laki-laki, yang belakangan diketahui bernama Ardi itu, dia adalah adik Awan. Mamah Awan menyalahkan Tari habis-habisan, menurutnya Tarilah yang salah hingga membuat anaknya buta akibat kecelakaan itu. Sedangkan Tari hanya luka-luka ringan.

"istighfar Ri, kamu harus kuat menghadapi semua ini, ini bukan salah kamu..." Senja berusaha menguatkan Tari sedari tadi, tapi Tari terus-terusan menangis mengingat kejadian itu. Apalagi Mamah Awan yang tiada henti menyalahkannya. Ruang rawat Tari memang berada disebelah ruang rawat Ardi, jadi Tari bisa mendengar semua pertengkaran mereka.

Awan memang sudah mengatakan pada Tari, bahwa semua akan baik-baik saja, dan Awan akan tetap melamarnya. Tapi tidak dengan Mamah Awan setelah kejadian itu, dan tau bahwa Tari adalah wanita yang akan dilamar oleh anaknya, Beliau menolak dan tidak merestui niat Awan itu.

"Ja...mungkin aku memang ditakdirkan untuk tidak pernah bisa mendapatkan cinta, lihatlah mereka membenciku Ja...mereka menyalahkanku...mereka...mereka...seharusnya aku yang berada diposisi Ardi..." Tari terisak kembali, tidak sanggup meneruskan kata-katanya.

"jangan bicara seperti itu Ri...jodoh, maut, rejeki, semuanya sudah diatur oleh Allah. Termasuk musibah yang terjadi padamu, Allah sedang mengujimu. Allah ingin melihat seberapa kuat kamu bertahan, seberapa kuat imanmu, dan seberapa tegar kamu menghadapi masalahmu. Akan selalu ada hikmah dibalik ujian ini Tari...istighfar Ri, kamu harus banyak berdoa. Allah hanya memintamu untuk sabar dan shalat, bukan untuk merutuki takdir dan menyalahkan diri sendiri." tiada henti Senja memberikan nasehat dan semangat untuk Tari, walaupun sepertinya Tari sulit menerima semua yang dikatakannya.

"Ja, bagaimana keadaan Tari?" orangtua Tari datang terlambat, karena mereka sedang ada kerjaan diluar kota saat mendengar Tari kecelakaan. Sebelumnya mereka juga melihat keadaan Ardi dan meminta maaf pada keluarganya, Mamah Awan hanya menjawab 'iya iya' saja, tanpa senyum sama sekali.

"alhamdulillah Tari sudah sadar, Tante, Om, tapi...Tari selalu menyalahkan dirinya sendiri. Senja sudah berusaha menasehatinya, tapi Tari seakan tak mau mendengar."

"terimakasih ya nak Senja, kamu sudah mau menemani Tari disaat-saat seperti ini..." ucap Ibu Tari.

"iya Tante, itu sudah kewajiban Senja."
_________

3 hari dirawat, Tari sudah diperbolehkan pulang. Sementara Ardi harus dirawat lebih lama lagi, menunggu sampai operasi dilakukan, karena mereka sudah menemukan pendonor untuk mata Ardi, yaitu salah satu korban kecelakaan beruntun juga, yang meninggal dunia setelah 3 hari dirawat, bersamaan dengan kepulangan Tari.
Senja kini untuk sementara tinggal dirumah Tari, supaya bisa menghibur dan menenangkan Tari. Orangtua Tari sangat berterimakasih pada Senja karena mau menemani anaknya, yang saat ini terlihat sangat rapuh.

Tari dan Senja setiap berangkat kekantor diantar oleh Ayah Tari, keadaan Tari belum memungkinkan untuk mengendarai motor dan masih trauma. Setiap pulang kerja, mereka memilih naik angkutan umum dan menyempatkan diri untuk menjenguk Ardi, walaupun Mamah Awan selalu bersikap sinis pada Tari. Tapi Tari tidak pernah menyerah untuk selalu datang dengan ditemani Senja.

"Ri, kamu duluan aja ya, aku mau ke kantin rumah sakit dulu beli minuman, haus nih." Senja pamit pada Tari.

"iya Ja, nanti kamu nyusul aja ya." jawab Tari, kemudian berjalan sendirian menuju ruang rawat Ardi, dengan membawa buah-buahan ditangannya.
Tepat didepan pintu ruang rawat Ardi, Tari berhenti.

"wanita didunia ini banyak Wan, tidak cuma Tari. Senja, teman Tari itu juga cantik, baik dan sangat santun, terlihat lebih hati-hati daripada Tari. Kamu tinggal pilih, Senja atau wanita lain diluar sana, asal jangan Tari. Mamah tidak akan setuju kamu menikah dengan Tari!" suara seorang wanita, yang Tari yakini itu adalah Mamah Awan.

"mau sampai kapanpun Awan akan tetap memilih Mentari, Awan cinta pada Mentari Mah, dan Mamah juga gak bisa memaksa Awan." suara seorang laki-laki, pasti itu Awan, pikir Tari.

"terserah kamu, kalo kamu mau melawan orangtua ya silakan, nanti tanggung sendiri akibatnya." suara ancaman dari wanita itu.

"Tari, kenapa gak masuk?" suara Senja dari belakang, mengagetkan Tari dan semua yang ada didalam ruang rawat itu, mereka baru tau kalau ada Tari didepan yang pintunya terbuka sedikit itu.

Tari menjatuhkan buah-buahan yang dibawanya, kemudian lari meninggalkan Senja, yang masih bingung dengan apa yang terjadi. Awan berjalan membuka pintu, tapi yang dilihatnya hanya Senja, tanpa Tari.

"Mentari kemana Ja?" tanya Awan dengan rasa khawatir, karena Tari pasti mendengar pertengkarannya dengan Mamahnya.

"Tari tiba-tiba lari, saat aku baru datang dari kantin, aku gak tau kenapa tadi dia berdiri didepan pintu, tapi ketika ku sapa malah lari. Emang ada apa kak? Kenapa Tari, sampai lari?" Senja malah balik bertanya.

"ini salahku, aku belum bisa membuat Mamah menerima Mentari, dia pasti mendengar semuanya...Senja, tolong bantu aku untuk meyakinkan Mentari bahwa semua akan baik-baik saja, dan aku akan terus berusaha meyakinkan Mamah tentang Mentari. Bantu aku ya Ja?"

"insya Allah kak, aku akan bantu sebisaku...aku permisi, mau nyusul Tari, assalamualaikum."

"terimakasih ya Ja, wa'alaikumsalam."
________

"Tari...ayo donk makan, kamu bisa sakit kalo terus-terusan seperti ini, dari sore kamu gak mau makan, nanti dikantor kamu bisa pingsan." Senja terus membujuk Tari, tapi Tari selalu menolak apapun ajakan Senja. Senja sampai merasa Tari membencinya, tapi Senja tidak tau apa penyebabnya, atau mungkin hanya perasaannya saja?

"kamu marah padaku ya, Ri? Aku minta maaf kalo aku punya salah?"

"iya! Aku benci padamu, Senja! Kenapa semua orang lebih menyukaimu daripada aku? Kenapa Ja? Kenapa?" Tari berpaling tidak mau menatap Senja, Tari kembali menangis karena ucapannya sendiri.

Tari masih larut dalam tangisnya, sementara Senja tidak mampu berkata apa-apa, air matanya juga mengalir begitu saja mendengar pengakuan Tari yang membencinya. "kamu tau..." Tari mulai bersuara ditengah isakannya, "Mamah Awan juga lebih memilihmu daripada aku...lihatlah semua orang menyukaimu! Senja, kamu senang kan?" Tari menatap Senja seakan ingin menumpahkan semua rasa benci dan marahnya pada sahabatnya itu. Tapi saat melihat mata Senja, justru kedamaian yang dia dapatkan. Itu bukan salah Senja! Karena semua adalah suratan takdir.
Tari memeluk Senja, sambil kembali terisak. Tari tidak bisa membencinya, karena rasa sayangnya jauh lebih besar dari kebenciannya. Senja balas memeluk Tari dengan sangat erat, seakan mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Tari.

"Ri...aku harus bagaimana?" Senja melepas pelukannya, dan memulai pembicaraan, "jika dengan menikah dengan Fajar, akan memudahkanmu untuk menikah dengan kak Awan, maka aku akan segera menjawab lamaran dari Fajar, Ri."

"aku gak tau Ja, kurasa semuanya sama aja, tidak akan merubah pemikiran Mamah kak Awan terhadapku, Beliau ingin kak Awan menikah denganmu ataupun dengan perempuan lain, asal bukan denganku. Mungkin kak Awan juga bukan jodohku, Ja."

"tidak Ri. Aku yakin kak Awan adalah jodohmu..ini hanya masalah waktu, cepat atau lambat Beliau pasti bisa menerimamu. Dan kamu harus terus berusaha,  jangan menyerah Ri...sekeras-kerasnya batu, masih bisa terkikis, jika terus terkena air. Begitupun hati manusia Ri. Redakan amarahnya dengan kesabaranmu. Buatlah Beliau merubah pemikirannya tentangmu. Kamu pasti bisa, Tari ayo semangaaaaattt!"

"terimakasih ya Ja...dan maafkan aku tadi marah-marah padamu, aku..."

"udah, gak usah minta maaf, aku tau kamu hanya sedang sakit hati, dan tidak tau harus mengungkapkannya pada siapa. Aku mengerti keadaanmu saat ini  Ri. Jangan takut ya, aku akan selalu ada didekatmu."

"Senja...kamu bukan cuma sahabat, tapi hatimu seperti malaikat. Kamu tidak pernah marah padaku, padahal aku sering menyakitimu...terimakasih banyak ya Ja, aku sangat bersyukur Allah mempertemukanku denganmu."

"itu adalah salah satu bukti kasih sayang Allah, Ri...Allah begitu menyayangi kita. Allah ingin kita semakin dekat padaNya. Allah ingin kita mengadu dan berharap hanya padaNya. Ujian ini, adalah cara Allah memeluk kita...seperti ini." Senja tersenyum, dan kemudian memeluk Tari.

Drrrt...drrrttt... Ponsel Senja bergetar.
Ada pesan masuk.

Fajar:
"assalamualaikum...Senja, kapan aku bisa bertemu dengan orangtuamu? Tolong luangkan sedikit waktu untukku...

***___***

Jangan pada nangis membacanya yaa...tetap tersenyum...ingat, senyum itu ibadah lho :)
Banyak senyum, berarti banyak ibadah ;)

Continue Reading

You'll Also Like

490K 60.2K 17
Lentera Hati - Series keempat Lentera Universe Romansa - Spiritual - Militer "Dejavu paling berat adalah bertemu seseorang yang mirip dengan dia tapi...
249K 5.4K 87
Hanya sekedar quotes biasa yang penuh akan makna. Jangan lupa vote and comment ya.. # 9 katakatabijak # 13 quotesgalau #7 quotesgalau
2.8M 188K 40
[า“แดสŸสŸแดแดก แด…แดœสŸแดœ sแด‡ส™แด‡สŸแดœแด ส™แด€แด„แด€!] ส€แดแดแด€ษดแด„แด‡ - sแด˜ษชส€ษชแด›แดœแด€สŸ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
76.5K 8.4K 30
[Spin off Hakim, bisa dibaca terpisah] Bahagia seperti apa yang diinginkan semua orang? Apa bahagia mereka sama seperti definisi bahagia yang Husna...