MINE [TAMAT]

By Sitinuratika07

29.7M 1.1M 62.5K

Sudah dibukukan❤️👅 tapi part masih lengkap karena isi di wattpad dan di buku sangat berbeda 🤭 ini cerita pe... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15 - Sean's POV
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19 - Chit Chat
Part 20 END \m/
After Wedding :)
SEQUEL- HAPPY ANNIVERSARY ( Repost )
SEQUEL ( Kelvin D. Franklin )
SEQUEL ( Deira D. Franklin )
SEQUEL ( Melvin D. Franklin )
SEQUEL: Special Melvin, kasih sayang Papa❤
SEQUEL: Sean jadi STALKER!?! (1)
SEQUEL: Sean jadi STALKER!?! (END)
SEQUEL: Abal-abal
SEQUEL - The Couple Goals
Sequel: Aku Padamu, Sean!
Sequel Lanjutan: Aku padamu, Sean!
Sequel Lanjutan - Aku padamu, Sean! (versi ketiga)
Pengumuman pemenang give away!
Juara 1 - Mine by Octya Celline
Juara 2 - Peleburan Hati by Oksytawulandari
Juara 3 - Oh my God by Syarah
Juara 4 - Jeaolus by Adinda Farah Anisya
Juara 5 - Lingerie by Raudhatul Janah
Juara 6 - Day Dream by Raisa Pujia
Juara 8 - The Grand final Konspirasi by Cassandra June
Juara 9 - Heaven of Culinary by FilipiPhoebe
Juara 10 - Happy Birthday my Lovely Husband by Widya Safira W.
MINE READY STOK ❤️

Sequel lanjutan: Aku padamu, Sean! (versi dua)

38.5K 2.3K 83
By Sitinuratika07

Helloo ini ada lagi yang mau nyumbang ide buat lanjutan lagi, akun wattpad nya @ditachairunnisa ;) keren gak sequel nya :) ayo vote dan comment buat beri dia apresiasi ya ;) ini juga salah satu bahan give away darinya hehehe happy reading^^

Before:
"Kau dilarang keluar rumah selama tiga bulan. Ingat itu,"

Sean mengecup bibirku lama seakan ia ingin menghapus jejak sapuan jari Steve dibibirku.

"Berpikirlah dua kali kalau ingin berselingkuh dariku, Tika. Karena pria simpananmu itu akan mati ditanganku,"

BLAM! Pintu kamar tertutup begitu saja.

***

Sean POV

Aku sudah memberikan semuanya untuk Tika. Aku pun percaya semua orang mengakui kalau aku tampan, kaya juga tinggi, namun apa lagi alasannya untuk dia berselingkuh. Bukannya aku terlalu percaya diri, namun semua itu adalah kenyataan. Dan aku berani bertaruh kalau aku memang memiliki semuanya. Aku sempurna.

Saat salah satu anak buahku datang dengan wajah tegang ke ruanganku dan memberikan beberapa lembar foto yang berisi Tika istriku dan seorang pria dengan berbagai macam pose menjijikkan di foto itu.

Aku menggebrak meja kerja dan membentak anak buahku untuk segera keluar, tak lupa aku pun menelfon Tika. Namun sial dia tidak mengangkatnya. Oh ternyata berselingkuh dengan pria brengsek itu lebih menyenangkan sayang? Kita lihat saja nanti.

Karena hampir 20 kali panggilanku tak dijawab aku bersegera menelfon Ronald dan dengan satu kali deringan, dia langsung mengangkatnya dan memberikannya ke Tika. Saat mendengar suaranya yang takut-takut membuatku merasa semakin muak. Entahlah ada rasa sesak didada saat mengetahui dia berselingkuh. Kau mengerti aku Tika, aku harap kau akan terima apapun resikonya.

***

Setelah aku memberi pelajaran kepada istriku, aku lebih memilih untuk menenangkan diriku di ruang kerja. Di situ pulalah aku melihat foto kebersamaanku dengan Tika juga dengan ketiga anak kembarku.

Apa aku terlalu keras padanya? Tidak, aku rasa aku tidak keras padanya. Dia yang harus terbiasa akan semua ini.

***

Tika POV

Air mataku menetes bersamaan dengan darah yang juga menetes dari leherku. Rasa perih, sakit bercampur jadi satu. Luka lama yang dulu sudah aku kubur dalam-dalam kini terasa terbongkar kembali. Perasaan takut dan kebencian dalam diriku kembali seperti dulu lagi. Aku merasa kejadian hari ini seperti de javu. Jika bisa memilih mengulang masa buruk yang pernah aku lalui dalam hidup, aku lebih memilih saat aku jatuh dari jurang saja dari pada harus disiksa dengan suami sendiri seperti ini.

Sambil menangis aku terus mengusap luka itu dengan alkohol untuk menghindari infeksi, tak lupa aku melapisinya dengan kapas dan plester luka. Saat-saat seperti ini yang aku ingat adalah mamaku.

Aku tidak peduli jika tanggung jawab untuk mengurus diriku sudah berpindah tangan ke pria otoriter itu, tapi yang aku inginkan sekarang hanya mamaku. Hanya pelukannya yang dapat menenangkanku.

Tapi aku tak mungkin kesana dengan luka koyak di leherku. Tidak mungkin aku mengatakan kalau suamiku seorang Vampire, bisa gawat kalau mereka tau hal itu. Ditambah lagi aku dilarang keluar rumah selama 3 bulan. Sekarang aku benar-benar merasa dia sangat kejam. Jangan salahkan aku kalau rasa ini perlahan akan memudar Sean.

***

"Mama ayo makan siang, Kelvin lapar" Kelvin merengek sambil menarik-narik shawl yang aku kenakan untuk menghindari pertanyaan dari orang-orang dirumah ini.

Ya saat ini aku sedang ada di kamar Kelvin, aku tidak ingin ke kamar itu. Aku tidak ingin bertemu dengannya yang bisa saja melakukan hal yang lebih buruk lagi.

Aku memanggil Melvin dan juga Deira untuk makan siang, tapi tidak dengan pria otoriter itu. Nyaliku terlalu kecut untuk memanggilnya, pun aku tidak tau dia dimana.

Untunglah ketiga anakku ini tidak menanyakan perihal apapun tentang Sean, mungkin mereka mengira Sean masih bekerja di kantor. Hufft lucky i am.

"Mama gak makan?" Pertanyaan Melvin membuatku tersadar dari lamunanku tentang Sean.

Aku melihat Melvin yang masih sibuk mengunyah dan tersenyum simpul.
"Mama sudah makan sayang" ucapku sambil mengusap kepalanya.

Melvin pun mengangguk dan meneruskan makannya, begitu pula dengan aku yang meneruskan lamunanku. Dimana aku akan tidur malam ini? Ya itu yang sedari tadi aku fikirkan, aku benar-benar bingung harus tidur dimana. Rasanya aku benar-benar tidak ingin untuk bertemu dengan pria itu, dadaku terasa sesak dan sakit setiap kali dia menatap tajam kearahku seperti saat ini. Dia menyuruhku untuk mengikutinya melalui tatapan mata. Oh tamatlah riwayatku. Help me God.

Ternyata Sean membawaku ke taman belakang. Dia duduk di sebuah kursi yang terbuat dari batang kayu yang sudah dimodifikasi menjadi sangat unik, sedangkan aku masih berdiri kikuk di dekatnya.

"Duduk" perintah Sean dengan suara dingin tanpa melihatku.

Aku pun duduk sedikit jauh darinya untuk menghindari hal-hal yang tidak aku inginkan tapi diinginkannya.

"Jelaskan" ucap Sean tanpa mengurangi nada dinginnya.

Aku menghela nafas dan memainkan ujung bajuku karena gugup. Sejujurnya momen ini lebih menegangkan dari pada saat aku menerima rapor dulu.

"Dia bukan siapa-siapa, dia-" penjelasanku tiba-tiba terputus saat Sean memotongnya dengan suaranya yang naik satu oktaf dan membuatku terlonjak kaget dan secara tidak sengaja menatap iris matanya yang berubah warna menjadi merah. Oh god jantungku benar-benar sudah ingin keluar, kemarahan Sean saat ini rasanya lebih besar dari saat aku kabur dari rumahnya setelah dia menawanku seperti seorang tahanan dulu.

"Berhenti mengatakan dia bukan siapa-siapa Tika, kalian berciuman dan banyak adegan mesra yang kalian lakukan. Setelah semua itu kau masih mengatakan dia bukan siapa-siapa hm?"

Aku mendelik dan entah dari mana keberanian ini datang, kali saja jiwa pemberontakku akan segera keluar. Tidak ada lagi rasa takut yang menyelimutiku, aku menatap tajam mata Sean yang masih terselimuti warna merah itu.

"Apa kau yakin yang kau lihat dari foto itu adalah yang sebenarnya Sean? Apa kau ada disana saat itu? Apa kau tidak bisa menduga kalau foto itu adalah rekayasa? " Aku terus bertanya padanya dan Sean mengepalkan satu tangannya erat-erat seperti ingin memukul sesuatu. Maafkan aku karena sudah berani melawanmu Sean, namun sudah saatnya aku membela diriku sendiri dan kau tau ini untuk kebaikan kita berdua.

"Dan...apakah kau tidak percaya padaku, pada istrimu sendiri? Dan kau lebih memilih untuk mempercayai anak buah sialanmu itu?" Lanjutku. Oh God, sejak kapan aku berkata kasar seperti itu kepada suamiku sendiri. Maafkan aku Sean.

Aku melihat Sean sedikit terkejut dengan ucapanku, namun bukan Sean jika aku menang melawannya.

"Apakah aku harus percaya dengan istri yang sudah berani membentak dan berkata kasar kepada suaminya sendiri?"

Tenggorokanku terasa tercekat karena ucapannya, mungkin sudah saatnya aku mengatakan hal ini pada Sean.

"Ya kau memang tidak harus percaya dengan istri durhaka seperti aku. Aku pun sadar aku hanyalah istrimu yang selama ini selalu menurut akan segala perintahmu dan akupun tak pernah meminta yang muluk-muluk kepadamu Sean. Aku juga tidak memiliki satupun mata-mata yang harus aku tugaskan untuk memataimu setiap saat, karena takut kau selingkuh. Namun di dalam diriku sudah melekat sebuah kepercayaan yang besar bahwa kau tidak akan selingkuh. Aku pun sadar kau tampan dan ada banyak wanita yang lebih cantik dariku mendekatimu, namun karena rasa kepercayaan itu lebih besar dari curigaku, aku tidak pernah berfikiran buruk kepadamu Sean. Namun hari ini, hari ini membuktikan bahwa kau tidak mempercayaiku" aku mengeluarkan segala keluh kesahku kepada Sean berharap dia mengerti.

"Pria itu menyelamatkanku dari rasa malu dan rasa sakit yang mungkin akan aku alami jika saja dia tidak menolongku tadi. Yang aku harap kau ada disana dan berada di posisinya, namun nyatanya bukan kau. Dan jika kau menganggapku pembohong, itu terserah. Bagiku aku lebih baik mati dengan kejujuran dari pada harus mati dengan kebohongan di atas kepercayaanmu Sean. Aku pergi dulu"

Setetes air mata yang sedari tadi aku tahan untuk menjaga harga diriku di depannya akhirnya jatuh juga, aku berlari masuk ke dalam rumah dan sebuah bayangan hitam melintas di depanku.

***

Author POV

Tika yang sedang berlari dengan berurai air mata tiba-tiba pingsan di ruang makan tempat anak-anak mereka berada.

"Mamaaaa" teriak Kelvin, Melvin dan Deira berbarengan. Kelvin langsung berlari menuju tempat Tika terbaring lemas di lantai. Begitu pula dengan Melvin, Deira dan beberapa pelayan rumah yang ada disana.

Teriakan mereka sukses membuat Sean yang masih termenung di taman belakang berlari masuk ke dalam rumah. Tidak disangka-sangka wajah Sean yang tadinya Marah, sangar dan kecewa berubah menjadi rasa bersalah, cemas dan takut.

"Papa tolong mama" ucap Deira dengan uraian air mata sambil menggoncang kaki Sean yang sedang menggendong Tika.

"Iya sayang, ayo kita ke rumah sakit" ajak Sean kepada ketiga anak kembarnya dan mendapat anggukan khawatir dari ketiganya.

"Siapkan mobil" perintah Sean kepada pelayan yang masih melihat mereka disana. Semuanya pun langsung berlari menuju garasi.

***

Sean berjalan mondar-mandir di depan pintu IGD tempat Tika ditangani oleh dokter-dokter kepercayaan Sean. Sementara Kelvin, Melvin dan Deira duduk sambil memperhatikan Sean yang tidak berhenti berjalan.

"Papa jangan jalan terus, Melvin pusing lihatnya" ucap Melvin yang refleks membuat Sean berhenti sejenak dan bersimpuh di depan ketiga anak kembarnya itu.

"Kita doakan semoga mama baik-baik saja ya" Sean mengusap kepala ketiga anaknya yang memasang raut wajah nyaris sama dengannya.

Tidak lama seorang dokter datang dengan raut wajah tegang. Refleks Sean mendekat dan disusul oleh ketiga anaknya.

"Bagaimana keadaan istri saya dok?" Tanya Sean was-was.

"Bisa anda ke ruangan saya?"

"Ya" jawab Sean mantap.

Sean pun menyuruh pengasuh anaknya yang sengaja dibawa untuk menjaga Kelvin, Melvin dan Deira.

Begitu sampai di ruangan dokter tersebut, Sean langsung bertanya to the point.

"Jadi apa yang terjadi?"

"Maaf pak, namun kami menemukan kista di rahim istri bapak dan harus segera di angkat. Jika dibiarkan lama-lama bisa menjadi kanker"

Sean melotot mendengar kabar itu, selama ini dia tau kalau istrinya selalu makan-makanan yang sehat, baik saat dia menstruasi maupun tidak. Namun kenapa sekarang malah terkena penyakit seperti itu.

"Operasi segera!"

***

Setelah di operasi selama 5 jam, Tika akhirnya dipindahkan ke ruangan perawatan. Hari sudah memasuki tengah malam, hanya ada Sean di ruangan itu.

Setelah di operasi selama 5 jam, Tika akhirnya dipindahkan ke ruangan perawatan. Hari sudah memasuki tengah malam, hanya ada Sean di ruangan itu. Sedangkan anak-anak mereka sudah pulang kerumah sedari tadi karena besok akan masuk ke sekolah baru.

Sean duduk di sebelah ranjang Tika dan menggenggam tangan Tika yang kosong tanpa jarum infus.

"Disaat aku marah kau selalu punya cara untuk membuatku luluh sayang" Sean tertawa kecil saat mengingat momen-momen kebersamaannya dengan Tika.

"Maafkan aku" kini wajahnya berubah menjadi sedih. Saat ia sedang menunggu Tika yang sedang di operasi tadi, Ronald datang dan menjelaskan semua yang terjadi. Ya memang angel foto itu saja yang diambil secara tidak senonoh.

"Maafkan aku sayang, ya aku memang terlalu cemburu jika melihatmu bersama laki-laki lain selain aku. Saat kau bersama adikku saja hatiku sudah sakit, apalagi harus melihatmu dengan laki-laki asing. Jika kau memang tidak suka aku mata-matai, oke akan aku turuti. Namun satu hal yang perlu kamu tau, aku melakukan hal tadi diluar batasku. Bukannya aku ingin mengingkari janji yang dulu pernah aku buat, hanya saja hatiku terlalu sakit saat melihat foto itu sayang.

Maafkan aku, aku mohon jangan pergi. Lupakan kata-kata yang tadi kau ucap, itu sangat menyakiti hatiku sayang. Cepatlah bangun"

Sean mencium bibir pucat milik istrinya, walau tidak dibalas oleh siempunya, tetap saja Sean menciumnya dengan lembut dan rapuh.

Tanpa ia ketahuipun Tika sudah bangun saat Sean menggenggam tangannya tadi. Tika merasakan kerapuhan, rasa sakit dan terluka dari ciumannya dengan Sean. Asal dia tau, Tika pun begitu. Ia pun juga merasakan sakit.

***

Sean POV

Hari ini aku, Kelvin, Melvin dan Deira akan membesuk my lovely wife ke rumah sakit. Aku juga sudah membawa sepucuk bunga tulip putih yang melambangkan permohonan maaf.

Kamipun sampai di ruangan Tika, ketiga anakku masuk duluan sedangkan aku mempersiapkan mental dahulu diluar. Sekarang aku benar-benar merasa seperti remaja yang baru saja bertengkar dengan pacarnya.

"Papa, mamanya mana?" Deira keluar dari ruangan itu dan sesekali menatap heran ke dalam ruangan.

Aku mengerutkan dahi mendengar pertanyaan Deira. Pandanganku pun aku arahkan ke seluruh penjuru ruangan dan kamar mandi, namun nihil. Tika tidak disini.

Aku memencet bel yang ada di ruangan itu dan tak lama seorang suster datang menghampiri.

"Kemana pasien disini?" Tanyaku panik.

"Nyonya Tika sudah check out tadi pagi tuan, ada yang bisa saya bantu?"

Sial, kemana istriku. Aku pun menelfon Ronald dan ternyata dia tau dimana Tika. Dia menyuruhku untuk segera ke bandara. Sebenarnya apa yang terjadi?

Tanpa pikir panjang aku langsung mengajak ketiga anakku untuk peegi ke bandara.

***

"Maaf tuan saya terlambat menghentikan Nyonya Tika. Sekarang ia sedang dalam perjalanan menuju Jakarta, Indonesia. Jika anda ingin menyusul, saya sudah menyiapkan jet pribadi anda" jelas Ronald yang membuatku mengusap wajah.

"Baiklah" untungnya semua perbekalan termasuk pakaian kami sudah tersedia di dalam pesawat, kalau tidak kami harus packing yang pasti akan membutuhkan waktu yang sangat lama.

***

Aku sampai di Jakarta pukul 1 malam waktu Indonesia, dan si kembar tiga sama sekali tidak mengantuk. Tadi aku sudah sempat marah kepad Ronald kenapa aku tidak dibawa ke tempat Tika, namun lagi-lagi aku harus menelan kekecewaan. Tika tidak berada di Jakarta saat ini, dia ada di Malang. Oh God untuk apa dia di Malang? Dan dimana Malang itu?

Ronald yang sengaja aku suruh ikut baru saja mengatakan bahwa pesawat Tika baru saja take off ke Malang. Oh shit, lagi-lagi kami harus menaiki pesawat. Namun bukan pesawat pribadiku. Pesawat itu harus melakukan serangkaian perawatan lagi karena sudah menempuh perjalanan yang sangat panjang.

Setelah 1,5 jam menempuh perjalanan kami pun sampai di Malang. Dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 3 malam.
Dan si kembar tigapun sudah terlelap di kursinya masing-masing.

Aku menyewa 3 orang pengasuh untuk mengasuh mereka dan seorang supir yang akan mengantar kami ke tempat Tika berada. Sudah berkali-kali pula aku menghubungi Tika, namun masih saja tidak ia jawab.

Dan ternyata kami dibawa ke sebuah gunung. Apa Tika ada di gunung? Malam-malam begini? Apa yang istriku itu pikirkan. Oh tidak, aku rasa butuh pengorbanan hanya untuk meminta permohonan maaf darinya. Kata pengawalku nama gunung ini adalah Gunung Bromo.

Kami sampai di Gunung Bromo pukul 4 dini hari dan ternyata untuk mencapai puncaknya kami harus menyewa jeep. Oh my god cobaan apalagi ini.

Aku duduk di sebelah seorang supir dan dibelakangku Kelvin, Deira dan Melvin yang duduk paling pinggir sedang tertidur pulas. Ternyata untuk mencapai ke puncak gunung in

"Maafkan papa ya nak, ini demi pengorbanan cinta papa. Doakan papa" ucapku dalam hati

Tak lama kami pun sampai, aku pun membangunkan ketiga anakku dengan mengguncang-guncang tubuh mereka. Deira dan Melvin sudah bangun, namun beda dengan Kelvin yang tak kunjung terbangun.

"Bagaimana cara membangunkan kakakmu yang satu itu hm?" Tanyaku pada Melvin dan Deira.

"Seperti ini pa 'Kak Kelvin bangun' begitu" tunjuk Deira setelah dia berbisik di telinga Kelvin. Dan ajaib anak itu terbangun.

Kami pun turun dari mobil dan udara dingin terasa saat turun dari mobil. Ternyata tidak semua bagian di Indonesia panas, di sini sangat dingin. Atau mungkin karena ada gunung makanya dingin, ah entahlah aku tidak peduli. Yang jelas dimana Tika sekarang?

"Ronald dimana istriku?" Tanyaku pada Ronald yang baru saja turun dari jeep yang aku sewa satu lagi.

"Disana tuan" tunjuk Ronald kepada seorang wanita yang sedang berdiri membelakangiku. Aku tidak bisa melihat jelas dia Tika atau bukan, karena minimnya pencahayaan dan juga matahari yang belum terbit.

Aku pun berlari menghampiri perempuan tadi dan tanpa sadar ketiga anak kembarku ikut berlari.

"Tika..." panggilku lirih.

Perempuan tadi menghadap kebelakangku dan tersenyum tipis. Dia...bukan Tika. Damn!! Lelucon apalagi ini.

"Happy Birthday Sean
happy birthday Sean..
happy birthday...happy birthday happy birthday Sean" mendengar nyanyian dari suara yang sangat aku rindukan itu membuatku refleks menoleh ke asal suara yang ternyata ada di belakangku sambil memegang sebuah kue tart. Si kembar tiga pun juga sudah berada di samping Tika beserta Ronald dan pengasuh anak-anakku.

"Selamat ulang tahun suamiku, maaf sudah membuatmu marah. Namun percayalah bahwa semua yang kau lihat adalah salah paham" ucapnya dengan senyum takut-takut.

Aku pun memeluk tubuh mungilnya dan dia pun membalas pelukanku dengan satu tangan.

"Hey kuenya akan jatuh" teriaknya di dalam pelukanku. Aku tidak peduli sayang, yang aku inginkan hanya kau untuk hidupku bukan kue itu. Aku pun mendengar suara ricuh dari orang-orang yang berada di sini.

Aku melepaskan pelukan itu walaupun belum puas.
"Aku mempercayaimu istriku, maaf karena aku sudah salah paham. Dan semoga sunrise yang sudah mulai muncul ini menjadi saksi bisu akan permintaan maaf ini. Dan semoga hubungan kita semakin dipererat dan tidak ada lagi masalah antara kita sekeluarga. Aku juga tidak akan pernah menyangka kalau kamu mempersiapkan semuanya sendiri, padahal kamu masih sakit" aku pun mencubit pelan hidung mancungnya.

"Aku sudah tidak apa, apa kau senang? Aku sudah dibantu oleh si kembar tiga ini" ucap Tika sambil mengacak ketiga rambut si kembar tiga yang masih mengantuk.

"Tentu saja sayang aku sangat senang, ini pertama kalinya ulang tahun ku dirayakan di Indonesia dan dalam momen yang sebahagia ini. Terimakasih," aku mencium lama kening istriku, sebenarnya aku ingin mencicipi bibir ranumnya, namun aku tau adat budaya Indonesia, ya aku harus menahannya sampai di hotel nanti. Tunggu aku sayang...

END

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 68.9K 14
Series #4 Fantasi [Sequel Mine - Melvin D.Franklin] Hai namaku Melvin. Anak kedua yang lahir dari perut Mama-ku tersayang setelah Kelvin dan sebelum...
173K 2.9K 6
[Cerita Completed] PLAGIAT dilarang mendekati area sekitar⚠⚠⚠ #25 werewolf /28-8-2018/ Percaya.satu kata yang sangat membuatku yakin akan adanya were...
937K 78.9K 37
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
619K 38.6K 64
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...