Arvin & Kayla [SLOW UPDATE]

By pinky-pastel

82.5K 6.5K 204

Selalu menunggu tapi dianya tak tahu. Selalu berusaha tapi dianya tak perduli. Mungkin ia tahu, tapi pura-pur... More

00 - sudut pandang Arvin
01 - sudut pandang Kayla
02 - perasaan
04 - sakit hati
05 - Nathan?
06 - jatuh cinta
07 - ada apa?
08 - berbeda
09 - Jevin?
10 - teman baru?
11 - turnamen basket
12 - masa lalu?

03 - diam diam

6K 543 10
By pinky-pastel

Aku menaruh tas ku di atas kasur. Ku rebahkan badanku yang terasa sangat pegal ke kasurku yang amat empuk. Aku menghela nafas, mengapa aku harus hidup begini? Menyukai orang dalam diam. Hanya bisa melihatnya dari jauh.

jika ia tersenyum, aku pun ikut tersenyum. Jika ia tertawa, entah mengapa aku merasa bahagia.

Mencintai seseorang dalam diam memang menyakitkan.

Aku menatap langit-langit dengan penuh frustasi. Ku raih ponselku dan menelpon Bang Devan.

"Bang, kamu dimana?"

"Dikamar. Lo udah pulang?"

"Udah. Sini deh ke kamar, aku mau cerita."

Setelah berkata seperti itu, aku memutuskan sambungan. Aku melempar ponselku kesembarang arah.

Sedetik kemudian, pintu kamarku terbuka. Bang Devan berdiri diambang pintu dengan lengannya yang bersandar pada dinding. Dia menaikkan satu alisnya.

"Sini, aku mau cerita." ucapku sambil menggerak-gerakkan tanganku mengisyaratkan Bang Devan untuk duduk di sebelahku.

Bang Devan berjalan ke arah kasurku, dia merebahkan badannya lalu memejamkan matanya.

Aku yang melihatnya hanya dapat tersenyum tipis, aku tahu Bang Devan pasti sangat lelah hari ini.

"Pasti abis Basket ya?" tanyaku sambil menoel-noel lengannya.

"Hmm. Tadi abis ngjarin junior," katanya. Matanya masih terus terpejam.

Aku hanya ber-oh- ria, kemudian terjadi keheningan yang cukup lama.

Hingga akhirnya aku bertanya, "Bang, pernah gak kamu mencintai orang dalam diam? Kamu cuma bisa melihatnya dari jauh. Kalo kamu ngeliat dia, kamu merasa bahagia. Kamu pernah gak sih?"

Bang Devan membuka matanya, "Oh, jadi adek gue yang satu ini, lagi jatuh cinta dalam diam, huh?"

Aku membuang muka, terlalu malu dengan pipiku yang sudah memerah sekarang.

"Lo suka sama siapa emang?" tanya Bang Devan sambil menoel-noel daguku.

Aku menepis tangannya, "Kamu gak bakal kenal."

Bang Devan hanya tertawa, kemudian ia mulai memainkan ponselnya. Setelah ia lama menggulir ponselnya, ia berbicara, "Dek, masa sekolahan lo tadi abis tawuran lagi," ucapnya sambil melihat serius ke arah ponselnya.

Aku mulai ketakutan, "Si -- siapa?" tanyaku.

"Si Arvin. Dia ngelawan sekitar dua belas orang dan dia menang." kata Bang Reno sambil geleng-geleng kepala.

Deg. Aku merasa jantungku berhenti berdegup sedetik.

Dia, Arvin. Orang yang aku cintai dalam diam.

****

Bang Devan mengetuk-ngetuk pintu kamarku.

"Bangun, Dek! Dua menit gak bangun gue tinggal ya." teriaknya dari luar kamarku.

Tanpa ba-bi-bu, aku langsung membuka mataku, tanpa menunggu rohku untuk balik ke badanku, aku langsung berjalan ke kamar mandi.

Setelah sepuluh menit membersihkan badan dan menggunakan seragam. Aku berjalan ke bawah sambil menyampirkan tasku.

"Lama lo ah," kata Bang Devan sambil cemberut.

"Ngantuk." kataku lalu mengambil sepatuku yang berada di rak sepatu bawah tangga.

Bnag Devan berdecak, "Laper nih gue, Dek." kata Bang Devan sambil mengelus-ngelus perutnya.

"Mohon maaf, semalam saya lupa memasak nasi. Jadi untuk hari ini, anda sarapan di kantin sekolahan anda saja. Terimakasih." kataku sambil memakai sepatu.

Bang Devan berdecak lagi, "Yaudah deh, buruan."

"Bawel."

Setelah selesai mengikat tali sepatu, aku berjalan keluar, tak lupa mengunci pintu karena tak ada orang dirumah.

Bang Devan menyalakan mobilnya, kali ini dia menggunakan mobil sportnya. Padahal itu tidak boleh digunakan untuk pergi kesekolah kata Mama.

"Bang, gak boleh pake mobil sport. Pake yang biasa aja." kataku yang masih berdiri di teras rumah.

"Mumpung gak ada Mama." katanya sedikit berteriak, karena suara knalpot mobil sportnya, seperti knalpot mobil balap.

Aku menghela nafas, membuka pintu mobilnya yang terbukanya keatas. Ini terlalu berlebihan.

"Bang, aku takut makin dibully nanti kalo aku dianter pake mobil ini, aku naik bus aja deh ya." kataku.

Bang Devan langsung menarik lenganku untuk masuk kedalam mobil, "Ada gue."

Sesantai itu? Bahkan aku takut seperti akan pembagian nilai Ujian Nasional.

Aku menghela nafas dan memasuki mobil Bang Devan. Pintunya otomatis tertutup sendiri. Yaampun, aku tak bisa membayangkan bagimana nasibku nanti.

Bang Devan tersenyum miring kearahku dan mulai menancap gas mobilnya dengan kecepatan tinggi.

***

Saat sampai sekitar 3 meter dari sekolah, aku langsung memegang lengan Bang Devan mengisyaratkannya untuk berhenti. Bang Devan memberhentikan mobilnya, "Kenapa?"

Aku melihat kondisi sekitar, lalu menyampirkan tasku, "Aku turun disini aja. Makasih Bang."

Bang Devan memutar bola matanya, "Kenapa sih?"

"Takut." kataku sambil menunduk. Melihat sepatu Nike hitamku.

Bang Devan tersenyum, "Yaudah, turun sana. Hati-hati ya!" kata Bang Devan.

Aku membuka pintu mobilnya, setelah tertutup secara otomatis, Bang Devan langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi sehingga menimbulkan bunyi knalpotnya yang seperti mobil balap.

Aku menghela nafas, untung gak ada yang liat. Batinku.

Aku langsung berjalan sejauh tiga meter ke arah sekolahku. Jujur, aku lebih suka berjalan daripada harus diantar.

Setelah sampai di gerbang sekolah, aku melangkahkan kakiku lebih cepat supaya tidak terlambat. Sepanjang koridor, aku mendapatkan tatapan itu lagi. Tatapan yang membuatku bergidik ngeri sendiri.

Saat sampai di depan kelas, aku langsung memasuki kelasku, duduk dibarisan paling depan, dan kembali membaca Novelku yang belum aku baca.

"Heh, KAYLA!" teriak salah satu perempuan yang membuatku berjengit kaget.

Dia melemparkan tatapan sinis kearahku, membuatku harus menunduk.

Dia, Kak Reina. Salah satu anggota Gradixon. Perkumpulan atau biasa disebut Geng, yang paling berbahaya di sekolah.

Bukan menggigit, maksudku, Gradixon suka membully orang, terlebih, jika orang itu tidak suka dengan Gradixon atau jika orang lain ada yang menyukai salah satu cowok yang mereka sukai, pasti Gradixon tidak akan tinggal diam.

"Kenapa bengong, huh?" tanya Kak Reina yang langsung membuyarkan lamunanku.

Aku mendongak sedikit, melihat mata Kak Reina yang berkilat membuatku harus menahan napas. Disana juga berdiri embel-embelnya seperti, Kak Amel yang rambutnya bewarna ombre biru laut, Kak Rachel yang mempunyai mata abu-abu yang indah, oh jangan lupakan satu lagi, Kak Ara yang mempunyai tampang paling dingin diantara Gradixon.

Aku kembali menundukan kepala. Tak berani melihat mata Keempat perempuan yang sudah berkilat api.

"Tadi, Amel liat katanya lo dianter pake mobil sport. Dan, mobil sport itu milik Devan 'kan?" tanya Kak Reina sambil menunjukku menggunakan telunjuknya.

Sontak, aku memundurkan kepalaku, aku harus bagaimana sekarang?

"Kakak salah liat, aku tadi naik bus kok. Aku juga gak kenal siapa Devan." Aku bohong besar. Bang Devan maafkan aku.

Kak Reina, Kak Amel dan Kak Rachel pun tertawa, "Lo serius gak kenal siapa Devan?" tanya kak Amel sambil mengibaskan rambutnya.

Aku menggeleng, semuanya mentertawaiku, kecuali Kak Ara yang menatapku santai.

"Devan itu cowok paling ganteng seantero sekolahnya, dan lo gak tau?" tanya Kak Rachel sambil geleng-geleng kepala.

Aku menggeleng lagi, lalu Kak Reina mulai mendekatiku, "Jujur sama gue, lo itu siapanya Devan, huh?"

Aku menutup mataku rapat-rapat saat hembusan nafasnya mulai menerpa kulit wajahku. Aku mengepalkan tangan, "Bukan siapa-siapa, Kak."

Kak Reina mendengus, lalu ia memberi isyarat pada embel-embelnya untuk pergi meninggalkan kelasku. Aku mulai menghembuskan napas. Keringatku bercucuran melewati pelipisku. Aku menengok kebelakang, banyak orang-orang yang menatapku seakan ingin tahu, aku ini siapanya Devan.

Jelas saja, aku adalah seorang adik dari Adrian Devano.

Aku mengeluarkan buku-buku ku. Kemudian terdengar suara sepatu pantopel yang beradu dengan lantai, itu Bu Sita. "Good morning,"

***

Jam istirahat pun tiba, aku segera memasukkan buku-bukuku kedalam tas, setelahnya, aku berjalan menuju kantin untuk sekedar memberi camilan yang akan aku makan sambil membaca Novel. Aku mengambil salah satu Novel yang berjudul 'With You'. Lalu aku mengambil ponsel dan headsetku lalu menyimpannya di dalam kantong. Lalu aku buru-buru berjalan ke kantin.

Setelah sampai di kantin, aku berusaha menyelak-nyelak barisan yang memenuhi kantin. Ternyata mempunyai badan kecil ada untungnya.

Setelah sampai di depan stan makanan ringan, aku segera membeli beberapa makanan dan tentu saja airputih. Aku membayarnya, lalu buru-buru meninggalkan kantin. Tanpa sengaja, seorang menabrakku hingga Novelku dan sebotol air mineralku terjatuh, aku memungutnya lalu mendongak,

Dia, Arvin.

Arvin menatapku sedingin salju dan setajam silet. Tanpa berucap kata maaf, Arvin langsung melongos pergi begitu saja. Aku menghela nafas. Lalu kembali berjalan keluar dari kantin, sebelum keluar dari kantin, aku sengaja menoleh ke belakang, ku lihat Arvin sedang merokok besama teman-temannya.

***

Aku membuka pintu perpustakaan, bau buku-buku langsung menyeruak ke dalam indra pernapasanku. Aku mencari tempat yang pas untuk membaca, aku tak begitu suka keramaian.

Akhirnya, aku memilih tempat di pojok belakang. Tempat buku-buku Sejarah berjejeran. Aku duduk disitu lalu membuka halaman pertama dari Novelku.

Lima menit berlalu, aku masih berkutat dengan Novelku. Sampai sebuah buku jatuh tepat di hadapanku, aku mengambil buku tersebut lalu mendongak.

Dia, Arvin.

Aku menahan napas lalu mengembuskannya pelan. Bau maskulin Arvin langsung menyeruak ke rongga hidungku.

Tanpa berucap kata apapun, ia mengambil buku yang jatuh tadi dari genggamanku. Aku mengembuskan napas. Dia merebahkan badannya lalu menutup mukanya menggunakan buku yang tadi ia ambil. Aku tersenyum kecil, bahkan dari jarak satu meter, aku masih dapat mencium bau maskulin dari tubuhnya.

Aku terus memperhatikannya. Ia berdengkur halus. Lama kelamaan bukunya merosot jatuh kebawah. Ia terlalu pulas hingga tak menyadari bahwa bukunya sudah tak menutupi mukanya.

Aku tersenyum lebar.

Sekarang aku punya hobi baru,

Memandang Arvin yang sedang tidur.






*****

A/n

Halooo... gue kembali apdettt wkwk.

Maaf kalo pendek, karena gue sedang dalam proses mau ujian wkwk.

Vote&Comment ya. Kritik dan saran selalu dibuka. Makasihh.

Continue Reading

You'll Also Like

748K 35.5K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
2M 101K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
651K 34.9K 75
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...
2.4M 129K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...