MINE [TAMAT]

Por Sitinuratika07

29.7M 1.1M 62.5K

Sudah dibukukan❤️👅 tapi part masih lengkap karena isi di wattpad dan di buku sangat berbeda 🤭 ini cerita pe... Más

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15 - Sean's POV
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19 - Chit Chat
Part 20 END \m/
After Wedding :)
SEQUEL- HAPPY ANNIVERSARY ( Repost )
SEQUEL ( Kelvin D. Franklin )
SEQUEL ( Deira D. Franklin )
SEQUEL ( Melvin D. Franklin )
SEQUEL: Special Melvin, kasih sayang Papa❤
SEQUEL: Sean jadi STALKER!?! (END)
SEQUEL: Abal-abal
SEQUEL - The Couple Goals
Sequel: Aku Padamu, Sean!
Sequel Lanjutan: Aku padamu, Sean!
Sequel lanjutan: Aku padamu, Sean! (versi dua)
Sequel Lanjutan - Aku padamu, Sean! (versi ketiga)
Pengumuman pemenang give away!
Juara 1 - Mine by Octya Celline
Juara 2 - Peleburan Hati by Oksytawulandari
Juara 3 - Oh my God by Syarah
Juara 4 - Jeaolus by Adinda Farah Anisya
Juara 5 - Lingerie by Raudhatul Janah
Juara 6 - Day Dream by Raisa Pujia
Juara 8 - The Grand final Konspirasi by Cassandra June
Juara 9 - Heaven of Culinary by FilipiPhoebe
Juara 10 - Happy Birthday my Lovely Husband by Widya Safira W.
MINE READY STOK ❤️

SEQUEL: Sean jadi STALKER!?! (1)

455K 16.7K 846
Por Sitinuratika07

Hellooo aku kembali dengan SEQUEL Sean dan Tika wkwkwkw :D tp jangan bingung, ini kejadian sebelum mereka nikah loh. Masih muda tapi mereka udah pacaran baik-baik, gak ada konflik lg cuma nunggu tika wisuda aja :D oke happy reading^^

****

Tika's POV

Semester 6 datang!! Akhirnya aku jadi seorang mahasiswi tertua di kampus ini. Yeay!! Tinggal menyusun laporan akhir, sidang skripsi terus wisuda deh. Akhirnya, tiga tahun berakhir juga jadi seorang lulusan Diploma. By the way, aku memang mengambil perkuliahan selama tiga tahun alias D3. Jadi jangan heran kenapa aku bisa lulus kuliah padahal semester enam. Hehehe.

Ngomong-ngomong waktu itu aku sempat jadi primadona kampus. Bagaimana tidak kalau Sean selalu menyempatkan untuk mengantar-jemputku kuliah padahal dia lagi sibuk dengan bisnis-bisnisnya itu? Semua orang tahu kalau waktu itu dia menyamar sebagai Daniel hanyalah untuk membuatku kembali padanya. Sean mengarang cerita kalau kami ialah sepasang kekasih yang sedang putus. Huhuhuuu, entah kenapa semua orang terima-terima saja. Mungkin mereka semua disihir oleh Sean kali ya.

Dan jika kalian penasaran bagaimana nasibnya Roby? Pria itu benar-benar melupakanku. Dia seperti hilang ingatan permanen kalau sudah menyangkut hal tentangku. Setiap kali kami berpapasan, aku selalu menyempatkan diri untuk melihat matanya tetapi dia hanya melengos atau berjalan seperti biasa. Dia sama sekali tak kenal padaku.

Hiks miris kan? Waktu itu aku sempat menangis seminggu lebih tetapi mau bagaimana lagi? Aku terlanjur masuk ke dalam dekapan Sean dan aku yakin aku tak bisa keluar lagi. Jadi mau tak mau, aku pun harus belajar mencintai Sean mulai saat ini juga. Walaupun susah, ya harus dicoba. Lagian, Sean sekarang sudah berubah. Dia tak pernah kasar lagi padaku dan tindakannya semua so sweet melebihi gula madu. Ckckc, Malah entah kenapa aku sekarang bangga menjadi pacarnya. Guess why? Bagaimana tidak, pacarku itu ialah salah satu pria yang terkenal dengan kekayaannya dan ketampanannya didunia ini? Wanita lain juga pasti berpikiran sama denganku. Benar kan? Hehehe.

Hari ini hari Sabtu, weekend. Orang tuaku sedang honeymoon lagi ke Minnesotta. Disana pasti lagi musim salju deh. Uhh enaknya, bikin iri. Walaupun di Anchorage selalu dingin seperti es, aku juga pasti mau dong kalau di ajak ke Minnesotta, negara tempat tinggalnya Riley di film Inside Out. Film yang kutonton bulan lalu bersama Sean. Hahahaha.

Tiba-tiba bunyi deringan hp terdengar keras dibawah bantal. Padahal aku sedang asyik-asyiknya nonton drama korea Oh my ghost! Huh. Mengganggu saja. Perlu diketahui, aku adalah Kpopers sejati. Boyband favoritku adalah Super Junior dan EXO. Salam Elf dan EXO-L everyone! Yang paling kusenangi di Suju ialah Donghae dan Leeteuk sedangkan di EXO, biasku Kai dan Sehun. Semoga anak-anakku nanti ada yang mirip mereka. Amin amin amin.

But wait. Siapa yang menelponku ini? Nomornya kok aneh ya? Sepertinya ini telepon Internasional deh. Siapa sih? Apa mungkin Sean? Tidak mungkin, dia tadi pagi menelponku kalau hari ini dia mau meeting penting. Ahh, coba ku angkat dulu saja.

"Ha..hallo?" sapaku ragu.

"WOY KUNYUKKK!!!"

Hah? Siapa yang memanggilku kunyuk? Pakai bahasa Indonesia lagi. Apa dia? Arghhhh BASTIAN!?! Sahabat SMA-ku dulu. Astaga, astaga. Ya, betul sekali. Dia Bastian!! KYAAA!!!

"Bastian? Ini loe ya!!" tanyaku seru.

"Jadi loe lupa gitu sama gue? Ishh, mentang-mentang tinggal diluar negeri, loe jadi nambah kunyuk tau gak!" kata Bastian, pria berkulit sawo matang itu menggerutu. Aku bisa membayangkan wajahnya saat ini.

"HAHAHAHA, sudah deh gak usah lebay! Tumben loe nelpon gue, ini kan telepon luar negri Bas. Pasti mahal, loe kan kikir. Hahaha," tawaku tak berhenti-henti. Entahlah kalau sama Bastian, aku pasti tertawa mulu.

"Loe gak tau pengorbanan gue nyari nomor lu tuh susahnya bejibun sampe mau pecah palak utak gue!"

Keluar juga bahasa dusunnya Bastian hahahaha.

"Jadi gimana sampe dapet tuh? Loe sadap operator kali ya! Hahaha--"

"Nah tuh loe tau. Udah ah, gue mau cepet-cepet ngomong nih. Mahal keleus. Dengerin. Gini, tiga hari lagi gue mau ngadain reunian! Loe harus dateng!!"

"Hah? Reunian? Siapa aja emang yang dateng? Gile luh Bas, loe lupa apa gue dimana!?" rengutku. Terdengar tawa Bastian menggelegar diujung sana. Rame lagi. Kayaknya dia lagi bareng-bareng temen aku yang lain deh.

"Gak, gue serius. Loe harus pulang ke Jakarta! Gue gak mau tau, kalo loe gak dateng jangan harap loe bisa manggil nama gue lagi!" ancamnya. Aku menelan ludah. Sepertinya Bastian serius nih.

"Ya udah gue usahain. Kumpul dimana? Siapa aja yang dateng? Tapi gue gak janji ya," balasku.

"Kumpul dirumah Pitik. Mungkin nanti ada Sherlin, Rangga, Septy, Dodi, Trik, Sita, Icha, Uci, Rizky sama Pranata. Eh mungkin juga ada Jefri sama Eka dateng."

"Bas---"

"Kalo loe gak dateng, awas aja kutu kupret!"

Tut tut tut.....

Kurang ajar Bastian! Erghh. Bunyi menyebalkan itu pun berakhir begitu saja. Ya ampun, kok tiba-tiba rombongan alay itu ngajak reunian sih. Ya kali dulu kan aku masih single, jadi fun-fun saja kalau mau pulang ke Jakarta. Lah ini? Secara tak langsung, aku harus minta izin dulu sama Sean daripada harus kejadian sebulan lalu terulang lagi. Aku tak mau.

Yoshhh, baiklah. Ganbatte Tika!!! Jangan takut meminta izin toh itu bukan tindakan kriminal.

***

Pukul 7 malam di kota Anchorage yang dingin. Terdengar bunyi ketukan pintu diluar dan aku berani bertaruh kalau itu Sean. Tadi siang aku mengiriminya pesan kalau malam ini dia harus datang ke rumah. Dan.. Sean pun membalasnya dengan sukacita. Pakai emoji lagi.

"Sean!?" seruku saat baru saja membuka pintu, Sean langsung memelukku erat.

"Aku merindukanmu honey. Sudah dua hari kita tidak bertemu ya kan?" tanyanya. Aku hanya mengangguk polos. Setelah itu, aku bersusah payah melepaskan pelukannya dan berhasil. Tetapi, Sean malah mendekap pundakku dari belakang dan tetap bergelayut manja disana. Bahkan saat aku sedang menutup pintu rumah. Zzz.

"Baru pulang dari kantor?" tanyaku sambil berjalan menuju ke ruang keluarga. Sean masih mengekori dari belakang dengan masih memeluk pundakku. Dia memakai kemeja putih polos yang dimasukkan ke dalam celana dasarnya yang pas itu. Mungkin jas armaninya dia taruh dimobil.

"Hemmm, aku capek sayang." jawabnya. Aku pun duduk bersila di atas ambal dengan bersenderkan sofa dibelakangnya. Saat itu juga, Sean langsung merebahkan tubuhnya dan menjadikan pahaku sebagai bantal gratis untuk kepalanya.

"Tumben sampai malam. Biasanya jam 5 sudah pulang?" tanyaku seraya mengelus dahinya yang sedikit berkeringat. Ya walaupun dia sudah seharian bekerja, tetapi Sean masih saja wangi. Wangi khas pria. Bvlgary. Sean menutup matanya menikmati belaian tanganku di dahinya. Dia paling suka kalau aku mengelus kepalanya.

"Ya, aku kerja rodi hari ini. Ayahku membuka kantor cabang baru di Juneau. Jadi aku yang mengurusnya." kata Sean sambil menatapku lurus. Kemudian dia tersenyum lembut.

"I wanna kiss you, may I?" tanyanya kemudian. Aku pun ikut tersenyum tetapi kemudian menggeleng membuat Sean mengerutkan dahinya bingung.

"Tidak mau. Kau bau keringat. Wuee," Aku mencibir lalu menyingkirkan kepalanya dari pahaku.

Sean tertawa pelan lalu mendekap tubuhku dengan cepat dan menaruhku di atas pangkuannya. Wohhhh, ini berbahaya!

"Apa kau baru mencibir padaku sayang?"

"Hehe, maaf maaf. Tadi tidak sengaja." Aku menyengir lebar. Sean pun mendekatkan wajahnya padaku. Aku pun langsung menangkap wajahnya dengan kedua tanganku.

"Mandi dulu terus makan. Nanti aku siapkan baju Papa untuk baju ganti," ucapku tegas. Sean tertawa lagi. Akhir-akhir ini Sean jadi periang.

"Apa itu artinya aku akan menginap?" tanyanya sambil mengerlingkan matanya jahil. Lantas aku mencubit pipinya kuat-kuat sampai Sean meringis kesakitan.

"Jangan bercanda! Setiap malam kau selalu menyelinap masuk ke dalam selimutku, tidur nyenyak sampai besok pagi dan menghilang begitu saja!"

"Maka dari itu aku sarankan pernikahan kita dipercepat sayang, jadinya aku tak lagi diam-diam datang ke kamarmu setiap malam." ucap Sean memeluk tubuhku dan membenamkan kepalanya di depan dadaku. Ehhh, ini geli!!

Aku segera menjauhkan kepala Sean yang mulai menciumi leherku itu dengan kedua tangan, "Sudah mandilah sekarang. Aku tunggu di meja makan." Setelah itu, aku mencium pipinya sekilas, aku pun beranjak pergi menuju dapur.

"Baiklah, calon istriku yang cantik!"

Dasar, bisa saja membuatku senyum tak karuan.

Sekitar 15 menit kemudian, Sean datang ke meja makan dengan rambut basah dan sebuah handuk yang melingkar di bahunya. Sean memakai celana pendek selutut dan astaga, dia shirtless! Ya ampun, melihat six-pack diperutnya itu entah kenapa buat hatiku degdegan tak karuan.

"Kenapa tidak pakai baju?!" tanyaku kesal. Padahal tadi aku sudah siapkan baju kaos polo berwarna hitam.

"Nanti aku pakai sayang kalau mau tidur." ucapnya lalu duduk di sampingku. Rambutnya yang basah itu membuat air menetes-netes ke bawah. Ckc, manja. Ini salah satu modus Sean, asal kalian mau tahu saja. Dia melakukan ini hampir setiap hari soalnya.

Aku pun berdiri mengambil handuk yang melingkar di bahunya itu dan mulai mengeringkan rambut Sean. Terdengar Sean terkekeh pelan lalu dia memeluk pinggangku dan mengurung kakiku di antara kedua pahanya.

"Kau ini memang sengaja agar aku yang mengeringkannya kan? Dasar!" gerutuku sambil mengusap-usap rambut Sean dengan handuk.

"You know what I mean, darl." katanya sok keren.

Setelah rambut Sean benar-benar kering, aku pun kembali duduk di tempat semula dan mulai menyendok nasi buatku dan Sean. Mulai saat ini, aku harus membiasakan Sean memakan nasi.

"Ini apa?" tanyanya sambil menunjuk lauk yang kuambilkan.

"Ini namanya sambal, lalu ini namanya tahu dan tempe. Dan yang ini namanya udang."

"Aku tahu ini udang, tetapi kenapa seperti ini?" ucapnya lagi. Aku berinisiatif mengambil udang cabe ijo ke dalam mulutnya.

"Enak?" tanyaku. Sean mengangguk dan mulai memakan makanan di depannya.

"Bertemu denganmu, aku jadi lebih mengenal yang namanya rempah-rempah. Dan tempe ini enak juga," ucapnya setelah melahap tempe goreng tepung ke dalam mulutnya itu. Padahal menurutku, masakan ini standar sekali. Dasar bule.

Aku pun makan dalam diam sambil berpikir keras. Bagaimana aku harus bilang ya kalau aku harus ke Indonesia? Hemmm.. Setidaknya aku harus berangkat besok pagi dan sampai di Jakarta besok malamnya.

"Sean?" panggilku. Aku jadi gugup. Brr.... Sikap Sean yang over protective itu bahkan melebihi orang tuaku sendiri.

"Iya sayang?" jawabnya sambil mengunyah makanannya.

Aku pun meletakkan sendokku dan mulai menatap Sean serius. Berbanding terbalik dengan Sean yang sepertinya terlihat santai saja.

"Hemm, bolehkah aku pulang ke Jakarta?"

Prang!

Bunyi dentingan sendok terjatuh dan mengenai piring Sean. Dia tadi hendak menyuap makanan ke mulutnya dan terhenti karena aku bicara.

"Apa?" tanya Sean sambil menatapku lurus. Dahinya berkerut dan iris matanya perlahan berubah warna menjadi merah tua. Dia marah!

Aku memilin jariku takut-takut, "Aku di ajak reunian dengan teman-teman SMA di Jakarta tiga hari lagi. Jadi bolehkah aku---"

"Tidak," jawab Sean cepat bahkan aku belum selesai bicara.

"Sean? Aku mohon sekali ini saja," melasku. Sean meminum air putihnya dan mulai beranjak dari kursi itu.

"Aku sudah tak selera makan," ucapnya lalu pergi meninggalkanku dengan langkah cepat. Astaga, sudah kuduga. Sean pasti tidak akan memperbolehkanku pergi!!

Aku segera menyusulnya, sebelum itu aku meminum air putih sebanyak-banyaknya guna menghilangkan rasa gugupku ini. Kalau disuruh memilih, aku lebih baik harus mewawancarai Mr. Grey daripada harus berhadapan dengan Sean. Jika Mr. Grey berulah, dia pasti akan dihabisi oleh Sean. Hahaha. Bodoh kau, Tika! Sempat-sempatnya memikirkan film. Huh.

Sean tak terlihat di ruang keluarga, ruang tamu, atau kamar Mama. Dia pasti sedang berada dikamarku sekarang. Aku pun mulai menaiki anak tangga menuju kamarku yang pintunya tertutup itu.

Deg deg deg deg... Aku berharap Sean mengingat janjinya untuk tidak menyakitiku lagi.

Pelan-pelan aku membuka pintu itu dan terlihat Sean sedang duduk di depan televisi layar 21 inch milikku itu.

"Sean?" panggilku. Sean tak menjawab. Walaupun dia sedang menonton TV tapi pandangan matanya tidak bisa berbohong, dia sedang menahan amarahnya.

"Sean.. Please..." ucapku pelan. Aku duduk di sampingnya, lebih condong menatap tubuhnya dari depan.

"Aku tidak mau membicarakannya lagi, Tika. Diamlah," ucap Sean datar. Kalau dia sudah memanggil namaku, bukan lagi panggilan sayang dsb, dia benar-benar marah!

Apa yang harus kulakukan? Bastian mengancamku kalau aku tak datang, aku tak di anggapnya lagi sebagai teman? Wuaa... Bukan hanya alasan Bastian saja sih, sebenarnya aku juga sangat sangat ingin bertemu teman-teman konyolku itu. Aku sangat merindukan mereka.

Aku melihat Sean menatapku tajam dan lama sekali. Mungkin dia melihat wajahku yang sedang berpikir keras tadi.

"Sean? Aku mohon sekali ini saja. Cuma tiga hari, setelah reunian aku langsung pulang.." cerocosku sambil menggabungkan kedua telapak tanganku guna memohon padanya.

"Aku bilang tidak ya tidak Tika! Mengerti!?" gertaknya lagi. Aku tidak mau menyerah, aku pun berinisiatif duduk di atas paha Sean. Aku melihat Sean terkejut sedikit tetapi setelah itu dia kembali ke mode flat-nya itu.

"Sayang.." panggilku lembut dengan nada suara yang kubuat-buat untuk merayu. Sean bergeming, dia bahkan tak mau menatap mataku.

"Honey, look at me." Aku pun menangkup wajah Sean dan membuat kepalanya mendongak menghadapku. Sean menatapku datar-datar saja.

"Tidak. Aku tetap tidak memperbolehkanmu pergi walau cuma sehari." ucap Sean lagi mencoba mengintimidasiku.

Aku mengecup bibirnya beberapa kali. Katakanlah aku berani atau apapun terserah, yang jelas aku ingin Sean menyerah dan mengubah keputusannya.

Sean tidak membalas ciumanku. Bibirnya tetap diam. Padahal aku tadi sempat merasa bibir Sean kaku dan berkedut-kedut ingin segera membalas. Hah, lihat saja siapa yang menang?

Aku kembali mendekatkan wajahku dan mencium bibir maskulin itu. Mengulumnya lembut, menggigit pelan lalu melumatnya tanpa ampun. Aku merasakan Sean menggeram di tenggorokannya dan tangannya mulai luluh untuk memeluk pinggangku. Tetapi saat Sean ingin membalas dan mengemut bibir bawahku, aku pun melepaskan tautan bibir kami dan membuatnya merasa kehilangan.

Mata Sean sudah terlihat sayu dan bergairah. Tentu saja, aku baru pertama kali ini mencium Sean duluan tanpa disuruh olehnya.

"Bolehkan? Boleh ya?" tanyaku. Sean tak menjawab, dia mendekatkan wajahnya dan hendak mengambil bibirku tetapi aku semakin menghindar.

"Sayang!!" geramnya. Aku tertawa pelan.

"Bilang boleh dulu, baru nanti aku cium lagi." kataku sambil mengulum senyum. Sean menghembuskan nafas berat.

"Siapa saja yang datang saat reunian nanti? Apa ada laki-laki?" tanya Sean curiga. Ya ampun, ternyata inilah alasan Sean tak mengizinkanku pergi.

"Ada Sherlin, pitik, Septy, Sita, Uci, Icha dan Eka." jawabku. Sean masih menatapku tajam seakan masih menunggu jawabanku. Aku pun menunduk, "Terus ada Bastian, Dodi, Trik, Rangga, Rizky, Jefri dan Pranata."

Sean kembali mendengus kesal, "Apa kalian berpasang-pasangan? Kenapa jumlah pria dan wanitanya sama?"

Aku pun menghitung nama-nama temanku itu dengan jari. Iya ya sama. Kok aku tidak sadar, tetapi kan lebihnya satu. Aku?

"Tidak kok. Aku bersumpah ini hanya reunian Sean, tidak lebih. Mereka sahabatku dari SMA. Please, sayang. Sekali ini saja." Aku pun kembali memohon. Sean mengerutkan dahinya seakan berpikir keras. Seperti mau bilang ya boleh, tetapi habis itu tidak boleh banyak laki-lakinya. Huh. Sepertinya aku harus kembali menciumnya.

CUP

Aku mencium bibirnya lagi, "Boleh kan?"

"Hemmmmm...." Sean mengelus dagunya seperti masih berpikir. Aku mengecup bibirnya lagi.

"Boleh kan Sean?"

"Ehm, aku masih ragu.." ucap Sean. Aku memutarkan bola mataku jengah. Lalu dengan sekuat tenaga aku mencium bibir Sean dan menggigitnya kuat sekali.

"Aw aw aw sayang. Iya iya boleh. Aduhhh.." Dia memegang bibir bawahnya yang sedikit berdarah itu karena barusan kugigit. Rasakan, itulah rasanya bagaimana dulu kau sering menggigit bibirku Sean. Sakit kan. Hem.

"Terima kasih Sean!!" seruku lalu memeluk lehernya dan membenamkan kepalanya di dadaku. Ahhh aku senang sekali. Akhirnya diperbolehkan pergi. Wafuuuuu❤❤

"Tunggu, ada syaratnya." ucap Sean tiba-tiba.

"Apa?"

"Tiket pesawatmu aku yang pesan. Aku takut kau bohong lagi seperti waktu itu," kata Sean dengan mata mengancam.

"Baiklah tidak masalah. Malah itu bagus. Heheheh, thanks Sean... Mmmmmuuuahhhhhh!!!!" Aku pun mencium dahinya lama sekali. Rasanya baru kali ini aku merasa sesenang ini. Hehe.

****

Sean's POV

Dasar gadis keras kepala! Bisa-bisanya dia menggunakan kelemahanku untuk merayu? Astaga, usahanya kali ini benar-benar membuahkan hasil. Padahal dari awal aku bertekad tidak akan mengizinkannya pergi. Tidak akan. Tapi ya sudahlah mungkin dengan cara ini, dia bisa lebih mudah menerimaku dan tak merasa takut seperti dulu. Melihat inisiatifnya untuk menciumku duluan saja hampir membuat aku kalang kabut apalagi.. Arghh lupakan, memikirkannya saja membuat ereksiku semakin keras.

Tika sudah tertidur lelap di pangkuanku. Kami habis nonton film horror Sinister 2 yang kubeli original dari sahabatku, produser film itu. Dan aku baru tahu kalau calon istriku ini sangat sangat tidak penakut. Dia bahkan sudah tertidur ditengah-tengah film.

Hemmm, melihatnya tidur damai seperti itu, rasanya aku ingin segera memiliknya secara utuh sekarang. Tapi sekuat tenaga kutahan dan aku tak mau itu terjadi kalau hanya sepihak saja yang menikmatinya.

Lupakan tentang itu. Aku tak mau menyakiti gadisku lagi.

Aku pun segera menggendong tubuh mungil dan enteng itu, menaruhnya di atas tempat tidur, tak lupa pula menyelimutinya. Ya aku memang memperbolehkan dia pergi ke Jakarta tapi jangan harap aku bakal berdiam diri saja. Aku akan mengikutinya kemanapun dia pergi. Memasang gps dan perekam suara super mini di belakang casing hapenya dan kamera cctv yang langsung terhubung di gagdet-ku.

Kemudian aku menelpon Lerry, sekretarisku. Semoga saja dia akan mengangkat telepon tengah malam begini. Kalau tidak, ya lihat saja nanti.

Bunyi deringan ke dua, teleponku di angkat. Bunyi serak suara pria menyebalkan itu muncul, mungkin dia habis bangun tidur.

"Kau kurang kerjaan menelpon tengah malam begini bung. Ada apa!?" ucapnya tanpa hormat sama sekali. Ya memang, kami bukan atasan dan bawahan pada umumnya. Dia teman dekatku semasa kuliah.

"Pesankan aku tiket ke Jakarta untuk dua orang besok pagi."

Tbc

Apaan sih thor! *Digebukin massa*
Sumpah, author mau curhat disini masalah cerita Melvin. Itu cerita gak tau ngestuck di situ2 aja.,setiap mau ngetik ehh otak tiba2 ngeblank. Dan aku gak bisa nerusin cerita kelvin dan deira kalau melvin belum bisa move on dari part 6 :') gimana dong. Bantu bisa gak :'(

Btw, apa pendapat kalian tentang ini? Bagus gak? Mau nerus gak nih? Comment yak!

Mau minta saran, part selanjutnya mau sean's pov atau tika's pov? Alasannya apa ya? Jawab oke. Tenang kok cuma dua part aja. Mengisi kekosongan :D moga masih ada yg nyimpen Mine di library kalian.

Oh ada berita bagus, gak tau ini bagus atau gak yg jelas kayaknya aku gak bakal hapus cerita ini deh dari wattpad :) aku cuma berpikir aja, mungkin ada org2 tertentu yg gak bisa beli novel atau dsb :) mksh..

Seguir leyendo

También te gustarán

115K 9.5K 26
Kehidupan Lan Wangji dan Wei Wuxian di Yun Shen Bu Zhi Chu bersama Putrinya.
10M 1.2M 60
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...
1.6M 68.9K 14
Series #4 Fantasi [Sequel Mine - Melvin D.Franklin] Hai namaku Melvin. Anak kedua yang lahir dari perut Mama-ku tersayang setelah Kelvin dan sebelum...
607K 38K 64
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...