Only Emerald

By queen_chigga

70.9K 2.2K 197

"Dasar Lelaki udik tampan sialan! Dia pikir dia siapa berani mengacuhkan ku seperti itu. Lihat saja nanti. Ak... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29

Part 7

3.2K 90 0
By queen_chigga

"What? Seriusan lo grepe-in kak Daffa seharian?" Pekik Nadia histeris di tengah kantin yang ramai. Sementara Wina berdecak tak percaya sambil geleng-geleng kepala. Untungnya karena kantin yang sedang ramai, jadi pekikan Nadia tersamarkan oleh kebisingan orang-orang di sana.

"Sssstttt.. Ga kurang kenceng apa tuh suara kamu, Nad?" Bekap Emma kesal dengan tanggapan Nadia yang terkesan berlebihan menurutnya.

Nadia meronta-ronta berteriak tidak jelas di bekap mulutnya oleh Emma sebelum akhirnya pasrah diam mengacungkan jempolnya pada Emma agar melepaskan tangannya.

"Lo mau gue mati?" Jerit tertahan Nadia dengan wajah merah padam. "Lipstik estee lauder gue ini belepotan gara-gara lo nih." Lanjutnya sambil mengeluarkan cermin dari tas nya dan merapikan lipstiknya.

"Jadi lo beneran jadian sekarang sama kak Daffa setelah lo nembak dia kemarin?" Tanya Wina masih tak percaya.

Emma hanya mengangguk sambil menyeruput jus tomatnya.

"Segampang itu? Secepat itu?" Lanjut Wina.

Emma kembali mengangguk.

"Ya iyalah. Orang di sodorin tete' gode, siapa yang ga mau?" Sela Nadia yang lansung mendapat delikan dan lemparan kacang dari Emma.

"Ga di lempar pisang sekalian neng?" Sindir Nadia sinis yang hanya di balas Emma dengan picingan mata.

Wina mengindahkan pertengkaran mereka karena masih penasaran dengan apa yang terjadi pada Emma dan Daffa kemarin.
"Terus semalam kalian ngapain di apartemen?." Tanya Wina lagi.

Emma dan Nadia menoleh ke arah Wina terkejut. Lalu Nadia kembali menoleh ke Emma dengan tatapan menuntut jawaban.

Emma nyengir kuda.

"Ada deh. Pokoknya malam yang panjaaaang." Jawab Emma merentangkan kedua tangannya lebar-lebar mendeskripsikan defenisi panjang menurutnya.

Bagaimana tidak panjang? Semalam setelah Daffa pulang berbelanja, ternyata dia tidak pulang membawa makan malam karena dia bilang ingin memasak untuk Emma. Emma teringat betapa bahagianya dia oleh perhatian Daffa.
Daffa hanya menyuruhnya duduk di kursi karena melarang Emma membantunya. Dilihatnya Daffa begitu cekatan mengolah dan memasak bahan makanan seperti chef professional.
Setelah makan malam, mereka lanjut menonton dvd sambil berpelukan. Sesekali bercumbu mesra. Tapi tidak lebih dari itu. Daffa masih memegang teguh prinsipnya walaupun Emma sempat beberapa kali menggodanya.

Emma bersikeras menyuruh Daffa menginap di apartemennya walau Daffa menolak. Tapi bukan Emma namanya kalau tidak mendapatkan kemauannya. Dia mengancam akan mengurung dirinya di dalam kamar dan tidak akan keluar. Hingga membuat Daffa menyerah dan meng-iyakan kemauan Emma.
Dengan senyum kemenangan Emma mengajak Daffa ke kamar kemudian mereka berbaring di tempat tidur, bercerita tentang kehidupan masing-masing, cuddling each other sampai waktu menunjukkan jam 2 pagi sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk tidur. Kemudian pagi-pagi sekali Daffa kembali ke kostnya dengan membawa mobil Emma. Tentu saja karena Emma yang memaksa.

Mengingat pengalaman semalam membuat Emma senyum -senyum sendiri. Emma senang, Daffa begitu terbuka padanya. Menceritakan hidupnya yang begitu sulit dan berbanding terbalik dengan hidup Emma yang serba mudah. Emma senang mengetahui apa yang di sukai Daffa dan apa yang tidak di sukainya. Hanya satu, Daffa masih enggan menceritakan tentang masa-masa sekolahnya. Misalnya cinta monyetnya. Daffa mengatakan pada Emma bahwa Emma adalah pacar pertamanya. Emma merasa lega sekaligus senang. Namun Daffa mengelak menceritakan lebih jauh. Dan itu membuat Emma penasaran setengah mati. Merasa ada sesuatu yang di sembunyikan Daffa.

"Woy! Kesambet lo, Em? Senyum-senyum ga jelas kayak gitu." Tepuk Nadia di pundak Emma.
"Lo sama kak Daffa ngelakuin yang iya-iya yah semalam?" Tunjuk Nadia di depan wajahnya. "Wah parah lo. Lo beneran perkosa anak orang? Ckck." Nadia berdecak.

"Kalau iya kenapa?" Jawab Emma dengan dagu terangkat dan dada membusung, menantang.

"Wah wah! Lo kira lo aja yang punya tete'? Gue juga punya kali nih." Balas Nadia membusungkan dadanya juga.

Wina geleng-geleng kepala melihat perdebatan temannya yang sudah menyimpang arahnya.
"Buah jeruk aja di bangga-banggain." Nyinyir Wina yang langsung mendapat pelototan dari Emma dan Nadia.

Memang, kalau di bandingkan dengan Wina, dada Emma dan Nadia yang hanya berukuran 32B tentu saja kalah telak dengan ukuran 32C milik Wina.

"Tau deh yang punya melon. Takut amat tersaingi." Balas Nadia ketus.
"Percuma punya aset segede gitu tapi ga bisa nge-goda iman kak Ferdi. Noleh aja kagak."

Kini giliran Wina yang melotot tajam mendengar sindiran Nadia.

"Oh wow! Speak of the devil, huh." Unjuk Nadia dengan dagunya.

Wina dan Emma menoleh ke arah yang di tunjukkan Nadia. Ferdi dan Daffa memasuki kantin yang di sambut tatapan memuja dari para gadis.

Hell-O ? Sapa yang ga bakal ngeces ilernya liat ketua Senat dan Mantan ketua Senat yang cakepnya nyaingin boyband korea bahkan one direction sekalipun!
Walaupun Ferdi masih kalah saing jika di bandingkan dengan Daffa, namun tetap saja keduanya adalah,

The most wanted man in Campus.

Aura intimidasi yang mereka berdua keluarkan masih kalah kuat dengan pesona yang mereka punya. Membuat mereka bukannya di takuti malah di puja oleh para gadis-gadis itu.

Emma menunduk kesal melihat gadis-gadis di sekelilingnya berbisik-bisik sambil tertawa girang melihat Daffa dan Ferdi duduk di salah satu meja yang sedikit jauh dari meja Emma.

Dia mengaduk-aduk jus tomatnya emosi.

Percuma aja jadian kalau kenyataannya aku ga bisa nunjukin ke cewek-cewek gatel disini kalau dia milikku.

"Em, your bae tuh. Ga mau di samperin?" Sikut Nadia yang cuma di balas gelengan oleh Emma

"Cie, jealous nih yee kak Daffa di teriakin cewek. Ih lutu na.." goda Nadia menjawil dagu Emma gemas.

"Apaan sih Nad." Emma menepis tangan Nadia di dagunya. "Aku ga lagi ada perlu sama dia jadi biarin aja." Jawab Emma ketus.

Nadia masih melancarkan serangannya menggoda Emma.

"Eh Em, gue baru keinget. Soal iphone lo gimana? Lo masih minta kak Daffa ganti rugi?" Tanya Wina.

Emma menepuk jidatnya pelan. "Duh lupa, Win. Aku koq bego banget yah bisa lupa hal penting kayak gitu. Pantesan dari kemarin waktu sama dia kayak masih ada yang nge-ganjal. Padahal tadi pagi aku sempet ngambil iphone lamaku sebelum ke kampus. Tapi sama sekali ga inget sama iphone baruku yang rusak." Jawab Emma.

"Ya udah samperin gih, tanyain lo ga jadi minta ganti rugi." Lanjut Nadia.

"Ga ah. Ntar aja pulang kampus. Mau taro dimana harga diri seorang Emma kalau harus nyamperin cowok duluan. Sekalipun dia pacar ku sekarang." Jawab Emma acuh.

Nadia dan Wina bertatapan sekilas lalu mengangkat bahu kemudian melanjutkan perbincangan mereka. Sementara Emma sudah tidak lagi fokus karena sesekali mencuri pandang ke arah Daffa yang tampak serius berbincang dengan Ferdi tanpa mempedulikan gadis-gadis di sekitarnya menatapnya lapar. Membuat Emma gerah sendiri.

Pada gatel-gatel banget sih cewek disini. Nanti aku mandiin bedak herocyn baru tau rasa semua!

Ugh.

Daffa lagi ga sadar-sadar kalau aku disini.

Eh?

Emangnya kalo dia sadar dia bakal nyamperin aku?

Ngarep kamu, Em. Emang Daffa nganggep kamu pacarnya? Di jawab aja belom kan?

Emma merutuki kebodohannya dalam hati karena begitu terburu-buru mengklaim Daffa miliknya tanpa mempedulikan Daffa yang tidak memberinya jawaban.

"Ng, gals. Kayaknya aku ga jadi yakin deh kalau aku sekarang bener-bener pacaran sama Daffa." Lirih Emma cemberut menahan tangis.

"Loh loh Em? Koq jadi melow gini sih lo?" Kata Nadia cemas melihat ekspresi Emma.

"Habis Daffa keliatan cuek gitu, Nad. Jangan-jangan cuma aku lagi yang ke-geer-an." Jawab Emma sambil sesegukan karena menahan tangis namun gagal karena akhirnya air yang jatuh juga dari pelupuk matanya.

"Yah.. yah.. yah.. mewek.. Eh, Em malu nanti di liat orang. Udah dong." Bujuk Nadia dengan raut cemas. Wina mengambil kotak tissue di depannya dan di sodorkan ke depan Emma.
Emma mengambil beberapa lembar tissue untuk menutupi mukanya yang berurai air mata sekarang. Dia menunduk menghapus jejak-jejak air mata di pipinya.

Emma masih menunduk ketika dirasakannya seseorang duduk di sampingnya dan mengelus kepalanya berulang-ulang.

Emma menengadahkan kepalanya menoleh ke orang di sebelahnya yang sedang menatapnya sambil tersenyum lembut.
Mata elang yang selalu berhasil menghipnotisnya kini menatapnya intens.

"Hei, kamu kenapa hm?" Tanyanya dengan suara berat nan lembut khasnya.

Lidah Emma kelu. Matanya terkunci tak dapat mengalihkan pandangannya dari si mata elang.

"Galau kak." Celetuk Nadia di belakang membuat Emma tersadar dan langsung menoleh dan mendelik sebal ke Nadia. Yang di pelototin hanya cekikikan tak berdosa. Di amini oleh Wina pula.

Daffa hanya tersenyum mendengar jawaban Nadia lalu meraih dagu Emma dan menolehkannya kembali ke arahnya. "Kamu belum jawab pertanyaan kakak. Kamu kenapa? Koq nangis?" Tanya Daffa dengan raut serius.

"Ga apa-apa. Kakak ngapain kesini?" Tanya Emma mengalihkan pembicaraan. Daffa mendengus kesal melihat Emma yang berusaha mengalihkan topik sambil melipat tangan di dada.
"Karena ngeliat kamu nangis." Jawabnya menaikkan sebelah alisnya. Menunggu reaksi Emma.

"Aku ga apa-apa. Serius." Jawab Emma mengacungkan dua jarinya sambil nyengir kuda.

Daffa tersenyum, membiarkan Emma dengan kebohongannya. Dia sedang tidak ingin memaksa Emma bercerita.
"Dah makan?" Tanya Daffa.

Emma menggeleng.
Daffa mengernyit tidak suka.

"Kenapa? Mau di suapin?" Tanya Daffa yang membuat Emma justru merona.

"Udah makan tadi di rumah." Jawabnya tak mau menatap Daffa.
Emma merasakan hawa-hawa panas di sekelilingnya. Ternyata puluhan mata kini memandang mereka berdua dengan tatapan bertanya.
Namun di lihatnya Daffa tampak tenang-tenang saja dengan keadaan mereka sekarang. Entah mengapa membuat Emma merasa lega.

Daffa melirik jam tangannya lalu menoleh ke Ferdi yang duduk bersebelahan dengan Wina yang tiba-tiba 'membatu'.

Ferdi mengangguk memberi semacam kode pada Daffa. Lantas Daffa menoleh kembali ke Emma.

"Kakak ada kelas pagi. Kamu beneran ga apa-apa kan?" Tanya Daffa lagi.
Emma mengangguk sambil tersenyum senang.

"Kalau gitu kakak masuk kelas dulu yah. Nanti siang kakak jemput." Kata Daffa mengelus rambut Emma dan mengecup kening Emma sekilas lalu bangkit melengang pergi di susul oleh Ferdi yang sempat terkejut dengan tindakan Daffa namun kemudian terkikik melihat ekspresi tiga dara di depannya.

Emma yang melotot dengan tatapan kosong dan wajah semerah tomat, Nadia yang melongo dengan mulut setengah terbuka, sedangkan Wina yang membatu kini menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Belum lagi ekspresi gadis-gadis di kantin yang melihat kejadian itu. Speechless, geram, iri, tak percaya, penasaran, sampai ada yang histeris tak terima.

Bakal jadi hot news sebulan nih kayaknya. Mungkin bakal lebih lama. Bathin Ferdi sambil mengedikkan bahu.

Diapun berjalan cepat mensejajari langkah Daffa yang terlihat seperti buru-buru. Meninggalkan Emma, Nadia dan Wina yang masih bertahan dengan Ekspresinya.

Hingga akhirnya Nadia yang berhasil pertama membuka suara. "Oh.. my.. gosh! Emma. Lo.. lo.." katanya megap-megap.

Emma menatap Nadia dan Wina bergantian lalu memekik girang.

Namun kemudian tersadar kembali dan berdehem, menormalkan ekspresi dan suaranya. "Ehm. Ok. Manner Em, Manner." Gumamnya dengan gerakan seolah menenangkan dirinya sendiri.

"Cie punya pacar juga akhirnya. Ciee.." goda Nadia. Yang disambut anggukan antusias dari Wina.

"Congrat, dear." Ucap Wina semangat.

"Thanks." Jawab Emma dengan ekspresi datar walau jantungnya belum berdegup normal akibat euphoria barusan.

"Kayaknya harus dirayakan nih. Traktir!" Pekik Nadia.

"Anything for ya both." Ajak Emma dengan senyum ear-to-earnya.

Wina dan Nadia menatap Emma berbinar lalu berteriak bersamaan "SHOPPING!" yang diiringi dengan tawa puas ketiganya tanpa menghiraukan tatapan kesal gadis-gadis di sekeliling mereka. Toh mereka cuma berani menatap Emma seperti itu. Tak lebih. Siapa juga yang mau berurusan dengan Emma. Pemilik SUNY coorporation yang teramat kaya dan berkuasa.

Menyentuhnya? Apalagi menyakitinya?
Just in their dream. If you dare, your whole life will like a nightmare.

***

Mulmed ada Emma (Bella Hadid), Nadia (Hailey Baldwin) dan Wina (Emily Ratajkowski)

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 19.9K 38
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
5.5M 293K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
1.3M 66.6K 51
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
348K 24.5K 33
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...