150 CM

By stevanixxmn

2M 178K 21.3K

140 cm. Iya, gue tahu gue enggak tinggi dan gue selalu sadar akan hal itu. Tetapi gue selalu bersyukur kok. G... More

Prolog
1. 141 cm.
2. Fly and Fall.
3. Bimbang.
4. In Love.
5. Video Call.
6. (Mantan) Sahabat.
8. Oh.
9.
10. Patah [Edited]
11. Penting.
12. Lagi.
13. Friendzone everywhere.
14. Maunya Apa?
15. Malming Bareng?
16. Menyerah.
17. Dia Gak Akan Bisa Berubah.
18. Alasan.
19. Trust No One.
20. Cewek Idiot.
21. Sebuah Pengakuan.
22. Epidermis dan Fian.
[not an epilogue but pls read]
Epilog
Tentang Semuanya
Numpang Promo: Let It Out
CAST

7. Runaway.

50.5K 5.3K 529
By stevanixxmn

Oh why did God create this world so unfair? I don't know.

(Nico & Vinz - In Your Arms)

***

Kala itu...

"Pel," Panggil seorang gadis kecil berusia kira-kira 8 tahun kepada teman sebaya nya.

Gadis yang merasa namanya dipanggil pun menoleh, "Kenapa Pan?" Tanya gadis itu.

Yep. Pel adalah nama panggilan Fera dari Vani. Kenapa 'Pel'? Karena pada saat itu Vani cadel, sehingga 'Pel' adalah nama yang cocok untuk Fera--mungkin begitu pikirannya.

"Masa aku di lapot kemalen ada nilai C. Tlus masa aku langsung diomelin ama mama aku," ucap Vani kecil polos. "Emang alti C itu apa sih, Pel?" Sambung Vani kecil.

"Ish. Kamu harusnya seneng. C itu artinya cantik. Daripada aku, aku malah dapat A," Keluh Fera kecil.

Mendengar itu, Vani kecil langsung memandang bingung ke arah Fera kecil, "Tapi mama aku bilang, aku halus kaya kamu dapet A. Emang A altinya apa?"

"Aku malah sedih banget dapat A. A itu artinya amis, aku kan wangi," Ujar Fera kecil sok tahu.

***

Rabu, 6 September 2808

Fera membasuh wajahnya dengan air. Mimpi itu lagi. Yep, Fera kembali bermimpi masa-masa bahagia nya dengan Vani. Dulu.

Saat itu Fera masih kecil. Tiba-tiba rumah kosong didepan rumahnya ditempati oleh sebuah keluarga, yeah, keluarga itu keluarga Vani.

Fera tak tahu sejak kapan dan siapa yang memulai. Hingga akhirnya Fera bisa akrab dengan Vani, dari TK.

Fera percaya kepada Vani, Fera menceritakan segala keluh kesahnya. Yeah, itu wajar, kan? Namanya juga seorang sahabat. Begitupun juga sebaliknya, Vani juga percaya kepada Fera. Vani menceritakan segala keluh kesahnya.

Tapi itu dulu. Itu cerita lama. Kuno.

"Kak Fera, cepetan dong. Aku udah mau telat nih, nanti aku ada piket!" Pekikan adik Fera--Dilla, menyentakkan Fera dari lamunannya.

Sadar jika ini sudah tak benar-benar pagi, Fera langsung merapihkan seragam dan membawa tasnya turun kebawah. "Iya, aku juga udah selesai kok!" Jawab Fera.

***

Fera melangkahkan kakinya dengan tempo yang cepat. Karena terlalu lama menikmati lamunannya, Fera sampai tak ingat jika hari ini ia yang bertugas untuk menghukum anak-anak murid yang terlambat.

"Fer, anak-anak yang terlambat udah gue kumpulin di depan tiang bendera," ucap Hillo yang dijawab Fera dengan anggukan.

Oke. Fera mungkin keliatan tidak adil, padahal jelas-jelas ia terlambat, tapi bukannya dihukum ia malah menghukum orang sejenisnya. Tapi, buat apa punya jabatan, kalau tidak bisa membawa keuntungan, bukan?

Fera mengabsen siapa-siapa saja murid yang terlambat hari ini, sampai satu nama membuat Fera terdiam sejenak.

Fianta Aprilio.

Cowok itu.

Fera mengadahkan wajahnya, hendak melihat adik kelas jangkung itu, sampai akhirnya pandangan Fera terhenti di pria itu--yang kebetulan juga sedang menatapnya. Tatapan Fian seolah mengunci Fera.

Ingin rasanya Fera menghampiri Fian sambil berkata,

"Lo kemana aja? Kenapa gak bales chat gue? Gue nyariin lo, goblok!"

Tapi saat Fera hendak menyapanya, Fian malah melemparkan tatapan dingin, lalu memalingkan wajahnya dari Fera.

Melihat itu Fera hanya tersenyum miris, dan berusaha bersikap wajar.

"Yang merasa cewek lari keliling lapangan 5 puteran, yang cowok 7 puteran. Gak ada yang boleh berhenti, korup, atau curang!" Ucap Fera dengan lantang.

Well, Tuhan memang adil. Memang Fera tidak dilahirkan dengan tubuh tinggi, tapi untungnya Tuhan cukup adil dengan memberikan suara yang tinggi dan keras untuk Fera.

Fera menatap Fian yang sedang berlari dengan intens.

Itu cowok kenapa sih? Batin Fera.

Banyak pikiran yang berkecamuk dalam pikiran Fera tentang Fian. Tapi Fera lebih memilih memfokuskan dirinya atas tugasnya ini.

Lagian cuma Fian doang. Gak begitu penting kok. Iya 'kan? Batin Fera, bimbang.

Tapi Fera makin gak bisa nahan lagi, waktu ngeliat Fian nyelesain hukuman dan pergi begitu saja. Bayangin, dia sama sekali gak ngelirik Fera. Cih.

Akhirnya Fera memutuskan untuk menyusul Fian--sebelumnya Fera sudah meminta Hillo menggantikannya, agar Fera bisa meluruskan semuanya ini--yang Fera sebenernya gak ngerti masalahnya ada dimana.

"Fian," Panggil Fera sambil menarik tangan Fian.

Tapi bukannya berhenti, Fian malah melanjutkan langkahnya seolah dia gak denger apa-apa.

Makin lama, jadi kaya sinetron aja!

Dada Fera bergemuruh kesal. "Berhenti, Fianjung! Dasar bangke! Lo gak denger gue manggil lo?" Pekik Fera kesal.

Mendengar itu, Fian langsung berbalik dan berjalan ke arah Fera. "Lo suka cowo kaya?" Tanya Fian.

Pertanyaan itu lagi!

"Enggak," Jawab Fera tegas.

Fian mengernyitkan alisnya, "Lo sendiri yang bilang kalo lo suka cowok kaya." Ucap Fian datar.

"Gue gak pernah-" Fera mengerutkan keningnya, berusaha mengingat. "Oh itu. Maksud gue itu, gue suka cowok yang kaya Gen--"

"Sa? Kok nama gue dibawa-bawa? Lagi ngomongin apa sih, Fer?" Tanya Gensa yang tiba-tiba sudah ada didekat mereka.

Mungkin Gensa punya kemampuan datang dan pergi tiba-tiba. Semoga aja nanti waktu dia jadian sama gue, dia gak gunain kemampuannya itu, Pikir Fera ngelantur.

"Lagi ngomongin masa depan," celetuk Fian yang langsung mendapat cubitan dari Fera.

Dengan malu, Fera berkata, "Kita lagi ngo--"

"Eh ada Vani. Gue duluan ya, Fer, eh nama lo siapa?" Ucap Gensa sekaligus memotong ucapan Fera.

Gensa, brengsek!

Fian hanya bisa mendengus, "Nama gue Fian," Ucap Fian datar.

Gensa hanya mengangkat bahu tak peduli, "Yaudah, gue duluan." Ucap Gensa sambil berlalu meninggalkan mereka.

"Dih, siapa juga yang nyuruh lo dateng," Desis Fian. "Ya gak, Fer?" Sambung Fian.

"Tau ah," Jawab Fera lalu pergi meninggalkan Fian yang hanya bisa melongo.

Geez, kan harusnya gue yang marah, Pikir Fian.

***

Alexandra Ferandyl POV

Oke, sekarang gue bener-bener mau makan orang. Astaga, gue kesel! Palu mana palu? Rasanya mau gue ketok itu kepala Vani. Kenapa Vani? Ya kan gak mungkin gue ngetok kepala Gensayang gue.

Oke gue tau gue menggelikan.

"Eh,"

Panggilan itu menghentikan langkah gue.

Lol, apa semua spesies di sekolah ini gak ada yang punya tata krama? Hah? Emangnya ada apa murid disekolah ini yang namanya Ehlo? Ehka? Ehto? Kayaknya gue harus ngajuin ke pihak sekolah buat nambahin peraturan tentang Tegor-Menegor deh. Sumpah, gak ada sopan santunnya banget.

"Gue ngomong sama lo," ucap orang itu lagi.

Apa dia ngomong sama gue? Oke, mungkin lebih baik gue nengok ke belakang.

Dan lo tahu siapa keparat laknat yang bilang manggil gue dengan kata 'Eh'?

Yep. Dia adeknya Vani.

Ngeselin banget kan? Padahal dia jelas-jelas kenal gue, terlebih lagi status kita yang bertetangga. Dan berarti seharusnya dia itu manggil gue Kak--iya, gue tau gue kedengeran kayak gila hormat. Tapi, apa perlu gue ngejelasin tentang tata krama?

Sumpah deh, apa Vani sama adeknya sebenernya bikin rencana buat bikin gue kesel? Kalo iya, mereka kudu gue kasih penghargaan sebagai Ter-keparat-yang-bikin-gue-kesel-setengah-mampus. Serius, gue yakin mereka pasti sukses!

"Gue minta lo jauhin Fian," ucap adeknya Vani, yang langsung mengembalikan gue ke dunia nyata.

Gue mengernyitkan alis, "Maksud lo apa sih, Tin?" Tanya gue.

Oke, gue tau kalian sekarang pengen ketawa, atau mungkin kalian emang lagi ketawa. Tapi gue minta kalian tahan dulu sebentar, karena gue bakal kasih sedikit penjelasan.

Yep. Namanya adeknya Vani--sekaligus cewek yang ada di depan gue--adalah... Agustina Antonia.

Iya, gue tau itu nama absurd banget. Dan kalian harus tahu, pertama kali gue denger itu... sumpah gue mati-matian nahan tawa.

Oke, gue tau ini gak penting dan ini juga udah kali ke-2 perihal gue yang suka mengkritik nama-nama orang. Dan gue juga tahu nama gue gak keren-keren banget, tapi... Agustina Antonia? Helloo kaya gak ada nama lain aja.

Lagian apasih yang dipikirin sama orangtuanya Tina sampe rela gitu ngasih nama anaknya Agustina Antonia.

Okelah kalo mereka pengen ngasih nama anak mereka Agustina karena lahir dibulan Agustus. Tapi--astaga, jelas-jelas Tina lahir di bulan Oktober, tepatnya tanggal satu.

Atau pun kalo mereka udah fix dari dulu pengen punya anak namanya Agus, seenggaknya nama belakangnya di kerenin dikit lah. Kaya Agustina Swift, atau Agustina Perri, maybe?

Tiba-tiba gue denger Tina menghela nafas kasar lalu berkata, "Gue. Suka. Sama. Dia." Ucap Tina dengan penekanan di tiap katanya.

Hell. Gak usah diperjelas gitu juga, kuping gue masih normal dan perawan kok.

"Oh," Jawab gue datar, dan disertai tatapan sumpah-lo-gak-bener-bener-gak-penting.

Gue liat Tina mengepalkan tangan nya, "Oh doang?! Lo bisa serius gak sih?! Hah? Pantesan aja Kakak gue gak mau lagi temenan sama lo," Ucap Tina kesel.

Oke. Gue ngeselin, dan gue sadar. Tapi gak perlu bahas masa lalu juga kan?

Gue menggeram, "Gak usah bahas itu." Lalu gue menghela nafas, "Emang lo mau gue ngapain?" Tanya gue sedikit melunak.

"Gue mau lo jauhin Fian. Karena gue suka sama dia." Jelas Tina singkat padat dan jelas.

Mendengar itu gue langsung berdecih. "Fine. Gue jauhin Fian. Yaudah, lo balik ke kelas. Jam pelajaran pertama udah mulai," Ucap gue tegas.

Gue liat Tina mendelik mendengar perkataan gue. Walaupun akhirnya dia kembali juga ke kelas nya.

Sepertinya gue harus batalin kontrak Les gimana jadi tinggi ke Fian. Gue harus jauhin Fian. Karena gue, Fian, dan Tina bener-bener bukan kolaborasi yang bagus.

Cih, kenapa gue jadi gak rela gini?!


***

A/n:

Bolehgak gue curhat (Ini bukan pertanyaan tapi pernyataan)
Lo harus tau gue kesel banget kalo watty error. LO HARUS TAHU SEBENERNYA GUE UDH NGETIK INI, TAPI ILANG.
Hell. Dan akhirnya dengan semua kegondokan gue, gue ngetik ulang dan hasilnya gue gak tau lagi gimana lagi part ini.

Strdy, 18/7/15
04:24.






































































































Continue Reading

You'll Also Like

10.9M 1.5M 70
TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA DAN TOKO BUKU ONLINE. PART DI WATTPAD MASIH LENGKAP! *** "Jadi lo, kembaran gue?" tanya sosok lelaki dengan sorot mata t...
18.8M 1.1M 54
AVAILABLE ON GRAMEDIA DAN TBO COUPLE IN PRIVACY, STRANGERS IN PUBLIC! [ PART DI UNPUBLISH SECARA ACAK ] Zeya menatap sinis. "Gak usah sok baik ke gu...
2.6M 135K 44
[⚠ DON'T COPY MY STORY!!] [⚠ BUDAYAKAN VOTE SETELAH MEMBACA!!] __________________________________________________ Menikah muda bukan lah impian seora...