Love?

By alfiana27

7.5K 555 270

Apa jadinya jika sepasang sahabat menyukai pria yang sama? Tapi jika satunya berusaha untuk mendekat, dan sat... More

Bagian Tanpa Judul
Sekelas
Soal Ajaib, atau Dia yang Ajaib?
Tak Seperti yang Terlihat
Tanpa Judul
Is
Love
Rival
Pengajuan Proposal
Aimi POV
Rapat Kelas
99.99%
Jangan Pergi...
Final Chapter

This

410 41 7
By alfiana27

Akhir-akhir ini OSIS disibukkan oleh 2 kegiatan yanh sangat penting. Yang pertama adalah seleksi untuk calon ketua OSIS beserta calon wakilnya dan anggota inti OSIS. Anak kelas dua yang pernah menjabat di OSIS pun diperbolehkan untuk ikut pemilihan, jadi tugas OSIS kali ini cukup berat. Mereka harus adil dan tidak boleh memihak siapapun. Sekalipun itu teman mereka sendiri.

Setelah disortir menjadi lima besar untuk calon ketua OSIS dan lima besar untuk calon wakil ketua OSIS, Aika menyerahkan berkas-berkasnya pada kepala sekolah untuk melakukan voting dengan para guru. Ya, sistem voting di sekolah ini melalui guru, jadi jika kamu ingin menjabat menjadi ketua OSIS, kamu harus bersikap baik pada guru-guru yang ada di SMA Shutoku.

Walaupun hal itu tidak pernah dilakukan oleh Aika dan Aimi yang terkadang berprilaku seenaknya sendiri. Setidaknya nilai plus dari Aika adalah gadis itu bisa lebih sopan dan lebih ramah dari Aimi yang terkadang suka berbicara seenaknya sendiri terhadap para guru.

Yang kedua adalah persiapan pentas seni untuk mengisi kegiatan setelah ujian semester satu.

Sebenarnya untuk kegiatan pensi itu masih lama, tapi Aika dan Aimi bersikeras untuk memperasiapkannya jauh-jauh hari dengan alasan agar pensi tetap berlangsung sukses walaupun ketua dan anggota intinya sudah berubah, dan hal itu tidak akan memberatkan para anggota OSIS ketika mereka harus menghadapi ujian semester.

"Hah..." sesampainya di sekolah, Aimi langsung duduk dengan menyandarkan kepalanya.

Tak jauh berbeda dengan Aika yang datang dengan wajah lelah dan langsung duduk bersandar di kursinya, "haduh... rasanya badanku mau remuk," keluh Aika.

Sreekk... "ohayo Zuka-san!  Aimi-chan!" sapa Takao yang baru memasuki kelas bersama sahabat karibnya. Ya, siapa lagi kalo bukan Midorima.

Aika mengangkat kepalanya untuk menatap Takao, "ohayo Takao-kun," setelah itu ia meletakkan kembali kepalanya di atas meja.

"Woah... kalian berdua kenapa lemas seperti itu?" Takao heran saat melihat Aika dan Aimi seperti tidak memiliki nyawa. Pria itu duduk di tempatnya sambil memandang ke arah Aimi yang sejak tadi hanya diam saja.

"Ohayo nanodayo," sapa Midorima entah ditujukan untuk siapa?

Seperti mendapat energi tambahan, wajah Aika langsung kembali segar. Gadis itu tersenyum manis ke arah Midorima, "ohayo Midorima-kun!"

"Semangat sekali menjawabnya," ledek Aimi tanpa mau repot-repot membuka matanya yang sedang asik terpejam.

Aika memanyunkan bibirnya, "memangnya kenapa? Kan sebentar lagi kelas akan dimulai, jadi aku harus semangat dong..." elak Aika sambil tersenyum senang.

Tanpa disadari, Midorima sedang tersenyum tipis saat menerima senyuman dari Aika tadi. Entah mengapa, hanya dengan senyuman seperti itu mampu menggetarkan hatinya dan membuat dadanya berdesir hangat.

"Oy! Mido-kun! Jangan senyum-senyum begitu. Wajahmu sudah seperti orang bodoh tau," tuduh Aimi dengan asal. Padahal sejak duduk di kursinya, Aimi sudah memejamkan matanya, memposisikan dirinya keadaan seperti sedang tertidur.

Seketika, wajah Midorima memerah, "ka-kau bi-bicara apa sih nanodayo!" bentak Midorima.

"Tsun~dere," ledek Aimi.

Midorima langsung membalikkan badannya ke belakang, "aku tidak tsundere nanodayo!" bentak Midorima pada Aimi.

Aimi langsung menegakkan kepalanya, memandang Midorima dengan pandangan yang tak dapat diartikan. "Sejak kapan maling mau ngaku?"

Takao yang mendengar jawaban spontan dari Aimi pun langsung tertawa terbahak-bahak, "hahahaha! Itu benar Shin-chan! Orang tsundere juga tidak akan mengakui dirinya itu tsundere."

Midorima semakin kesal mendapat sindiran dari Aimi dan Takao.

"Sudah, sudah, Takao-kun, Aimi-chan, jangan menggodanya seperti itu," Aika berusaha menghentikan aksi Takao dan Aimi yang sedang meledek Midorima.

Aimi memandang Aika dengan tatapan kosong, "tapi memang benar kan?"

Aika memberikan sebuah pelototan yang hanya dibalas dengusan dari Aimi.

***

Bel istirahat pun berbunyi. Seluruh siswa menyambut saat-saat seperti ini dengan suka cita. Beberapa di antara mereka langsung keluar kelas, dan sebagian lagi ada yang memilih memakan bentonya di ruang  kelas.

"Aimi-chan, ayo makan!" ajak Aika dengan suara yang ceria.

"Maaf Aika-chan, sepertinya hari ini aku ingin makan puding, jadi aku ke kantin dulu ya?" tolak Aimi dengan halus, "ayo Takao-kun!" ajak Aimi yang disambut anggukan oleh Takao.

"Eh, eh, tunggu dulu!" cegah Aika.

Aimi menoleh pada Aika yang sedang menahan lengannya agar tidak beranjak dari tempatnya saat ini. "Ada apa?" tanya Aimi.

"Kalau kau pergi, siapa yang akan menghabiskan bekal yang satunya? Kau kan tau, kalau aku selalu membawa dua bekal," Aika bersikeras agar Aimi tidak pergi.

Aimi mengalihkan pandangannya pada Midorima yang masih berkutat dengan buku pelajarannya, "kau makan saja dengan Midorima, pulang sekolah nanti dia kan ada kegiatan basket. Ayo Takao-kun!" Aimi menarik ujung lengan seragan Takao, tapi sebelum ia benar-benar pergi melewati meja Midorima, baju belakang seragamnya ditarik oleh Midorima.

"Apa maksudmu nanodayo?"

"Pulang sekolah nanti kau ada kegiatan basket kan? Kau tidak mungkin hanya mengisi perutmu dengan sup kacang merah kalengan itu. Bisa-bisa kau pingsan lagi," ucap Aimi dengan polos yang sukses membuat amarah Midorima naik.

"Kau pikir aku itu apa nanodayo?" geram Midorima yang berusaha untuk menekan amarahnya.

Aimi tersenyum meledek lalu menepuk-nepuk kepala Midorima, "jangan keras kepala, kau kan masih harus banyak belajar untuk menjalani seleksi Kimia besok. Dan kalau otakmu masih berfungsi dengan baik, kau pasti masih bisa berpikir kalau belajar dan basket itu memerlukan tenaga yang besar. Tidak mungkin energi sebanyak itu hanya kau dapatkan dari roti dan sup kacang merahmu itu. Jaa..." tanpa menunggu bantahan dari pihak lainnya, Aimi langsung pergi dengan sedikit menyeret Takao yang mendadak tidak ingin pergi dari kelas.

Sejenak, Aika dan Midorima saling memandang satu sama lain, dan karena tidak bisa menahan debaran jantungnya yang begitu kencang, kedua pemuda itu memalingkan pandangannya ke arah lain.

Aika berjalan ke tempat duduknya, mengambil bento yang tadinya ingin ia berikan pada Aimi. "Ano... Midorima-kun, ini... bentonya..." dengan wajah memerah, Aika memberikan bento tersebut pada Midorima.

"A-arigatou... nanodayo..." Midorima sedikit menganggukkan kepalanya untuk mengucapkan terima kasih, "tapi bukan berarti aku mau memakan bentomu nanodayo, aku hanya merasa kasihan saja jika bento ini tidak dimakan nanodayo. Lagi pula, Guntur tadi memaksaku untuk memakannya nanodayo," ucap Midorima sedikit panik.

Aika tersenyum manis dan mengangguk paham maksud tersembunyi dari ucapan Midorima, "em, aku mengerti." Aika duduk kembali di tempatnya, lalu mengambil sumpitnya, "itadakimasu!" serunya dengan penuh semangat, lalu ia mulai membuka bentonya.

Midorima pun juga membuka bentonya. Ia sedikit mengerutkan keningnya saat melihat makanan yang ada di dalamnya, "apa ini nanodayo?"

Aika menoleh ke Midorima, "ah, itu makanan favorit Aimi saat di Indonesia. Cumi saus tiram dengan tambahan kangkung, lalu ada telur gulung dengan isi sayur-sayuran. Jika kau tidak suka, kau bisa menukarnya dengan bento milikku," tawar Aika.

Midorima menggeleng, "tidak usah, terima kasih."

"Padahal... aku sudah memasakannya untuk dia, tapi dia malah kabur. Dasar, anak itu," ucap Aika dengan suara berbisik, tapi Midorima masih dapat mendengar ucapan Aika barusan.

Jadi... ini masakan Onizuka ya nanodayo? Tanya Midorima dalam hati lalu mulai meraih sumpitnya, "itadakimasu."

***

"Aimi-chan, kau itu bagaimana sih? Katanya mau mendekatkanku dengan Onizuka, tapi kenapa kau malah menyuruh Shin-chan untuk makan bento mu sih? Mereka pasti sedang makan bersama," keluh Takao di sepanjang jalan saat Aimi menarik paksa Takao untuk menemaninya.

Dengan gampangnya, Aimi menjawab, "sejak kapan aku bilang kalau aku mau membantumu?" bukan sebuah jawaban yang keluar dari mulut Aimi. Gadis itu malah balik bertanya pada Takao.

Takao memanyunkan bibirnya, "ish, kau itu, menyebalkan."

"Terima kasih," ucap Aimi dengan nada yang cukup datar.

Takao kesal, "itu bukan pujian Aimi-chan!"

"Tapi itu sebuah kejujuran Takao, aku hargai kejujuranmu itu."

Untuk beberapa saat, Takao hanya bisa diam sambil terus berjalan ke kantin. "Oh iya, Aimi-chan," Takao seperti teringat akan suatu hal. "Kenapa kau memaksaku untuk menemanimu?" Takao menatap Aimi dengan pandangan sedikit menyelidik.

Tanpa terganggu dengan pandangan Takao yang jelas-jelas sedang menilai gerak-geriknya, dengan tenang Aimi menjawab, "aku hanya menagih utangmu saja."

Takao mengerutkan keningnya, "utang? Utang apa?"

"Kau pernah bilang akan membelikanku makanan apa saja kan? Nah, sekarang aku mau menagihnya," ucap Aimi dengan wajah tanpa ekspresi ketika mereka sudah sampai di kantin.

Mendadak Takao mendapat firasat yang tidak enak, "kau tidak akan menguras dompetku kan, Aimi-chan?"

Aimi mendengus geli mendengar pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut temannya, "kau pikir aku semiskin itu, hingga aku harus menguras isi dompet seorang Takao Kazunari?" Aimi meraih sebuah puding mangga. "Aku minta ini ya?" Aimi menunjukkan puding itu pada Takao.

Melihat wajah polos Aimi saat menunjukkan puding itu memvuat Takao ingin mencubit kedua pipinya, "Aimi-chan, boleh kucubit pipimu? Kau kelihatan menggemaskan."

Mendengar ucapan Takao barusan, Aimi langsung mengacungkan kepalan tangan kanannya di depan wajah Takao. "Cepat bayar, aku tunggu disitu," Aimi menunjuk salah satu meja yang masih kosong.

Setelah mengambil beberapa makanan lainnya dan membayarnya, Takao berjalan menghampiri Aimi, "ini pesananmu, nona," canda Takao.

"Arigatou gozaimasu, butler-sama," Aimi membuka penutup pudingnya. Lalu mulai berdoa dan langsung menyendokkan puding itu. Baru saja puding itu ingin masuk ke dalam mulutnya, Tangannya langsung di pegang oleh Takao. "Nani?"

"Biasakan untuk mengucapkan 'itadakimasu' sebelum makan. Kau kan sekarang sedang tinggal di Jepang, Aimi-chan," nasehat Takao.

"Menyusahkan heh," protes Aimi.

"Kalau kau tidak mau, aku ambil lagi pudingnya."

"Itadakimasu," Aimi langsung memasukkan sesendok puding ke dalam mulutnya.

Takao tersenyum melihat tingkah lucu Aimi, tanpa sadar tangannya sedang mengacak-ngacak poni Aimi.

Gadis itu langsung menepis tangan Takao, "tanganmu belum higienis untuk menyentuh rambutku," dengus Aimi dengan kesal sambil membenarkan poninya yang sudah diacak-acak oleh Takao.

"Gomen, aku tidak bisa menahan untuk tidak gemas terhadapmu. Habisnya, hari ini kau bersikap sangat menggemaskan sih, Aimi-chan," Takao tertawa geli melihat ekspresi kesal Aimi.

"Dasar sakit jiwa!" maki Aimi yang malah membuat Takao tertawa terbahak-bahak.

Setelah puas tertawa, Takao memandang Aimi dengan pandangan yang tak dapat diartikan oleh Aimi, "Nani?" Aimi mengerutkan keningnya saat dipandangi begitu oleh Takao.

"Aku sedikit khawtir padamu Aimi-chan."

Kerutan di dahi Aimi terlihat semakin jelas.

"Apa kau selalu makan dengan porsi sedikit seperti itu? Pantas saja badanmu kecil seperti lidi," ucap Takao dengan nada khawatir yang malah mendapat jitakan dari Aimi.

***

Di sisi lain, Aika sedang menikmati makanannya dengan sesekali menengok ke arah Midorima. Ia khawatir kalau masakannya akan terasa aneh. Jujur saja, ini pertama kalinya Aika memasak makanan Indonesia.

"Ada apa nanodayo?" Midorima mulai merasa tidak nyaman karena dipandangi seperti itu oleh Aika.

Aika menggeleng, "iie, hanya saja... aku mau bertanya, Midorima-kun. Apa makananmu terasa aneh?" tanya Aika ragu-ragu.

Midorima menggeleng, "bukan berarti aku menyukai masakanmu nanodayo," Midorima menutup kotak makannya lalu meletakkannya di atas meja Aika. "Terima kasih atas makanannya," setelah mengucapkan terima kasih, Midorima langsung kembali ke tempat duduknya lalu mulai berkutat kembali dengan bukunya.

Aika tersenyum pada Midorima, "doita, Midorima-kun."

Sebenarnya Midorima hanya pura-pura sibuk dengan buku-bukunya. Ia hanya berusaha menekan emosinya agar tidak meninggalkan bekas merah merona di kedua pipinya.

Sejak menerima makanan dari Aika, jantung Midorima tidak bisa berdetak dengan tenang lagi, rasanya ada sesuatu yang sangat berisik di dalam dadanya. Terutama saat Midorima mulai memakan bento buatan Aika, seperti ada yang berdesir hangat di dalam dada Midorima, membuat pria itu ingin terus mencicipi setiap makanan yang dibuat Aika.

Sebuah tepukan di bahunya menyadarkan Midorima dari lamunannya, "bagaimana makan siangmu Shin-chan? Apa yang dibawa Onizuka tadi?" tanya Takao sedikit penasaran.

"Tidak ada yang special nanodayo, hanya saja tadi dia khusus membuakan masakan kesukaan sahabatnya nanodayo, tapi sahabtnya malah lebih memilih makan dengan orang lain nanodayo," sindir Midorima.

"Ceritanya kau sedang menyindirku, hm?" tanya Aimi yang duduk di belakang Midorima.

"Bagus deh kalau kau merasa nanodayo."

Aimi melipat kedua tangannya di depan dada, "bilang saja kalau kau mau mengatakan, betapa menyesalnya kau, Guntur-san, karena tidak mencicipi masakan Onizuka-san yang sangat lezat itu," ledek Aimi dengan nada suara datar yang membuat pria itu semakin sebal dibuatnya.u

Midorima membalikkan tubuhnya, menghadap ke arah Aimi, "aku tidak bilang seperti itu nanodayo!"

"Tapi kau ingin," balas Aimi dengan wajah datarnya. "Semua tergambar jelas di wajahmu," Aimi menunjuk wajah Midorima yang sekarang sudah memerah karena malu dan kesal. "Lihatlah wajahmu, sekarang sudah berubah menjadi seperti kepiting rebus."

"Guntur!" bentak Midorima.

Tiba-tiba saja Aimi merasa ada yang menarik pipinya, "kau itu ya... senang sekali sih bikin keributan," omel Aika.

"Aw! Aw! Aw! Aika... sakit..." Aimi menepuk-nepuk tangan Aika yang sedang mencubit pipi kanannya.

"Biarkan saja. Sekali-kali kau harus diperlakukan dengan keras, agar tidak selalu membuat keributan seperti ini. Kau itu wakil ketua OSIS, Aimi... sadar akan posisimu, seharusnya kau memberikan contoh teladan bagi siswa yang lain, bukan bersikap seperti ini," omel Aika panjang lebar.

"Aw! Aw! Aw! Iya! Gomenasai! Mianhae! Sumimasen! MAAF!" teriak Aimi frustasi. Demi apapun, Aimi paling benci saat pipinya dicubit seperti ini. Menyebalkan! Dan tentunya ini sakit.

"Baiklah, ku maafkan. Tapi awas kalau kau seperti ini lagi!" Aika melepaskan cubitannya lalu kembali ke tempat duduknya.

Takao dan Midorima yang menyaksikan kesadisan Aika merasa sedikit tercengang.

"Jangan heran, dia hanya akan bersikap sadis seperti itu hanya padaku. Itu pun jika aku sudah bertindak keterlaluan di matanya," Aimi menjelaskan tentang kejadian yang membuat beberapa orang yang ada di kelas ini sampai heran.

Seorang Aimi Guntur, bisa dibentak dan diomeli oleh orang lain? Itu rekor! Dan hebatnya, Aimi juga mendengarkan rentetan omelannya dan bersedia minta maaf. Padahal penyakit kronis seorang Aimi Guntur adalah... ia paling susah mengatakan kata maaf kalo menurutnya itu tidak begitu dibutuhkan.

Midorima jadi semakin penasaran. Sebenarnya, bagaimana sosok seorang Onizuka Aika yang sebenarnya? Gadis ceria, ramah dan dengan tingkat kecerobohan yang tinggi? Atau gadis tegas yang tidak segan-segan menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalannya. Tapi... siapapun Onizuka Aika yang sebenarnya, ia mampu membuat seorang Midorima Shintarou penasaran tentang dirinya dalam kurun waktu kurang dari 1 semester pertemuan.

Ini hebat. Saat pertama kali Midorima suka pada Aimi itu saat mereka memulai semester ke-2 di kelas 1-A. Dan Aika, tidak membutuhkan waktu selama itu untuk menarik perhatian Midorima.

Continue Reading

You'll Also Like

9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
32.2M 2M 103
1# Mavros Series | COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerit...
15.8M 991K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...