150 CM

By stevanixxmn

2M 178K 21.3K

140 cm. Iya, gue tahu gue enggak tinggi dan gue selalu sadar akan hal itu. Tetapi gue selalu bersyukur kok. G... More

Prolog
1. 141 cm.
2. Fly and Fall.
3. Bimbang.
4. In Love.
5. Video Call.
7. Runaway.
8. Oh.
9.
10. Patah [Edited]
11. Penting.
12. Lagi.
13. Friendzone everywhere.
14. Maunya Apa?
15. Malming Bareng?
16. Menyerah.
17. Dia Gak Akan Bisa Berubah.
18. Alasan.
19. Trust No One.
20. Cewek Idiot.
21. Sebuah Pengakuan.
22. Epidermis dan Fian.
[not an epilogue but pls read]
Epilog
Tentang Semuanya
Numpang Promo: Let It Out
CAST

6. (Mantan) Sahabat.

78K 7.3K 663
By stevanixxmn

All I know since yesterday. Is everything has changed.

(Taylor Swift ft. Ed Sheeran - Everything Has Changed)

***

Minggu, 3 September 2808

Fianta PoV

Namanya Alexandra Ferandyl. Kelas 9F, absen 2, di Sekolah Mereka. Anggota Osis inti, jabatannya Sekretaris 2.

Punya adik satu, namanya Adilla Viani, kelas 6 SD. Yang katanya mukanya mirip banget sama Fera.

Fera jago dipelajaran Matematika, dan paling anjlok di olahraga. Paling bete kalo ngebicarain tinggi badan, tapi paling semangat kalo ngomongin cogan. Gak cantik, tapi enak diliat. Satu lagi, dia jomblo.

Gue mengulum senyum membaca biodata Fera yang gue minta dari temen sekelasnya. Kalian semua gak perlu tau siapa, kalian cuma perlu tau satu hal. Gue punya banyak koneksi Kakak kelas.

Sebenernya biodata itu semua gak terlalu penting sih, karena bagi gue yang penting cuma satu. Dia single. Itu cukup.

Ya, gue tahu dia mungkin gak bener-bener single, karena menurut kesimpulan yang gue ambil, dia lagi dalam masa di gantung, atau juga bisa dibilang dia lagi dikasih sedikit harapan.

Tapi semua itu gak penting, karena status dia saat ini single, lagipula gak ada yang namanya status digantung, kan?

Hm, gue juga baru sadar sama perasaan gue kemaren, waktu gue lagi video call-an sama dia.

Iya, gue juga tau ini terlalu cepet. Dan gue juga tahu mungkin ini gak bisa dibilang cinta, bisa dibilang ini cuma crush. Tapi siapa yang bisa tebak. Mungkin awalnya cuma crush, tapi kedepannya gue gak bisa tahu 'kan?

***

Author POV

Fian melangkahkan kaki nya menuju gerbang yang ada didepannya. Tangannya terulur hendak memencet bel, namun tiba-tiba Fian mengurungkan niatnya.

Fian hanya diam sambil menatap rumah yang ada didepannya. Rumah itu terlihat sepi, padahal sekarang sudah jam 10 pagi.

Apa ini orang semua masih tidur? Atau malah pada pergi kerja? Tapi kan sekarang hari Minggu, batin Fian.

Fian--sekali lagi--cuma bisa terdiam, sambil merutuki kebodohannya untuk dateng kesini, namun getaran di handphone Fian, menghentikan Fian dari racauan nya.

Fera : lo ngapain di depan rumah gue?

Yep. Fian memang sedang berada di depan rumah Fera. Dan Fian--lagi-lagi merutuki kebodohonnya. Karena saking gugup nya Fian sendiri gak sadar kalo ada cctv.

Jelaslah ada cctv, secara orkay gitu loh, pikir Fian.

Fian tersentak kaget saat tiba-tiba gerbang yang ada didepannya terbuka sendiri, mungkin Fian lebih ke tersentak gara-gara terkesima.

"Gerbangnya bisa kebuka sendiri, gila!" Gumam Fian takjub.

"Woy, ada orang disini! Buset sependek apa sih gue, sampe dikira ini gerbang kebuka sendiri." cerocos seorang cewek, yang ngebuat Fian melongo.

"Fera? Eh lo udah tinggian ya. Efek jatoh kemaren tuh," ucap Fian takjub.

Cewek yang ada didepan Fian cuma mendengus bosan. "Masuk gih, buruan." Perintah cewek itu, ketus.

Mendengar itu Fian cuma mengangkat bahu. Well, mungkin Fera lagi badmood, pikir Fian.

Fian kembali melanjutkan langkahnya sambil melihat ke sekelilingnya. Fian bener-bener takjub sama pekarangan rumah Fera, dan--hell, Fian sampe gak bisa ngedeskrpisiin saking kerennya.

Sampai akhirnya Fian sampai juga di pintu rumah Fera. Fian mengerutkan keningnya saat melihat Fera sudah menunggu nya.

Sumpah, tadi gue liat Fera tuh jalan dibelakang gue. Gak mungkin kan Fera yang tadi hantu? Masih siang kaya gini, Pikir Fian lalu bergedik ngeri.

"Lo ngapa dah, Yan?" Tanya Fera menyadari ada raut muka gak enak di wajah Fian.

"Itu... bukannya tadi lo masih dibelakang gue? Kok sekarang bisa disini?" Tanya Fian hati-hati, mengingat jika ternyata Fera yang didepannya bisa saja hantu.

"Gue? Gue dari tadi emang disini." Jawab Fera, kemudian terlihat mengerutkan kening. "Oh, mungkin yang tadi lo liat adek gue. Tadi dia bilang mau keluar, jadi gue sekalian minta tolong bukain gerbangnya" sambung Fera.

Namun penjelasan Fera tetap tidak bisa menghilangkan raut ragu dari wajah Fian. "Adek? Masa adek lo lebih tinggi dari lo?" Tanya Fian curiga.

Fera cuma bisa mengangkat bahu, "Ya gitu, dia bilang dia tinggi karna minum susu, padahalkan gue juga minum susu. Kan apa banget"

"Tapi nyeseknya, dia yang jelas-jelas masih kelas 6 SD malah lebih tinggi dari gue, yang kelas 9," keluh Fera yang membuat Fian terkekeh.

"Jadi cewek pendek itu enak tahu. Nih ya, coba lo pikir aja. Cowok pendek pasti lebih suka cewek pendek, cowok tinggi juga rata-rata sukanya sama cewek pendek. Nah lo bisa pikirkan, kalo jadi cewek tinggi itu gak bakal dapet apa-apa," hibur Fian

Mendengar itu Fera langsung menatap Fian dengan girang. "Lo juga suka sama cewek pendek?" Tanya Fera.

Pertanyaan Fera, sukses membuat Fian salah tingkah. "Ah.. Ya bisa dibilang begitu," jawab Fian gugup.

Seketika raut wajah Fera langsung berubah girang, namun tak lama kemudian ekspresinya berubah sendu. "Coba aja cowok yang gue suka punya pemikiran kaya lo," ucap Fera, terkesan menyedihkan.

Dan ucapan Fera sukses membuat Fian terdiam.

***

"Jadi, kenapa lo bisa tiba-tiba ngejogrok didepan rumah gue?" Tanya Fera sambil meletakkan nampan--yang diatasnya ada gelas dan biskuit--ke atas meja.

Fian cuma bisa mengangkat bahu, "Gue tadi abis main ke rumah temen gue, lewat rumah lo juga. Yaudah gue mampir," Jawab Fian bener-bener asal.

Karena kenyataannya Fian dateng kesini atas keinginannya sendiri. Lagian Fian mana punya temen yang tinggal di kompleks ini.

"Oh, adeknya Vani, ya? Soalnya setau gue dia sekelas sama lo," ucap Fera yang sukses buat Fian kaget.

Temen gue ada yang tinggal disini? Keren, pikir Fian.

"Emang Van--eh maksud gue Kak Vani rumahnya daerah sini juga?" Tanya Fian mengalihkan pembicaraan.

Fera menatap Fian bingung, lalu menjawab. "Iya, itu rumah dia yang ada didepan rumah gue" jelas Fera.

Mendengar itu Fian cuma membulatkan mulutnya membentuk huruf 'o'.

Lalu keheningan pun terjadi diantara mereka berdua. Fera yang sibuk dengan handphone nya, dan Fian sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Mm, Fer?" Panggil Fian, sekaligus memecahkan keheningan.

"Ya?" Jawab Fera, lalu mengalihkan pandangannya ke Fian.

Fian menggenggam gelas yang ditangannya dengan erat, yep, Fian gugup. Akhirnya Fian menghela nafas nya dan berkata, "Tipe cowok yang lo suka itu gimana, sih?"

Mendengar itu Fera langsung menatap Fian dengan bingung. "Kenapa emangnya?" Tanya Fera. "Lo suka sama gue?" Sambung Fera yang sukses buat Fian melotot.

Keringat dingin mulai mengalir di dahi Fian. Fian panik. "Enggak gitu, gue cuma... cum--"

"Iya, gue ngerti elah. Cewek pendek mana ada yang demen," ucap Fera sambil tersenyum miris.

Seketika perasaan bersalah mulai hinggap di benak Fian. Sial.

"Tipe cowok gue itu..." Fera terlihat memikirkan sesuatu. "...satu, harus tinggi. Hell, yeah, gue gak mau ya nanti kalo gue punya anak, dia dapet label cewek pendek sama kaya emaknya"

Perkataan Fera, membuat Fian memekik senang dalam hati. Yeah, satu check.

"Dua..." Fera terdiam sejenak. "...pinter? Gak harus sih. Yang penting dia harus punya sesuatu yang bisa gue banggain,"

Fian mengerutkan kening, berfikir apa sesuatu dalam dirinya yang bisa dibanggain.

Gue jago olahraga. Dua check.

"Tapi yang paling penting, dia harus..." Fera kembali menjeda kalimatnya, yang sukses bikin jantung Fian ngadain konser dadakan. "...dia harus kaya gen--"

"Kaya?!" Tanya Fian sekaligus memotong ucapan Fera. Gak tau kenapa Fian jadi kesel, karena mendengar ada kata 'kaya'.

"Hah?!" Fera hanya memandang bingung kearah Fian, yang tiba-tiba moodnya berubah.

Fian hanya bisa menghela nafas kasar. "Kaya?" Tanya Fian, sekali lagi.

Karena tak ingin melihat Fian tambah marah, Fera langsung mengangguk ragu.

Namun Fera salah, anggukan Fera bukannya membuat Fian seperti semula, Fian malah menjadi sedingin es.

***

Alexandra Ferandyl POV

Gue bener-bener gak ngerti sama Fian.

Setelah pertanyaan 'kaya' yang gue jawab dengan anggukan, Fian malah jadi sedingin es.

Dan setelah anggukan gue tadi, seketika Fian langsung diam. Dan keheningan pun merajalela.

Gue bener-bener gak ngerti. Apalagi waktu Fian yang tiba-tiba mecahin keheningan dengan bilang "Gue pulang," dan dia langsung berjalan tanpa ngelirik gue sedikit pun! Gila gak, sih?

Selepas Fian berkata itu, gue pun langsung menyusulnya untuk mengantarkan nya ke gerbang. Yeah, walaupun gue lagi dalam kondisi diem-dieman sama dia, tapi gue gak mungkinkan dengan gak sopannya, ngebiarin gue gak ada basa-basi sekedar bye atau hati-hati kan sama dia?

Pendek-pendek gini gue masih punya sopan santun, loh!

"Hati-hati!" Ucap gue--saat Fian melangkah meninggalkan rumah gue--yang gak dijawab sama sekali sama Fian. Jangan kan ngejawab, ngelirik aja enggak. Bener-bener biadab itu orang.

Gue berbalik, hendak menutup gerbang. Namun tiba-tiba mata gue dikejutkan oleh sesuatu.

Adik Vani, lagi mengintip dari jendela kamarnya. Dan melihat gue mergokin dia, dia malah melemparkan tatapan sinis ke gue. Sumpah, kenapa sih Vani sama adiknya selalu cari masalah sama gue?

Oke mungkin kalian bingung kenapa adiknya Vani bisa ada dirumah yang ada didepan rumah gue.

Yeah, sekali lagi gue jelasin. Bahwa rumah yang ada didepan gue adalah tempat tinggal Vani, mantan sahabat gue.

***

A/n:

Hwaaaa, gimana? Feelnya dapet gak? Wkwk, bentar lagi masalahnya mau dateng lagi loh. Ckck. Oke gue tau ini makin ngefreak.

Btw makasih ya buat yg nungguin cepemapuluh.

Part ini spesial buat mpok sophienbl, hai kembaran! Wkwk.


























































































Continue Reading

You'll Also Like

4M 395K 32
Series Campus 2 Bersahabat dengan mantannya mantan pacar? Why not? Berada dalam satu organisasi dengan mantan dan dia adalah ketua departemen tempa...
7.6K 910 33
Berawal saat menjadi Mak Comblang dadakan, Kiara mengenal Ansel. Namun, surat yang Kiara dapatkan dari temannya itu hilang. Ada dua tuduhan yang Anse...
303K 29.5K 50
Nyatanya ini lebih dari sekedar kutukan. Lebih dari mimpi buruk paling menyeramkan sekalipun. Mungkin kalimat itu yang bisa menggambarkan nasib Nirwa...
8.4M 615K 91
#1 NOVELINDONESIA Dear Aletha Winter, even a white rose has a black shadow. P.s : Tragic shit, roller coaster also ninjas cutting onions. This st...