Harsa Husna

By ulagstn_

90.4K 9.5K 5.6K

Bahagia seperti apa yang diinginkan semua orang? Apa bahagia mereka sama seperti definisi bahagia yang Husna... More

1. Catri
2. Puas Kamu Hah?!
3. Rencana Husna
4. Jadi Kacau
5. Kita Peduli
6. Baby
7. Teman
8. Hidup Lebih Lama
9. Kabur
10. Aku Mau
11. Cemburu
12. Bukber
13. Alasan
14. Yang Ditakutkan
15. Bandung
16. Balik Pondok
17. Ucul
18. Gara-gara Kuda
19. Teror
20. Trauma
21. Alasan Husna
22. Cinta-cintaan
24. Menyerah?
25. Terungkap
26. Setelah Semuanya
27. Cinta Monyet
28. Kabur Lagi
29. Rezeki
30. Harsa Husna
Epilog

23. Semua Dirayakan

2.3K 297 129
By ulagstn_

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
"Ucen, setelah kita lulus sekolah, kita tetap nikah kan?" tanya Husna.
"Ya iya, dikira nikah ada expirednya."
"Ga akan selingkuh?"
"Naudzubillah, enggalah. Ganteng ganteng gini aku setia ya!"
"Una cantik ga?"
"Cantik luar biasa membahana."

Husna terkekeh dan Husian tersenyum, dia senang karena Husna sudah mulai bercanda seperti biasa. Husna kembali menyuapi Husain sampai jajanan mereka habis. Saat ini mereka sedang duduk di teras depan sambil memakan jajanan yang Husain beli selepas mengaji tadi.

"Aku suka deh kalo kamu panggil diri sendiri pakai nama," ucap Husain membuat Husna menoleh. "Kaya Bunda kalo ngobrol berdua sama Ayah. Lucu aja," lanjutnya.

"Kamu kaya gitu juga dong, Na. Tapi kalo bicara sama aku aja, sama orang lain ga boleh," pinta Husain diangguki Husna tanpa berpikir.

"Serius? Coba dulu sekali," pinta Husain.
"Coba apa?"
"Bilang Una."
"Una."
"Satu kalimat, Sayang."
"Una sayang Ucen."

Husain langsung tersenyum dan menutup wajahnya dengan kedua tangan, lalu Husain tiba-tiba berdiri dan berteriak.

"Husain!" tegur Mbah Nyai dari dalam. Husain malah terkekeh dan menarik Husna berdiri lalu dengan gemas memeluknya.

"Lucu banget kamuu!!!" pekik Husain pelan sambil menggerakkan tubuh mereka selagi berpelukan.

"Ucen sesak," ucap Husna pelan membuat Husain melepaskan pelukan mereka dan meminta maaf, Husain melihat jam tangannya, dia harus kembali ke masjid.

"Una masuk ya, tidur duluan aja, ga usah tunggu aku. Aku ngaji lagi sampai jam sepuluh, paling lama jam sebelas," ucap Husain menarik Husna untuk masuk. Setelah memastikan Husna masuk ke kamar, Husain pergi ke masjid, dia harus mengejar ketertinggalannya saat mengaji karena akhir-akhir ini sering tidak fokus. Husain ditemani Andi dan Reyhan, sedangkan Chandra sudah mengantuk jadi tidak ikut.

Setengah jam mereka benar-benar membedah kitab yang tadi mereka pelajar, Husain menghela napas membuat kedua temannya menoleh.

"Kenapa?" tanya Andi.
"Kangen Husna," jawab Husain membuat Andi dan Reyhan mendengus kesal.

Husain terkekeh lalu duduk mendekati mereka berdua, melihat sekeliling dan berbisik. "Husna tau ciri-ciri pelakunya."

Andi dan Reyhan menoleh, Husain menjelaskan apa yang Husna beri tau kepadanya juga tentang obat yang Husna temukan di teras belakang. Andi dan Reyhan juga tidak bisa menebak siapa pelakunya.

"Masuk akal ga kalo Anisa pelakunya?" tanya Andi.

"Semua orang bisa masuk akal, Di. Bisa juga pelakunya laki-laki," sahut Husain.

"Psikopet sih itu orang, gila aja pakai darah hewan, dari mana juga dia dapat darahnya." Husain mengangguk setuju, ini bukan teror biasa.

"Balik yu, dah malam, merinding," ajak Reyhan.

"Jangan-jangan, kamu pelakunya," ucap Andi menunjuk Reyhan.

"Edan, gimana caranya aku kaya gitu? Dan buat apa juga."

Husain dan Andi terkekeh, mereka akhirnya pulang setengah jam kemudian.

Sampai di ndalem, Husain melihat Husna tertidur di ruang tengah dengan televisi yang menyala dan memangku Ucul. Husain duduk di sebelah Husna dan membangunkannya.

"Mas.." gumam Husna.
"Kenapa tidur di sini? Aku kan udah bilang ga usah tunggu," tanya Husain sambil mengambil Ucul.

"Aku tunggu Cia, katanya dia mau ke sini."
"Cia? Gerbang asrama aja udah ditutup, ga mungkin dia kesini. Ayo ke kamar."
"Aku mau tunggu Cia."
"Mau ngapain? Kenapa ga besok aja?"
"Emm rahasia."

Husain menaikkan sebelah alisnya lalu mengangguk, "ya udah tunggu di kamar."

Husna mengangguk dan mengikuti Husain ke kamar. Husain menidurkan Ucul di tempat tidurnya dan menyuruh Husna untuk tidur juga, wanita itu terlihat sangat mengantuk.

"Tidur aja Sayang, nanti kalo Cia ke sini aku bangunin," ucap Husain.

Husna yang sudah mengantuk langsung terlelap tidak lama setelahnya, Husain tersenyum melihatnya, dia ikut berbaring dan menarik selimut untuk mereka berdua. Husain tidak tertidur, dia hanya memandangi Husna sambil mengusap-usap rambut Husna.

"Cape-cape aku bikin kamu berisi, sekarang malah lebih kurus dari sebelumnya," gumam Husain lalu mencubit pipi Husna pelan.

Entah sudah berapa jam Husain terjaga dan memandangi Husna, wanita itu akhirnya membuka mata karena terusik dengan sentuhan Husain.

"Ucen.."
"Hm?"
"Jam berapa?"

Husain berbalik dan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas.

"Jam dua belas, Sayang. Bangun dulu sebentar, aku punya sesuatu buat kamu," ucap Husain seraya bangun dan menarik Husna untuk ikut bangun.

Husain berjalan ke meja belajarnya dan mengambilkan kotak kecil lalu memberikannya kepada Husna.

"Happy birthday, Sayang."

Husna menatap Husain bingung tapi kemudian tersenyum, "terima kasih, Mas."

"Sama-sama, dibuka dulu hadiahnya."

Husna membuka kota kadonya dan ternyata berisi phone case juga strapnya yang sempat Husna inginkan saat di Jakarta.

"Terima kasih," ucap Husna lagi. Husain mengangguk dan mengambil ponsel Husna, memasangkan case dan stapnya.

"Bagus ga?" tanya Husain.
"Bagus, lucu."
"Maaf ya cuma bisa kasih ini."

Husna cemberut, mengambil ponselnya, "ini bagus, Una suka. Jangan minta maaf." Husain terkekeh dan mengangguk.

"Una mau bunga ga?"
"Bunga apa?"
"Una maunya bunga apa?"
"Ga tau, kalo mau kasih ga usah tanya dulu, langsung kasih aja. Nanti ga so sweet."

Husain kembali terkekeh lalu menyuruh Husna untuk kembali tidur.

"Mas, Una juga punya hadiah buat kamu," ucap Husna.

"Hadiah?"

Husna mengangguk dan membuka laci nakas, memberikan sarung tangan kulit yang dia jahit sendiri. "Dua minggu lalu Una belum kasih hadiah ulang tahun, maaf ya Mas."

Husain tersenyum lalu memeluk Husna dan berterima kasih.

"Kalo aku meninggal, kamu tinggal sama Ayah Bunda ya, Na," ucap Husain tiba-tiba membuat Husna mendorongnya.

"Ucen?"

"Aku bisa mati muda kalo kamu selucu ini," ucap Husain membuat Husna cemberut dan memukulnya.

"Jangan bilang gitu."

Husain malah terkekeh dan kembali memeluk Husna lalu mengecupi wajahnya berkali-kali sampai Husna memohon untuk berhenti, barulah Husain berhenti. Husain duduk dan mencoba sarung tangannya.

"Beli di mana?" tanya Husain.
"Bikin."
"Serius? Ini mirip kaya punya aku lho, By. Bahannya bagus, beli ya?"
"Bikin, udah lama, tanya aja Bunda. Beli bahannya sama Bunda, terus jahitnya dibantuin Bi Awa."
"Keren banget, cocok sama motor kita. Kamu juga bikin, By. Jadi couple."

Husna mengangguk saja lalu merebahkan tubuhnya membiarkan Husain meracau tentang sarung tangan barunya.

"Mas, Cia ke sini ga?" tanya Husna.
"Engga, By. Emang mau apa sih?" Husna tidak menjawab, dia memilih kembali memejamkan mata karena masih mengantuk.

"By, kenapa kamu jadi sering panggil aku Mas? Katanya geli," tanya Husain.

"Soalnya Ucen suka dipanggil Mas, jadi Una panggil Mas," jawab Husna pelan tanpa membuka matanya. Husain tersenyum membiarkan Husna kembali tertidur, Husna memang sangat mudah terlelap, berbeda dengannya yang butuh waktu cukup lama sampai benar-benar terlelap.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Keesokan paginya, Husna dan Husain menunggu Cia dan Dara di teras, beberapa saat menunggu, mereka hanya melihat Dara. Husna berdiri dan mendekat.

"Cia mana?" tanya Dara.
"Cia semalam pulang, kakeknya meninggal."
"Innalillahi, jam berapa?"
"Meninggalnya sore, tapi Cia dijemput pas pulang ngaji, kamu ga lihat ya?" Husna menggeleng pelan, pantas saja semalam Cia tidak datang ke ndalem.

"Kata mamahnya cuma izin tiga hari, gapapa kok, Cia baik-baik aja," ucap Dara yang melihat kekhawatiran di wajah Husna.

Husna mengangguk, dia berpamitan kepada Husain dan pergi bersama Cia.

"Happy birthday, Na. Maaf aku belum siapin kado, tadinya mau sama Cia," ucap Dara selagi mereka berjalan bersisian. Husna tersenyum dan berterima kasih.

"Ulang tahun kamu minggu depan, mau request kado ga?" tanya Husna.

"Pengen suami, bisa ga?" tanya Dara terkekeh. Husna ikut terkekeh pelan. Ada-ada saja, pikirnya.

Husna tiba-tiba terdiam teringat Cia, "apa kita perlu buat takziah?" tanya Husna pelan.

"Kayanya ga perlu, jauh juga. Dimakamkan hari ini jam sembilan katanya," jawab Dara diangguki Husna.

Mereka sampai di kelas dan duduk bersisian karena Cia tidak ada. Hari ini semuanya berjalan lancar, Husna juga sedikit demi sedikit sudah kembali beradaptasi dengan temannya.

Pulang sekolah, Husna kembali ke ndalem sendirian. Saat istirahat tadi, Husain bilang ada yang harus dia kerjakan setelah pulang sekolah dan tidak akan ke gedung santriwati. Husna hanya mengiyakan.

"Assalamu'alaikum," salam Husna sambil membuka sepatunya, dia masuk dan kaget saat melihat Bunda sedang memegang kue sambil menyanyikan lagu ulang tahun. Husain juga ada di belakang Bunda sambil memegang bunga dan balon.

"Selamat ulang tahun, Husna." Bunda menyimpan kuenya dan memeluk Husna diikuti Khadijah yang berdiri di samping Bunda dan memeluk kaki Husna.

"Uang aun Una!" kikik Khadijah sambil tertawa.

"Mba Husna," koreksi Ayah lalu menggendong Khadijah dan memberi selamat untuk Husna.

Husna masih mencerna apa yang terjadi lalu tersadar saat Husain mencubitnya. "Napas!" ucap Husain terkekeh.

Husna langsung menangis dan memeluk Bunda membuat Bunda terkekeh.

"Kok malah Bunda sih yang dipeluk," protes Husain.

Bunda membawa Husna yang masih menangis ke ruang tengah, mengusap wajah Husna dan menyuruhnya berhenti menangis.

"Terima kasih Bunda, Ayah hiks.."

"Mas Husain," tambah Husain pelan membuat Husna terkekeh dalam tangisnya.

"Udah, kita potong kue dulu," ucap Bunda memberikan kue yang dia buat.

Masih sesegukan, Husna memotong kue menjadi bagian-bagian kecil kecil, Husna memberikan potongan pertamanya kepada Bunda, dilanjut Ayah, Khadijah dan yang lainnya.

"Terima kasih Mas Husain," bisik Husna pelan, Husain menoleh dan tersenyum.

"Habis ini kita ke kamar ya, aku mau cium kamu," balas Husain berbisik, Husna langsung memukulnya dan dibalas kekehan oleh Husain.

"Ini hadiah dari kita." Bunda memberikan kado yang dia siapakan dan menyuruh Husna untuk langsung membukanya, Husna mengangguk dan membuka kadonnya, ternyata berisi mukena dan sepasang sajadah untuk Husna dan Husain.

Setelah menyantap kue ulang tahun, mereka makan siang bersama, Bunda sudah memasak beberapa hidangan khusus untuk hari ini. Husna kembali menangis, Bunda hanya terkekeh melihatnya dan menyuruh Husna untuk berhenti menangis.

Selesai makan siang, Husna membantu membersihkan meja makan sambil mengobrol dengan Bunda, membahas kondisi Husna dan konseling Husna kemarin. Setelahnya, Husna disuruh untuk istirahat sebelum mengaji nanti sore.

"Ucen," panggil Husna saat masuk kamar, Husain sedang menulis sesuatu di meja belajar.

"Dalem, Sayang." Husain mengulurkan tangannya menarik Husna untuk duduk di pinggir kasur.

"Terima kasih, aku.."

"Aku yang harusnya berterima kasih sama kamu," potong Husain.

Husain berdiri dan memeluk Husna sebentar, menatap wajahnya lalu mengecup kening Husna beberapa detik.

"Terima kasih karena kamu udah lahir dan hadir di hidup aku, terima kasih karena kamu bertahan sampai saat ini."

Husna sudah bersiap untuk kembali menangis, Husain terkekeh dan memencet hidung Husna. "Kalo kamu nangis lagi, aku cium!"

Husna langsung menutup bibirnya membuat Husain tertawa.

"Kamu mau hadiah apa lagi dari aku?" tanya Husain.
"Mau jajan."
"Jajan apa?"
"Jajan di pasar."

Husain terdiam sebentar lalu melihat jam dinding, pukul dua siang, masih ada waktu sebelum mengaji sore hari.

"Mau sekarang?" tanya Husain.
"Mau."
"Ayo siap-siap."

Husna mengganti bajunya dengan yang lebih nyaman, pun Husain. Setelahnya mereka keluar kamar dan berpamitan kepada orang rumah.

Husain dan Husna ke pasar memakai motor, sampai di pasar, Husna langsung meminta makan mi ayam langganan mereka, Husain hanya mengiyakan, padahal mereka belum lama makan siang. Selesai dengan mi ayam, Husna mengajak untuk membeli jajanan.

"Udah?" tanya Husain setelah tangannya penuh dengan keresek. Husna mengangguk senang, mereka kembali ke parkiran, Husain menggantung belanjaannya di setang motor sebelum memakai helm.

"Eh aku lupa beli makanan si Ucul," ucap Husain. "Aku beli sendiri aja ya, kamu tunggu di sini, sebentar kok," lanjut Husain diangguki Husna.

"Jangan lama ya, Mas." Husain mengangguk dan meninggalkan Husna, menyebrang karena pet shop ada di seberang pasar.

Husna hanya berdiri di dekat motor, siang ini pasar cukup sepi, Husna memperhatikan sekeliling dan kembali melihat ke arah seberang jalan, menunggu Husain muncul dari sana.

Ting!

Ponsel Husna berdenting, Husna mengambil ponselnya, ada satu pesan dari Cia.

Cia : Pelakunya Dara, kamu harus hati-hati, Na!

Husna mengerutkan keningnya, Dara? Mana mungkin.

Husna mengangkat wajahnya dan melihat Husain sudah ada di seberang, bersiap untuk menyeberang. Husna kembali menunduk, membaca sekali lagi pesan dari Cia.

"HUSNA!!" Pekikan Husain membuat Husna mengangkat wajahnya dan berseru saat melihat mobil yang berjalan cepat ke arahnya dan ...

BRAKK!!!

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Halo, terima kasih udah baca sampe akhir. jangan lupa sholat ya.

see u 🧚‍♀️

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
27 April 2024

Continue Reading

You'll Also Like

10.5K 485 5
Muhammad Abyan Al-Akbar menikahi istrinya di saat ia berumur 19 tahun, dan sang istri yang berumur 15 tahun yakni Khanza Zahaya Humaira. Pernikahan i...
Li Madza By srelya

Teen Fiction

6.1K 284 23
"Kamu mikir nggak gimana perasaan asya ketika melihat suaminya lebih memilih menolong perempuan lain ketimbang istrinya?" tanyan nya dengan suara yan...
1.6K 148 32
Cowoknya cool abis tapi jahil, ceweknya emosian dan keras kepala kira-kira gimana yaa kalo mereka disatuin??? kisah cinta Maba tengil dan senior gala...
14.9K 1.5K 27
[𝐖𝐚𝐭𝐚𝐧𝐚𝐛𝐞 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐭𝐨, 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜] Mungkin, bagi beberapa orang, penculikan merupakan hal yang umum atau bahkan hal mengerikan bagi mereka...