Harsa Husna

By ulagstn_

86.4K 9.2K 5.6K

[Spin off Hakim, bisa dibaca terpisah] Bahagia seperti apa yang diinginkan semua orang? Apa bahagia mereka s... More

1. Catri
2. Puas Kamu Hah?!
3. Rencana Husna
4. Jadi Kacau
5. Kita Peduli
6. Baby
7. Teman
8. Hidup Lebih Lama
9. Kabur
10. Aku Mau
11. Cemburu
12. Bukber
13. Alasan
14. Yang Ditakutkan
15. Bandung
16. Balik Pondok
17. Ucul
18. Gara-gara Kuda
19. Teror
20. Trauma
22. Cinta-cintaan
23. Semua Dirayakan
24. Menyerah?
25. Terungkap
26. Setelah Semuanya
27. Cinta Monyet
28. Kabur Lagi
29. Rezeki
30. Harsa Husna
Epilog

21. Alasan Husna

2.3K 310 155
By ulagstn_

Jangan lupa dzikir.

Vote dulu baru boleh baca 😠


Ps. aku bukan dokter atau tenaga medis yang ngerti tentang psikologis, mohon maaf kalo agak ga masuk akal, kalo ada salah dikomen aja, biar aku jadi lebih baik 💗

Happy Reading 🧚‍♀️

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
"Husain!"

Husain tersenyum lalu masuk setelah mengucapkan salam, dia menyimpan tasnya, membuka sarung lalu mendekati Husna dan mengecup pipinya. Sudah satu bulan sejak sejadian itu, Husna sudah membaik walaupun belum sepenuhnya pulih. Wanita itu masih tidak mau bertemu orang banyak dan tidak mau keluar dari ndalem, padahal tahun ajaran baru sudah dimulai dan berjalan hampir tiga minggu tapi Husna menolak untuk sekolah dan mengaji.

Selama tiga minggu ini, Husna hanya akan menunggu Husain pulang sekolah dan mengaji di dalam kamar, hanya Husain teman berbicaranya.

Husain senang melihat Husna membaik, apalagi Husna yang selalu bersemangat menunggunya pulang seperti saat ini. Tapi Husain rasa dia akan lebih senang jika Husna mau keluar rumah dan mencoba kembali bersekolah. Husain harus sabar, dokter bilang tidak boleh memaksa Husna atau keadaannya akan memburuk.

"Udah sholat?" tanya Husain langsung diangguki Husna.

"Makan?" kali ini Husna menggeleng.

"Kita makan mi ayam di tempat biasa yu?" ajak Husain. Husna kembali menggeleng.

Husain mengangguk kecil, dia mengajak Husna untuk makan di dapur. Husna mengikuti Husain dari belakang. Menikmati makan siang berdua.

Selesai makan, Husain kembali mengajak Husna ke kamar. Masih ada waktu sebelum jadwal mengajinya siang ini. Husain membuka bukunya dan menarik Husna untuk duduk di sampingnya.

Karena Husain tidak ingin Husna ketinggalan pelajaran, setiap hari Husain akan menceritakan apa yang tadi dia pelajari di sekolah dan masjid, walaupun Husain tidak memiliki bakat mengajar, tapi setidaknya Husna memiliki sedikit gambaran jika nanti dia kembali sekolah dan mengaji.

"Jadi kalo aku bilang 'I don't like banana' kamu jawabnya 'me neither'  bukan 'me too' ngerti?"

Husna hanya mengangguk, entah benar-benar mengerti atau tidak.

"Husain ga ke masjid?" tanya Husna.

Husain langsung melihat jam dinding, "oh iya. Kamu ikut, yu?"

Husna lagi-lagi menggeleng membuat Husain mengembuskan napas pelan. Husain mengganti bajunya lalu pamit dan segera kembali ke masjid.

"Aku pergi ya, kamu tunggu aku di luar aja, katanya Mbah pengen nonton sinetron biar ada temannya," ajak Husain seraya mengulurkan tangannya. Husna menerima uluran tangan Husna dan berjalan bergandengan ke ruang tengah. Setelah Husna duduk dengan nyaman, barulah Husain pergi.

Sampai di masjid, Husain berkali-kali menghela napas membuat teman-temannya menoleh.

Oh iya, karena kelas dua belas sudah lulus, Hasan, Jevano dan Jaman sudah tidak di pondok dan melanjutkan pendidikan mereka di universitas impian masing-masing. Hasan kembali ke Jakarta, kuliah di universita negeri tempat Bunda dan Ayah kuliah sebelumnya. Jevano tetap di Malang dan Jaman di Yogyakarta. Jadi, Wani di pondok tersisa Husain, Chandra, Reyhan dan Andi.

"Ajak Husna liburan, Cen," usul Chandra.
"Liburan gimana? Dia diajak ke masjid aja ga mau."
"Mungkin dia ga mau kalo cuma berdua, coba ajak sama si Dara Cia."

Husain kembali menghela napas. Dia pusing sekali, banyak yang sedang dipikirkan, salah satunya adalah tabungannya yang terus menipis. Freelance yang Husain lakukan kini rasanya tidak cukup, apalagi biaya konseling Husna yang menurutnya lumayan mahal.

Bicara tentang konseling, besok adalah jadwal Husna ke dokter, selama sebulan ini, Hunsa rutin ke dokter seminggu sekali, entah sampai kapan Husna harus ke dokter, karena di sesi terakhir dokter mengatakan Husna memang membaik tapi dia masih menahan sesuatu yang membuat Husna sulit untuk melepaskan apa yang dia pikirkan. Jadi setidaknya butuh waktu tiga bulan konseling rutin jika kondisinya tetap sama.

"Tutorial kaya raya.." gumam Husain pelan.

"BU ya?" tanya Andi.
"Hm."
"Live tiktok yu, affiliate," ajak Andi.

Husian langsung menoleh, dia tertarik. "Gimana caranya?"

"Ya kita bikin vedeo aja dulu, habis itu ajukan sampel ke penjual, kalo dikirim, kita bisa langsung live tiktok, katanya sih lumayan."

"Joget joget gitu?" tanya Reyhan.

"Ya ga joget juga, apa kek," jawab Andi.

"Gaslah, pulang ngaji langsung ke ndalem," ucap Husain diangguki yang lain.

Selesai mengaji, Husain mengajak temannya untuk mencoba membuat salah satu video di halaman masjid. Tapi bukannya mengambil video, mereka malah sama-sama diam.

"Joget aja yu," ajak Husain.
"Gila, ga mau. Kamu aja sana kalo mau joget," tolak Andi.
"Terus bikin video apaan? Idenya gimana? Terus kita mau jualan apa?"

Tidak ada yang menjawab, mereka juga tidak tau harus membuat video seperti apa.

"Kalo langsung live bisa ga?" tanya Reyhan.

"Bisa, aku ada akun yang followersnya banyak," ucap Andi membuat semua melihat ke arahnya.

"Apa? Itu akun beli," jelas Andi.

"Masa? Jangan-jangan kamu suka bikin video pargoy, ya?" tanya Husain.

Andi tidak menjawab tapi memukul kepala Husain dengan peci. "Mau ga? Kalo engga aku mau balik kamar."

"Ya udah ayo cobain live dulu." Husain bangkit lalu mengajak yang lain untuk ke ndalem.

Husain masuk ke ndalem dan melihat Husna yang tersenyum denga posisi yang sama seperti sebelum dia ke masjid. Husain mendekat setelah mengucap salam.

"Di luar ada teman-teman aku, aku suruh masuk ke sini gapapa ya?" tanya Husain langsung diangguki Husna.

Husain memanggil teman-temannya, tapi saat berbalik, Husna sudah tidak ada. Husain menghela napas. Jangankan teman-teman Husain, Husna bahkan tidak mau bertemu dengan Dara atau Cia.

"Husna mana?" tanya Reyhan.

"Di kamar, bentar ya ke kamar dulu," pamit Husian.

Husain berjalan ke kamar, mengetuk pintu lalu masuk dan duduk di kursi menghadap Husna yang duduk di pinggir ranjang.

"Aku mau tanya, tapi jawab serius ya?" ucap Husain, Husna hanya diam tidak merespon.

"Yang buat kamu takut ketemu sama orang itu apa, hm?" tanya Husain.

Husna menggigit bibirnya pelan, sedangkan Husain terdiam, dengan sabar menunggu Husna untuk menjawab.

"Coba kasih tau, biar aku bisa bantu kamu. Apa yang kamu takutin?" tanya Husain lagi,

"Ucen.."

Husain mengangguk pelan, menunggu Husna berbicara.

"Aku.." Husna tidak menyelesaikan ucapannya, dia malah memeluk Husain. Husain kembali menghela napas dan mengusap kepala Husna.

"Ya udah, aku mau keluar dulu sebentar. Yang lain pada tunggu, kita lagi mau coba buat join affiliate biar dapat uang tambahan," ucap Husain lalu melepaskan pelukan Husna. "Una di sini aja ya, aku cuma di ruang tamu kok."

Husna mengangguk membiarkan Husian keluar.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Malam harinya, selepas mengaji, Husain langsung pulang sambil membawa es krim yang dia beli di warung, dia melihat Husna duduk di ruang keluarga besama Mbah dan Mba ndalem. Husna langsung tersenyum saat melihat Husain.

"Udah makan malam?" tanya Husain dijawab gelengan.

"Ayo makan dulu, aku juga punya ini buat kamu." Husain memberikan es krimnya kepada Husna membuat Husna tersenyum semakin lebar. Mereka berjalan ke ruang makan, Husain mengambil makan untuk mereka berdua tapi Husna suda asik dengan es krimnya.

"Ucen."
"Hm?"
"Aku mau ketemu Ibu lagi."

Husain tidak langsung menjawab, dia mengambil es krim di tangan Husna dan menyimpannya di gelas lalu menyuapi Husna dengan nasi dan lauk.

Beberapa minggu lalu, mereka sudah mengunjungi Ibu, tapi tidak ada yang berubah. Ibu bahkan tidak mengajak mereka mengobrol. Husain dan Husna dibiarkan di ruang tamu dari sore hingga malam sampai akhirnya Husna mengajak pulang.

"Iya, besok ya pulang dari dokter," jawab Husain.

Husna menggeleng dengan mulut yang penuh, "aku ga mau ke dokter lagi."

"Harus, Sayang."
"Ga mau, Ucen."
"Kalo ga mau, kamu harus mulai berubah dan mau buat sekolah lagi, Na. Kamu sekolah sama ngaji baru kita berhenti ke dokter."

Husna berkaca-kaca. "Aku ga gila!"

"Ga ada yang bilang kamu gila, Sayang. Kamu baik-baik aja, tapi kalo terus kaya gini, kamu tetap harus ketemu dokter."

Husna menangis tanpa suara dengan mulut yang masih mengunyah makanan. Husain sekali lagi menghela napas kasar lalu menyusut wajah Husna yang basah.

"Aku sayang sama kamu, Na. Kita semua mau yang terbaik buat kamu. Kamu juga harus lakuin yang terbaik buat diri sendiri. Kamu harus pulih. Aku tau ini ga mudah, tapi kalo kamu terus tolak buat ketemu orang lain, itu artinya kamu yang ga mau sembuh." Husain memberi Husna minum lalu kembali memberikan es krimnya agar Husna berhenti menangis.

"Aku juga ga akan langsung suruh kamu ketemu banyak orang atau sekolah, tapi minimal kamu mau coba buat ketemu teman kita. Dicoba dulu pelan-pelan, kamu bisa ketemu Dara sama Cia, terus nanti ketemu teman-teman aku. Mau ya?" Husain berharap Husna akan mengangguk dan menjawab iya.

Husna malah tidak menjawab dan terus menangis sambil memegang es krim yang sedikit mencair. Husain mengambil es krimnya dan kembali memasukkannya ke dalam gelas.

"Kita makan dulu aja, berhenti dulu nangis ya," pinta Husain lalu mencoba menyuapi Husna lagi. Husna membuka mulut membuat Husainmengulum senyum, ternyata Husna lapar juga, pikirnya.

Selesai makan, Husain membawa Husna ke kamar mandi, membantunya membersihkan tangan, kaki dan wajah sebelum tidur, setelahnya barulah mereka ke kamar.  Sebelum tidur, Husain akan kembali menceritakan apa yang dia pelajari di masjid. Mereka akan duduk bersebelahan di kursi belajar atau di atas kasur.

"Kamu udah harus mulai belajar kitab ini," ucap Husain mengakhiri ceritanya lalu membereskan kitab dan alat tulisnya. Husain menarik Husna ke kasur dan menyuruhnya untuk segera tidur.

"Husain," panggil Husna pelan. Husain yang sedang mengganti baju hanya balas bergumam.

"Aku mau kok sekolah," ucap Husna pelan membuat Husain menoleh dan tersenyum.

"Serius?"

"Iya, tapi .."

Husain mendekat dan duduk di sebelah Husna, "kenapa?"

"Gimana kalo mereka ketawain aku," cicit Husna.

"Siapa?"
"Semua orang hiks.. takut Ucen."

Husain langsung memeluk Husna, sekarang dia mengerti kenapa Husna tidak mau bertemu banyak orang.

"Ga akan ada yang ketawain kamu. Kalo ada, nanti aku tonjok dia," ucap Husain mencoba bergurau.

"Uceen!!"

Husian melepaskan pelukan mereka dan menyusut wajah Husna. "Ya udah ga usah sekolah dulu gapapa, tapi kamu harus mau buat ketemu orang lain, By."

"Tapi aku ga mau ke dokter."
"Kenapa?"

Husna hanya menggeleng pelan.

"Mau cari dokter lain?" tanya Husain.
"Ga mau. Ga mau kemana mana!"
"Husna."
"Aku udah sembuh, ga perlu ke dokter!"

Husain menggaruk kepalanya pelan, menarik Husna ke pelukannya. Dia lelah sekali hari ini, tidak ingin semakin lelah karena berdebat dengan Husna.

"Ya udah, kita tidur, udah malam," ucap Husain sambil menyelimuti mereka.

"Aku ga mau ke dokter, Ucen. Hiks.."

Husain melonggarkan pelukannya, menunduk menatap Husna.

"Kenapa Sayang? Ada yang buat kamu takut di dokter?" tanya Husain lembut, Husna menjawab dengan gelengan.

"Terus kenapa, hm?"

"Dokternya mahal, obatnya mahal hiks.. uang Ucen habis sama aku hiks."

"Ya Allah, By. Kamu ga perlu pikirin itu. Uang aku masih banyak, kita juga bisa minta sama Ayah kalo kurang."

"Ga mau hiks.. jangan." Husna merapatkan tubuh mereka dan memeluk Husain sambil menangis. "Aku mau sekolah, tapi ga mau ke dokter lagi hiks.." Gumamnya.

Husain membiarkan Husna menangis sebentar, setelah sedikit tenang, Husain kembali melepaskan pelukan mereka dan mengusap wajah Husna.

"Besok kita ke dokter-"
"Ga mau!"
"Dengar dulu, Sayangku. Kamu masih perlu dokter. Besok kita tetap ke dokter, kalo kata dokter kamu udah lebih baik, aku janji itu jadi yang terakhir."

Husna mengangguk setuju, dia mengusap wajahnya lalu kembali memeluk Husain.

"Sekarang kamu peluk peluk terus deh, By. Kelihatan banget suka dipeluk aku." ucap Husain diangguki Husna. Husain terkekeh, dia kira Husna akan menyangkal.

"Jangan-jangan kamu udah cinta sama aku," tebak Husian.

Husna diam sebentar lalu mengangguk pelan. "Iya."

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Halo, terima kasih udah baca sampe akhir. Udah sholat kan? Kalo belum disegerakan ya!

sebenarnya ini udah mau aku post dari tadi, cuma bingung kasih judul partnya 🥲

See u 🧚‍♀️

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
20 April 2024

Continue Reading

You'll Also Like

64K 4.9K 9
"Jeno sayang banget deh sama Bunda dan Papa!" [ Daily Life ] bxb Dom! Jaehyun Sub! Mark start : 30/11/20
2.8M 217K 49
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
134K 7.2K 27
[sebelum baca jangan lupa follow dulu] Aisyah Soraya gadis minim ilmu agama yang menginginkan gelar hafizah Qur'an. Ia dijodohkan dengan Gus dari pon...
235K 13.2K 32
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...