Harsa Husna

By ulagstn_

86.2K 9.2K 5.6K

[Spin off Hakim, bisa dibaca terpisah] Bahagia seperti apa yang diinginkan semua orang? Apa bahagia mereka s... More

1. Catri
2. Puas Kamu Hah?!
3. Rencana Husna
4. Jadi Kacau
5. Kita Peduli
6. Baby
7. Teman
8. Hidup Lebih Lama
9. Kabur
10. Aku Mau
11. Cemburu
12. Bukber
13. Alasan
14. Yang Ditakutkan
15. Bandung
16. Balik Pondok
18. Gara-gara Kuda
19. Teror
20. Trauma
21. Alasan Husna
22. Cinta-cintaan
23. Semua Dirayakan
24. Menyerah?
25. Terungkap
26. Setelah Semuanya
27. Cinta Monyet
28. Kabur Lagi
29. Rezeki
30. Harsa Husna
Epilog

17. Ucul

2.7K 326 214
By ulagstn_

Udah dzikir?

Jangan lupa voment 😪❤️‍🔥

Happy Reading.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

Saat ini di pondok sedang dalam masa ujian kenaikan kelas dan sudah hampir seminggu Husna tidak mengobrol dengan Husain, mereka hanya bertemu pagi hari saat Husain memberi Husna susu, hanya itu. Jadi hari ini Husna memutuskan untuk ke ndalem, dia ingin mengobrol dengan Husain dan ada yang ingin Husna sampaikan.

Sampai di ndalem, Husna menyalami Nyai dan membantunya sebentar di dapur lalu setelahnya Husna disuruh untuk menunggu Husain di kamarnya. Husna langsung mengiyakan, dia ke kamar Husain dan merebahkan tubuhnya di kasur sambil memainkan ponselnya yang selalu ada di atas nakas.

Tidak lama menunggu, suara Husain terdengar dari luar, Husna langsung duduk dan menunggu Husain masuk.

Husain membuka pintu tapi tiga detik kemudian kembali menutupnya membuat Husna bingung. Tidak lama ponsel Husna berdering dan memunculkan nama Husain membuat Husna semakin bingung.

"Halo?"
"By, kamu di mana?"
"Aku di-"
"By, tolong ke ndalem dong, masa ada malaikat cantik di kamar aku, aku takut diculik."

Husna tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Masuk cepat!"

Langsung terdengar kekehan di luar disusul pintu yang terbuka.

Husain mendekat dan langsung mengecup pipi Husna. "Kok udah di sini? Ga makan siang?"

"Pengen makan di sini, boleh ga?"
"Boleh dong, ayo keluar."
"Sebentar, ada yang pengen aku kasih tau."
"Apa?"

Husain sambil membuka baju dan mengganti seragamnya.

"Ucen, uang yang Bunda kasih hilang."
"Kok bisa?"
"Ga tau, aku simpan uangnya di tas, aku emang pisah uangnya di beberapa tempat, awalnya cuma hilang seratus ribu tapi besoknya hilang lagi dua ratus ribu."
"Lupa simpan mungkin."
"Engga kok."
"Ya udah simpan di sini uangnya, nanti kita bikin tabungan aja buat kamu, lebih aman."

Husna mengangguk, dia juga sudah berpikir seperti itu.

Husain mengulurkan tangannya. "Ayo makan siang."

Husna berdiri dan menerima uluran tangan Husain, sebelum keluar, Husna berdiri di depan cermin membuat Husain bingung.

"Ucen, aku gemukan ya?" tanya Husna sambil memegang perutnya.

"Engga."

"Bohong?"

Husain terkekeh lalu ikut memegang perut Husna. "Mungkin ini isinya bayi, halo Dedek, ini Ayah."

Husna langsung memukul tangan Husain dan membuatnya tertawa.

"Bukan gemukan sih, tapi sekarang kamu lebih propisional, beberapa bulan lalu kamu kurus, sekarang udah pas. Makin cantik jadinya, lihat pipi kamu jadi bulat, enak dicubit apalagi dicium." Husain mencubit gemas pipi Husna.

Husna memanyunkan bibirnya lalu melepaskan tangan Husain dan berjalan keluar. Mereka makan siang berdua sambil mengobrol.

"Hari ini cuma roan kan ya? Kamu di sini aja ya, aku pengen ajak kamu ke pasar," ucap Husain.

"Ngapain?"

Husain tidak menjawab dan menyuruh Husna untuk segera menghabiskan makannya dan kembali ke asrama untuk mengganti baju. Selesai makan, Husna kembali ke asrama dan bertemu kedua temannya di depan ndalem.

"Temu kangen sama suami?" tanya Dara terkekeh.
"Apa sih."

Dara dan Cia tertawa pelan, mereka berjalan bersisian. Husna berjalan di sisi Dara dan mengapit lengannya.

"Kalian ada kehilangan barang atau uang ga sih akhir-akhir ini?" tanya Husna.

"Engga, kenapa? Kamu hilang sesuatu?" tanya Dara.

"Iya, uang aku hilang sampai tiga ratus, ga hilang lansung sih, berturut-turut gitu."

"Mungkin tuyul, kan lagi rame banget tuh santri pada lihat penampakan," sahut Cia.

Husna dan Dara menoleh lalu menggelengkan kepala tidak setuju.

"Hati-hati aja, simpan di tempat yang orang ga tau," ucap Dara.

Husna mengangguk, mereka segera ke kamar dan berganti baju sebelum mengerjakan tugas roan.

Pukul satu siang, para santri mendapat tugas masing-masing, dan seperti yang Husain bilang, Husna ditempatkan di ndalem. Husna langsung ke ndalem dan menemui Husain yang sudah siap untuk pergi.

"Ucen, aku mau mi ayam yang waktu itu," pinta Husna diangguki Husain yang sedang memakaikan helm untuk Husna.

"Aku ga tunggu di belokan?" tanya Husna.
"Ga usah, kita pergi bareng aja, lagian helm kita full face."
"Tapi tetap aja nanti ada yang lihat."

Husain menarik Husna pelan untuk segera naik ke motor dan pergi. Husna sebenarnya suka saat Husain mengajaknya jalan-jalan seperti sekarang, walaupun hanya ke pasar dan Husna ketagihan naik motor, dia suka motor Husain.

Sampai di pasar, Husain mengajak Husna ke toko perhiasan.

"Ngapain?" tanya Husna.
"Aku belum ganti cincin kamu."
"Ga usah, Ucen."
"Harus, ayo pilih."

Husna tetap diam. akhirnya Husain menunjuk slah satu cincin sederhana dan meminta pelayan untuk mengambilnya.

"Suka ga yang ini? Ini bagus, sederhana cuma satu mata."
"Ga usah."

Husain mengembuskan napas pelan dan mencoba cincin itu di jari Husna dan ternyata cocok. Tanpa lama Husain langsung membayar cincin itu.

"Terima kasih," bisik Husna.
"Apa?"
"Terima kasih."
"Apa?"
"Terima kasih budeg!"

Husain tertawa lalu menggandeng Husna kembali ke parkiran dan mengajak Husna untuk makan mi ayam. Padahal mereka belum lama makan siang, tapi Husain tetap menuruti permintaan Husna, mungkin ini alasan berat badan Husna bertambah semenjak dekat dengan Husain.

Sejak Husna intens dekat dengan Husain, Husna batu tau jika Husain itu sangat asik, bisa diajak mengobrol apa pun, bahkan hal yang Husain tidak mengerti seperti K-pop tapi Husain tetap menanggapi Husna dengan semangat.

Selesai makan mi ayam, mereka langsung pulang karena hari sudah gelap. Tapi saat di parkiran, Husna melihat kucing kecil di dekat motor Husain, Husna berjongkok dan melihat kuncing itu.

Kucing itu terus mengeong saat Husna mengusapnya.

"Ucenn, mengnya kasihan," ucap Husna menengadah menatap Husain.

"Jangan diusap gitu, kotor, By."
"Kasihan, Ucen. Kita bawa pulang ya?"
"Ga boleh, itu kotor, By."
"Ucennn, aku pengen rawat."

Husain tetap menggeleng.

"Aaaa Ucen please." Husna membulatkan matanya dan memanyunkan bibirnya. Husain tetap menggeleng sambil mengulum senyum.

"Mas Ucenn, boleh ya Una pelihara mengnya? Ya? Ya?" Husna menggoyang pelan tangan Husain membuat Husain membuang muka karena tidak tahan untuk tersenyum.

"Nanti kita adopsi aja yang sehat."

"Mau ini ihh, Mas Ucennn baikkk, boleh ya?"

Husain menghela napas membuat Husna bersorak dan langsung menggendong kucingnya.

"Aku belum bilang boleh, Una."
"Itu barusan."
"Aku ga bilang apa-apa."

Husna langsung cemberut dan berkaca-kaca, dia memeluk kucingnya dengan erat.

"Mau disimpan di mana? Di ndalem ga boleh ada hewan, susah bersihin najisnya kalo kemana-mana."
"Di teras belakang aja, nanti aku bikin rumahnya. Boleh ya, Mas?"

Husain kembali menghela napas. "Aku ga suka kucing."

"Ucen ga sayang Una?"
"Bukan gitu, Una."

Mata Husna memerah.

"Ya udah iya boleh," ucap Husain membuat Husna langsung terkekeh senang. Husain menggeleng pelan, kenapa eskpresinya bisa berubah sangat cepat?

Husain memutuskan membawa kucing itu ke petshop terlebih dahulu untuk dimandikan dan membeli kandang kecil juga makanannya.

"Nama kucingnya siapa?" tanya petugas grooming.
"Ucul," jawab Husna.

"Ucul?" tanya Husain.
"Iya Ucul. Lucu kan? Una, Ucen, Ucul." Husna menujuk dirinya, Husain dan kucing yang sedang dimandikan.

Husain tertawa pelan lalu mencubit pipi Husna.

Setelah selesai, mereka langsung pulang dengan Ucul yang sudah bersih dan dikandangi. Hanya kandang kecil yang cukup untuk tempat tidurnya. Sepanjang jalan, Husna tidak berhenti mengoceh tentang kucing baru miliknya.

Sampai di pondok, terlihat banyak orang di depan ndalem. Husain memutar arah motornya langsung ke teras belakang, menurunkan Husna dan menyuruhnya untuk masuk setelah menyimpan Ucul di teras belakang.

Husain berjalan ke teras depan, ada teman-temannya juga di sana.

"Ada apa?" tanya Husain.
"Keracunan. Beberapa santri dibawa ke puskesmas barusan, termasuk Andi." jawab Hasan.
"Andi? Kok bisa?"

"Masih dicari tau, katanya sih karena makanan dari kantin," sahut Devano.

Husain mengangguk, memperhatikan beberapa Ustadz yang sedang berbicara dengan Kiai.

"Udah bubar bubar. Lanjut roannya sampai asar, setelah asar kalian boleh istirahat. Jangan ada yang ke kantin dulu," ucap Kiai diangguki semuanya.

Mereka pergi tapi Husain menahan temannya dan mengajaknya ke teras belakang.

"Si Andi ga kenapa-napa kan?" tanya Husain.
"Belum tau, tapi kayanya gapapa, cuma muntah doang," jawab Reyhan.

"Kok bisa sih sampai keracunan kaya gitu? Padahal dapur pondok kan ketat banget," ujar Husain.

Mereka tidak menjawab karena tidak mengerti juga, ini pertama kalinya terjadi.

"Eh iya, mau minta tolong dong," ucap Husain.

"Apa?" tanya Hasan.

"Bantuin bikin kandang kucing."

"Hah? Siapa yang punya kucing?" tanya Jaman.

"Husna, dia pengen pelihara kucing. Tapi kan ga boleh dibawa ke asrama jadi di teras belakang aja dibikin kandangnya."
"Kasian kalo di luar," sahut Hasan.
"Terus gimana? Ga bisa dibawa masuk juga. Udah gapapa, kita bikin senyaman mungkin aja."

"Kita? Lo aja gue engga," sahut Chandra.
"Ya elah bantuin dong."

Mereka masih menolak untuk membantu Husain sampai akhrinya Husna membawa Ucul keluar.

"Anjir lucu banget."
"Ini kucing kampung? Kok bagus."
"Siapa namanya?"
"Ini adopsi kan? Mana mungkin nemu di pasar."

Husain terkekeh, menjawab satu per satu pertanyaan temannya dan akhirnya berhasil membujuk mereka untuk membuat kandang Ucul. Husna kembali ke dalam dan membuat minuman untuk mereka semua, sedangkan Ucul digendong Jaman sambil di timang layaknya bayi.

"Agak gila kayanya si Jaman. Itu kucing bukan bayi!" ucap  Reyhan.
"Ga sopan anda ya panggil saya Jaman Jaman! Panggil saya Mas!"
"Najong."

"Eh tapi si Andi beneran gapapa kan ya? Perlu kita tengok ga sih?" tanya Husain.
"Mereka lagi perjalanan pulang ke pondok," sahut Hasan.
"Kok bisa sih Mas? Kalo makanan dari kantin harusnya banyak yang keracunan, secara hampir semua santri makan di kantin."

Husna menyajikan minuman yang dia buat lalu duduk di samping Husain. "Ada apa?" tanyanya berbisik.

"Ada keracunan, termasuk si Andi."
"Innalilahi, keracunan dari apa?"
"Katanya sih makanan di kantin, tapi belum tau, untung tadi siang kamu ke ndalem, By."

"Kerjalah, ini punya kucing kamu, malah santai santai," tegur Jaman.
"Iri Bang?" sahut Husain.

Husain mengambil Ucul di pangkuan Jaman lalu menggendongnya dan merangkul Husna. "Keluarga bahagia nih bos, senggol dong!"

Yang lain melihat jengan ke arah Husain, sedangkan Husna malah tertawa.

"Aku getok ya kalian berdua, kerja ga?!" Ucap Jaman lagi.
"Iya iya, jomblo sensi amat sih."

Dengan kayu seadanya, mereka berhasil membuat kandang Ucul yang nyaman dan hangat, Husain juga memasang lampu dan alas selimut di dalamnya. Sebelum bubar, Husain berterima kasih kepada temannya dan menjanjikan untuk mentraktir makan.

"Bobo di sini ya, By?" pinta Husain sebelum Husna kembali ke asrama.
"Ga bisa, kan ada absen malam, terus kalo teman aku lihat aku ga ada di kamar kan bahaya."
"Kangen, bobo sini ya? Kan aku udah turutin buat rawat si Ucul."
"Oh kamu pamrih?"
"Ihh bukan gitu Ayaang. Mau bobo peluk, udah lama ga bobo peluk."
"Ga bisa Ucen, nanti aku dimarahin."
"Kamu mau ga?"
"Nanti dimarahin."
"Mau atau engga? Kalo mau aku ada cara."

Husna diam sebentar lalu mengangguk pelan membuat Husain tersenyum. "Nanti aku jemput setelah absen."

Husna kembali mengangguk sambil mengulum senyum, Husain terkekeh dan mencubit pipi Husna.

Hasan yang masih ada di teras belakang menatap jijik mendengar keduanya, dia kira hanya adiknya yang aneh, ternyata Husna sama saja.

Malam harinya, Husna berhasil keluar dan Husain menjemputnya di depan gerbang asrama. Husna sedikit berlari menghampiri Husain. Mereka bergandengan berjalan cepat menuju ndalem.

Husna tertawa terengah saat sudah sampai di kamar. Husna langsung tidur dan merapatkan selimut.

"Aku suka selimut kamu, hangat," ucap Husna menghadap Husain.
"Nanti bawa satu ke asrama."

Husna menangguk senang. Beberapa saat saling berhadapan, Husna mengembuskan napas pelan.

"Husain."
"Dalem Sayang."

"Husain, gimana kalo sebenarnya aku itu vampir?"
"Bagus dong, kamu bisa awet muda."
"Tapi kamu masih sayang ga sama aku kalo aku vampir?"
"Sayang dong, makin sayang karena istri aku muda terus."
"Tapi aku ga suka darah, ada ga sih vampir yang minum susu stroberi?"
"Ada, kan kamu."
"Oh iya hahaha."

Husain ikut tertawa pelan, tangannya terulur membuka hijab Husna. "Mau kamu jadi ulat bulu sekalipun, aku tetap sayang sama kamu."

Husna kembali tertawa. "Nanti badan kamu gatal kalo aku jadi ulat bulu, ga bisa peluk."

"Iya juga, ya udah kamu jadi manusia aja biar aku bisa peluk kaya gini." Husain menarik Husna lalu memeluknya dengan gemas dan menggerakkan badan mereka ke kanan dan ke kiri membuat Husna terkekeh.

"Ayo bobo, besok masih ada ujian terakhir," ajak Husain diangguki Husna.

Husain mulai membaca doa dan membaca hafalan surah Al-Mulk. Ini salah satu yang membuat Husna menyukai Husain, selama mereka tidur bersama, Husain selalu membacakannya surah AL-Mulk dan sepuluh ayat pertama surah Al-Kahfi. Katanya ini kebiasaan Ayah dan Bunda yang Husain contoh.

Di tengah tidur nyenyak keduanya, alarm Husain berbunyi, Husain meraih ponselnya dan melihat jam yang menunjukan pukul dua.

"By, bangun, kamu harus balik ke asrama." Husain mengusap kepala Husna.

"Sayang, bangun nanti keburu santri lain pada bangun."
"Ngantuk, Mas," gumam Husna.

Husain terkekeh, dia suka sekali saat Husna memanggilnya Mas.

"Ayo bangun dulu, lanjut tidur di asrama."
"Ngantuk, Mas, di sini aja."
"Nanti teman kamu nyariin."
"Ihhh."

Husna akhirnya bangun dengan mata yang masih terpejam, Husain memasangkan hijab Husna dan membawanya keluar. Husain mengantar Husna sampai gerbang asrama.

"Dingin, Ucen."
"Sana masuk, lanjut tidur aja kalo ga mau sholat malam."

Husna mengangguk pelan lalu berjalan masuk tanpa mengatakan apa pun.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Halo, terima kasih udah baca sampe akhir. Jangan lupa sholat ya.

See u 🧚‍♀️

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
6 April 2024

Continue Reading

You'll Also Like

221K 13.3K 46
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
8K 747 9
Seorang santri yang mengabdikan dirinya untuk sang guru.Sikap ramah dan sikap lemah lembutnya membuatnya mampu meluluhkan hati cucu sang kyai yang te...
362K 15.9K 70
Azizan dingin dan Alzena cuek. Azizan pintar dan Alzena lemot. Azizan ganteng dan Alzena cantik. Azizan lahir dari keluarga berada dan Alzena dari ke...
134K 5.7K 47
⚠️ LENGKAP⚠️ "maaf jika mas belum bisa memuliakan Humaira seperti Rasullullah memuliakan istrinya. Mas harap Humaira tidak akan meninggalkan mas sebe...