Harsa Husna

By ulagstn_

84.6K 9K 5.6K

[Spin off Hakim, bisa dibaca terpisah] Bahagia seperti apa yang diinginkan semua orang? Apa bahagia mereka s... More

1. Catri
2. Puas Kamu Hah?!
3. Rencana Husna
4. Jadi Kacau
5. Kita Peduli
6. Baby
7. Teman
8. Hidup Lebih Lama
9. Kabur
10. Aku Mau
11. Cemburu
12. Bukber
13. Alasan
15. Bandung
16. Balik Pondok
17. Ucul
18. Gara-gara Kuda
19. Teror
20. Trauma
21. Alasan Husna
22. Cinta-cintaan
23. Semua Dirayakan
24. Menyerah?
25. Terungkap
26. Setelah Semuanya
27. Cinta Monyet
28. Kabur Lagi
29. Rezeki
30. Harsa Husna
Epilog

14. Yang Ditakutkan

3.1K 319 165
By ulagstn_

Udah dzikir?

Ingat ini cuma fiksi, kalo ada baiknya boleh diambil, kalo ada jeleknya jangan dicontoh, oke?

Happy Reading 🧚‍♀️

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Satu Syawal akhirnya tiba, Husain dan keluarga merayakannya di rumah Eyang. Ini bukan pertama kalinya Husna bertemu dengan Eyang dan keluarga yang lainnya, pasalnya mereka juga sering ke Malang, jadi Husna sedikit tau tentang keluarga Husain terutama keluarga dari Eyang Aisyah.

Syawal kali ini sangat berbeda untuk Husna, malam sebelumnya mereka menginap dan hari ini sejak pagi sampai sore hari, ada saja tamu yang berkunjung, belum lagi tahun ini adalah giliran keluarga Eyang Herman yang mengadakan jamuan untuk keluarga dari pihak beliau, Husna baru tau jika keluarga dari Eyang Herman sangat banyak, berbeda dengan keluarga Eyang Aisyah.

Malam harinya, setelah rumah cukup sepi, Husna dipersilakan untuk istirahat jika lelah dan Husna langsung mengiyakan, dia sangat lelah walaupun hanya bersalaman dan membantu di dapur menyiapkan makanan.

Sampai di kamar, Husna langsung membersihkan tubuhnya dan naik ke kasur. Husain yang baru menyusul langsung duduk di sebelah Husna.

"Cape ya?" tanya Husain sambil memijat kaki Husna.

Husna tidak menjawab tapi mengulurkan tangannya. "Pijat tangan aja, pegal banget."

"Ngelunjak," ucap Husain sambil terkekeh tapi tetap menurut.

"Udah coba telepon Ibu lagi?" tanya Husain dibalas gelengan oleh Husna. Sejak tadi pagi Husna dan Husain mencoba menelepon Ibu, tapi tidak diangkat satupun. Husna juga menelepon Bukdenya, bertanya kabar dan meminta maaf, Husna juga menanyakan keadaan Ibunya, Bukde bilang mereka baik-baik saja dan terlihat sudah pergi sejak pagi dan belum kembali.

"Nanti kita pulang ke Malang lebih cepat aja ya, kita coba ke rumah Ibu sama Bukde," ucap Husain lagi. Husna hanya diam.

"Biasanya kalo lebaran kaya gini, kamu suka kemana?" tanya Husain mencoba mencairkan suasana.
"Ga kemana-mana, selesai sholat biasanya aku langsung ke rumah Bukde, di rumah Bukde cuma diam atau tidur."
"Ibu?"
"Ibu ga pernah mau rayain, aku ajak sholat juga ga mau, beberapa tahun ini aku selalu sholat sama Tita."
"Tita adik kamu itu ya?"
"Hm."

Husain bangun dan berpindah ke sisi lain untuk memijat tangan dan kaki Husna yang satunya.

"Kata Bunda, mereka ke Bandung besok, tapi motor aku masih di bengkel, jadi kita nyusul lusa, tapi kalo kamu mau, kamu bisa ikut naik kereta besok."
"Engga ah, aku sama kamu aja."
"Ga mau ditinggalin nie," ledek Husain yang langsung dibalas pukulan oleh Husna.

Husain tertawa, senang sekali dia bisa mengejek Husna seperti ini. Husain membaringkan tubuhnya di samping Husna dan menghadap Husna.

"Apa?" tanya Husna saat Husain tidak mengatakan apa pun. Husain hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Jangan gitu lihatnya, aku colok ya mata kamu." Husain kembali tertawa dan mendekatkan tubuh mereka lalu memeluk Husna.

"Kalo kamu udah cinta sama aku, kasih tau ya, By."
"Dih, siapa juga yang mau cinta sama kamu."

Husain langsung melepaskan pelukan mereka dan menatap Husna sedih. "Kamu ga mau cinta sama aku?"

"Maksudnya e.."
"Ya udah gapapa."

Husain sedikit menjauhkan tubuhnya dan tidur terlentang.

"Tidur, Na. Kamu pasti cape dari pagi bantuin di dapur," ucap Husain sambil tersenyum dan kembali menghadap Husna.

Husain langsung memejamkan matanya setelah membaca doa. Sedangkan Husna masih diam memperhatikan Husain. Bukannya Husna tidak mau mengatakan jika dia sudah mulai mencintai Husain tapi dia malu.

"Ucen," paggil Husna pelan.
"Hm," jawab Husain tanpa membuka mata.

Husna hanya diam, tidak tau harus membahas apa, padahal sebenarnya dia masih ingin mengobrol sebelum tidur, rasanya itu sudah menjadi kebiasaanya selama dua minggu tidur bersama Husain.

"Tidur Sayang," ucap Husain lagi dan menarik Husna sedikit lebih dekat.

Husna akhirnya memilih untuk memejamkan matanya dan terlelap tidak lama setelahnya. Husain membuka mata setelah yakin Husna terlelap, memajukan waja nya dan mengecup kening Husna juga membisikkan cinta.

Keesokan paginya, Ayah, Bunda, Hasan dan Khadijah langsung ke stasiun, sedangkan Husain dan Husna pulang ke rumah Ayah menggunakan taksi. Sepanjang jalan, Husain dan Husna hanya diam, tidak tau juga harus membicarakan apa.

Sampai di rumah, Husain langsung ke ruang keluarga dan duduk di sana memainkan ponselnya. Husna mengikuti dan duduk di sebelah Husain tanpa melakukan apa pun.

"Ucen aku minta maaf, semalam aku-"
"Gapapa, By. Kamu mau main game ga?" tanya Husain mengalihkan topik.

Husna menggeleng, dia paham Husain tidak ingin membahasnya. Husain menarik tangan Husna dan menggenggamnya selagi dia bermain game.

"Nih lihat ini mainnya kaya gini, setiap hero biasanya punya tiga skill ada yang empat juga, beda-beda semua, nah kalo yang aku pake tipenya assasin, dia harus main cepat," Husain menjelaskan apa yang sedang dia mainkan. Husna hanya memperhatikan.

"Download di ponsel kamu, By. Kita main bareng," ucap Husain lagi. Husna menurut dan mendownload game yang sama.

Pagi sampai siang, Husain mengajarkan game itu kepada Husna.

"Ulti sayang," ucap Husain.
"Ulti itu apa?"
"Skill tiga, ayo ulti ke aku."

Husna mengikuti arahan Husain tapi tetap salah. Husain tertawa. "Ke aku By, Ya Allah, lemot banget sih."

Husna langsung cemberut dan memberikan ponselnya kepada Husain. "Main aja sendiri sana."

Husain masih tertawa, tidak mencoba membujuk Husna dan membiarkan Husna pergi. Saat adzan dzuhur berkumandang, Husain berteriak memanggil Husna dan izin untuk sholat di masjid, Husna hanya mengangguk, dia juga akan sholat di kamar.

Selesai sholat, Husain membeli makan siang mereka dan beberapa jajanan. Husain segera pulang dan mencari Husna ke kamar, ternyata Husna sedang di kamar mandi.

Husain duduk di kasurnya dan mengambil ponsel Husna, berniat untuk memainkan game di ponsel Husna, tapi Husain tiba-tiba tertarik membuka galeri. Dia terkejut saat melihat banyak sekali fotonya di sana, lebih banyak dibanding foto Husna sendiri.

"Lagi ngapain?" tanya Husna lalu tersadar sesuatu dan dengan cepat berusaha mengambil ponselnya. Namun Husain dengan cepat mengankat tangannya menjauhkan dari Husna.

"Cie yang katanya ga suka sama aku, tapi diam-diam koleksi foto aku," ledek Husain.

Husan terus berusaha untuk mengambil ponselnya dan mendorong Husain sampai akhirnya dia berhasil mengambilnya, tapi tanpa sadar, Husna sudah menindih Husain. Setelah melepaskan ponselnya, Husain malah melingkarkan tangannya di tubuh Husna, menatapnya dari bawah.

Husna berusaha bangkit, tapi pelukan Husain mengerat.

"Lepas Ucen," cicit Husna.
"By," panggil Husain pelan.

Husain dengan cepat merubah posisi mereka menjadi Husna yang dibawah.

"Maaf, By. Sekali ini aja," ucap Husain membuat Husna bingung tapi satu detik kemudian Husna membulatkan matanya saat dia merasakan benda kenyal di bibirnya.

Husain menciumnya!

Husna hanya diam, tidak sampai tiga detik, Husain mengangkat wajahnya yang memerah, saat Husain hendak berpindah dari atas Husna, gadis itu malah menahannya membuat Husain kembali menatap Husna.

"Aku suka sama kamu," cicit Husna pelan.

Mereka sama-sama diam, Husain kembali memajukan wajahnya.

"Husna.."

Husna mengangguk, entah untuk apa, tapi Husain mengerti. Husain tidak berhenti dan Husna tidak melarang. Entah apa yang mereka pikirkan, siang itu, yang Husain takutkan akhirnya terjadi, dia lepas kendali dan melakukannya dengan Husna.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Husain terbangun saat alaramnya berbunyi, dia meraih ponselnya dan melihat jam yang sudah menunjukkan waktu untuk sholat asar.

Husain duduk lalu sadar jika dia tidak memakai pakaian, Husain menoleh ke samping lalu meringis saat melihat Husna juga sama sepertinya. Husain meremas rambutnya pelan, dia tidak menyesal, tapi takut. Bagaimana jika Husna marah saat bangun nanti, atau Husna yang menyesal, dan yang lebih Husian takutkan adalah bagaimana jika Husain mengecewakan Husna setelah ini.

Husain turun dengan pelan lalu berjalan ke kamar mandi dan setelah mandi, barulah dia membangunkan Husna.

"By, bangun," ucap Husain pelan sambil mengusap rambut Husna.

"Udah asar, Sayang. Bangun." Husna menggeliat tapi tidak membuka matanya, Husain tesenyum dan berusaha membangunkan Husna lebih keras.

Husna akhirnya terbangun dan mengucek matanya, dia menatap Husain lalu menangis saat merasakan tubuhnya yang sakit. Husna tiba-tiba menarik Husain dan menjambak rambutnya.

"Aw aduh! Sakit By."
"Gara-gara kamu badan aku sakit semua hiks.. kamu bilang ga sakit!"
"Aduh iya iya maaf, lepas dulu, bisa botak aku."
"Ga mau!"

Husna menjambak Husain dan sesekali memukulinya. Husain meminta ampun sambil berusaha melepaskan jambakan Husna. Setelah beberapa menit, Husna akhirnya melepaskan rambut Husain, tapi masi sesegukan. Husain meringis memegang kepalanya, dia bisa melihat rambutnya yang rontok di tangan Husna.

Husain kembali meminta maaf dan membantu Husna untuk mandi. Setelahnya mereka sholat lalu turun ke ruang keluarga untuk makan siang di sore hari.

"Tadi aku beli ini, mau aku hangatkan ga?" tanya Husain memperlihatkan apa yang tadi dia beli. Husna menggeleng, dia sudah terlalu lapas untuk menunggu.

"Aku suapin aja ya," ucap Husain.
"Ga mau."
"Udah gapapa, aku suapin."

Husna tidak membalas, dia terlalu malas untuk berdebat.

Mereka akhirnya makan dengan hening, Husain bergantian menyuap untuk dirinya dan Husna. Setelah selesai, mereka hanya duduk diam menatap televisi yang entah sedang menayangkan apa.

"Sakit banget ya, By?" tanya Husain pelan.
"Hm."
"Maaf, By. Aku-"
"Terus aja minta maaf, kamu nyesel lakuin itu sama aku?" tanya Husna garang sambil melotot.

"Engga Sayang, bukan gitu, aku-"
"Diam deh Cen, aku pusing."
"Maaf," cicit Husain.
"Sekali lagi minta maaf, aku tendang ya burung kamu."

Husain langsung menutup mulutnya dengan tangan, Husna mengulum senyumnya lalu mengalihkan pandangannya.

Bel berbunyi, Husain berjalan keluar, ternyata orang bengkel yang mengantarkan motornya. Husain kembali ke dalam dan duduk di samping Husna.

"Motor kita udah diantar, mau susul Bunda sekaran apa besok?" tanya Husain.
"Jauh ga ke Bandung?"
"Kalo lancar paling empat jam."
"Besok aja ya, aku cape," jawab Husna pelan, Husain mengangguk paham.

Mereka kembali diam, entah kenapa Husain merasa telah melakukan kesalahan, sedangkan Husna sedang berperang dengan pikirannya sendiri.

"Ucen," panggil Husna pelan.
"Hm?"
"Ucen, aku ga akan hamil kan?" tanya Husna menatap Husain berkaca-kaca.

"Kayanya engga," jawab Husain pelan.
"Kayanya? Kalo aku hamil gimana? Hiks.. kamu sih!"

Husain tidak menjawab, dia juga bingung.

"Ucennn ih gimana ini?" Husna beringsut semakin mendekat.
"Mau dites aja? Katanya setelah lakuin itu bisa langsung dites."
"Kata siapa?"
"Tiktok, coba dulu aja ya?"

Husna mengangguk, tidak ada pilihan lain, setidaknya mereka akan tenang jika sudah memastikan.

Malam harinya setelah sholat isya, Husain mengajak Husna untuk membeli alat tes kehamilan sekaligus mencari makam malam. Husain sengaja memilih minimarket yang jauh dari rumahnya, takut jika ada yang melihat dan jadi gunjinga.

Husain mengambil beberapa alat tes kehamilan.

"Kenapa banyak?" bisik Husna.
"Biar yakin aja."

Setelahnya, mereka mencari makan malam dan makan di tempat. Husna terlihat tidak nafsu makan, dia masih risau.

"Tenang aja, By. Lagian kalo kamu hamil kan kamu punya suami."
"Kita masih sekolah Ucen, aku ga mau berhenti di tengah jalan."
"Ga akan, By, percaya sama aku."

Husna menghela napas pelan, tidak sabar ingin pulang dan mengeceknya langsung. Husain yang ikut gusar melihat Husna akhirnya memilih untuk langsung pulang. Sampai di rumah, Husna langsung ke kamar dan mencoba alatnya.

"Gimana?" tanya Husain saat Husna keluar dari kamar mandi. Husna mendekat dan tersenyum.

"Ceklis satu," ucap Husna memperlihatkan alatnya.

Husain tersenyum, entah sedih atau lega lalu memeluk Husna. "Garis satu, Sayang, bukan ceklis satu, dikira whatsapp."

Husna terkekeh dan membalas pelukan Husain.

Husain menarik Husna untuk naik ke kasur, berbaring berhadapan dan saling menatap.

"Maaf, aku ga bisa jaga nafsu aku," ucap Husain menyesal.
"Bukan salah kamu, aku yang izinin."

Husain mengulurkan tangannya membuka hijab Husna. Hari ini pertama kalinya Husain melihat rambut Husna. Tidak terlalu panjang, sedikit ikal dan berwarna hitam. Tadi siang Husain terpesona dan malam ini lebih terpesona, sepertinya Husain akan terus terpesona melihat Husna tanpa hijab.

"Kamu cantik, By."
"Kamu berlebihan."
"Wallahi, kamu cantik banget, Na. Satu dunia harus tau kalo kamu secantik ini. Tapi ga boleh sih, cuma aku yang boleh lihat."

Husna terkekeh, Husain menariknya agar lebih dekat.

"Kamu beneran suka sama aku?"
"Heem."
"Ga terpaksa kan? Maksudnya, kamu ga harus suka atau cinta sama aku hanya karena aku suami kamu."
"Aku.. aku ga tau, tapi kayanya emang suka sama kamu. Kamu kalo normal bisa bikin semua orang suka sama kamu."

Husain tertawa sambil mencubit pipi Husna pelan. "Kalo normal? Jadi selama ini aku ga normal?"

Husna menggeleng sambil tersenyum. "Kamu selalu ubnormal, selalu berlebihan, alay, jamet, tapi.."

"Tapi?"

"Tapi aku suka."

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🏍🏍🏍

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Halo, terima kasih udah baca sampe akhir. Jangan lupa sholat ya.

Kayanya setelah ini aku libur update, ditunggu aja ya 🫶

See u 🧚‍♀️

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
31 Maret 2024

Continue Reading

You'll Also Like

1.4K 25 2
[FOLLOW SEBELUM BACA BOLEHLAH] _______________________ "Inilah kenyataannya, inilah takdirnya" "Izinkan aku pergi dari kehidupanmu" _________________...
3.2K 233 18
PINDAH KE PONDOK DI KELAS AKHIR?! Khaina Azalia, gadis berusia 18 tahun yang merupakan siswi kelas akhir itu terpaksa harus memutuskan pendidikannya...
41.2K 1.9K 17
Mencintai dalam diam mungkin banyak dialami oleh setiap manusia saat ini,namun berbeda halnya dengan Akilla. Akilla Salwa Mysha , seorang wanita yang...
61.4K 3.1K 56
Halowww sebelum tulis ini aku mau nyapa nih para readers tercinta eakkk heheehe 🤭🤭 . . . SYIFA ALFATHUNNISA si gadis yang penuh nekat dan apa yang...