To Love With All Your Heart a...

By greevenna

28.3K 1.6K 39

"Minggu depan kita akan menikah. Kalau kau punya hal yang ingin kau sampaikan mengenai pernikahan silahkan di... More

Prolog ; Night Changes
The Character
Prolog ; Night After Earth's Marriage Proposal
Prolog ; We Didn't Match Each Other
Prolog ; Please, We Will be Partner From Now
Prolog ; God, Why Did He Do That?
Prolog ; I Think I'm Falling in Love
Prolog ; Now, We're Going to Eternal
Phase 1 ; Just A Dream
Phase 1 ; A Little Too Much
Phase 1 ; Let Me Down Slowly
Phase 1 ; Begin Again
Phase 1 ; Lost Star
Phase 1 ; One Time
Phase 1 ; Be Alright
Phase 1 ; What Lovers Do
Phase 1 ; Fall For You
Phase 2 ; Thinking Out Loud
Phase 2 ; Wannabe
Phase 2 ; IDGAF
Phase 2 ; IDGAF 2
Phase 2 ; Counting Star
Phase 2 ; Fix You
Phase 2 ; A Thousand Miles
Phase 2 ; Should've Said No
Phase 2 ; Unfaithfull
Phase 2 ; Sial
Phase 2 ; Everytime
Phase 2 ; You Broke Me First
Phase 2 ; Head Above Water
Phase 2 ; Exile
Phase 2 ; Somewhere Only We Know
Phase 2 ; Father
Phase 2 ; Mother, How Are You Today?
Phase 2 ; Clarity
Phase 2 ; Way Back Home
Phase 2 ; Can We Kiss Forever (Part 1)
Phase 2 ; Can We Kiss Forever (Part 2)
Phase 2 ; Can We Kiss Forever (Part 3)
Phase 3 ; Sea - Wherever, Whenever (Part 1)
Phase 3 ; Sea - Wherever, Whenever (Part 2)
Phase 3 ; Sea - Wherever, Whenever (Part 3)
Phase 3 ; Sea - Maps
Phase 3 ; Sea - Golden Hour
Phase 3 ; Sea - Wherever You Will Go
Phase 3 ; Sea - When You Say Nothing at All
Phase 3 ; Sea - Heaven
Phase 3 ; Sea - Rewrite the Stars
Phase 3 ; Sea - Lovely
Phase 3 ; Sea - Try
Phase 3 ; Sea - Love Someone
Phase 3 ; Joong Neo - Party in USA (Part 1)
Phase 3 ; Joong Neo - Party in USA (Part 2)
Phase 3 ; Joong Neo - Stargazing

Phase 2 ; 7 Years

349 18 0
By greevenna

Mix melupakan hal terbesar yang selama ini menjadi beban dalam dadanya yang belum terangkat. Hubunganya dengan sang papa dan mamanya. Kapan terakhir kali ia menghubungi mereka berdua?

Seingatnya sehari sebelum dirinya ke Jepang untuk berbulan -bisnis- madu. Seminggu sebelum semua saham milik perusahaan papanya harus ia transfer ke suaminya. Satu tahun kah? Lebih. Jika Mix menghitung berapa lama ia menunggu pesan dari mama dan papanya sudah 15 bulan lebih 8 hari.

Kali ini yang dia nantikan benar-benar datang. Pesan dari sang papa. Pesan yang selama ini ia tunggu. Apa yang Mix rasakan? Campur aduk.

Lega, senang, sedih, kesal, marah, juga bingung semua bercampur aduk. Bahkan jika dibandingkan dengan perasaan dirinya beberapa minggu lalu yang bertemu dengan New akan jauh berbeda. Yang ini membuatnya benar-benar tidak bisa berdiri.

"Mix.. Lo sama bokap lo bener-bener keras kepala. Tapi kali ini bokap lo mau minta maaf duluan lo.."

First sejak tadi menemani Mix yang belum bisa keluar dari ruang kelas. Ia pertama kali menyadari bahwa Mix mendapatkan pesan dari sang papa saat mereka sedang ditengah pembelajaran kelas.

"First!", Khaotung dan Win yang datang setelahnya langsung menghampiri First dan Mix.

Mix masih meringkuk di kursi dan menidurkan tubuh bagian atasnya di meja. Win langsung mengambil kursi di samping kiri Mix yang kosong. Ia menepuk punggung Mix pelan.

"Mix, ayok turunin tembok lu..", ujarnya kemudian.

"Kita tau lo sekangen itu sama mereka"

Tentu. Siapa yang tidak rindu? Mix selalu merindukan mereka setiap harinya. Bahkan wajah mama selalu terbayang setiap kali ia harus menghabiskan malam-malamnya sendiri tanpa Earth di sampingnya.

Terlebih akhir-akhir ini saat ia selalu mendapatkan mimpi buruk mengenai suaminya. Selalu wajah ibunya yang ia rindukan terlintas. Pedih karena egonya tinggi untuk mengirimkan pesan. Mengadu ia merindu.

"Mix. Walaupun lo udah menikah, lo masih tetep anak mama Baifern dan papa Nine"

First kini mengingatkan. "Lo masih anak mereka. Bukan berarti status lo berubah"

Kepala Mix terangkat perlahan. Ia memandang ponselnya yang masih bertahan di halaman pesan papanya. Ingin sekali ia membalas. Tetapi ia ragu sepenuh hati.

Apakah ketikannya akan menyakiti kembali sang ayah?

Apakah sang ayah akan kembali tertegun jika melihatnya?

Apakah ia harus menunggu lagi selama bertahun-tahun untuk mendapatkan pesan sang ayah kembali?

"Ugh-"

Mix tidak tahan dengan pikirannya yang kalut. Ini semua melelahkan. Bodohnya yang ia bisa lakukan hanya menangis seperti orang bodoh. "Gue kangen papa.. gue juga kangen mama.."

Desisan Mix cukup terdengar menyayat pendengaran Win, First dan Khaotung. "Kalau kangen temuin yuk", ajak Khaotung sambil mengusap kepala Mix pelan.

"Mix"

Suara berat seseorang membuyarkan adegan mereka, Earth berdiri di pintu ruang kelas amphitheater, memandang mereka yang sedang menghibur suaminya.

"Bang?", Win yang bangkit dari tempat duduknya untuk memberikan kursinya pada Earth untuk duduk.

Mix sekilas menatap Earth, kemudian kembali lagi menatap ponselnya. Ia ingin membalas, tapi bingung. Jarinya seolah berhenti untuk mengetikan sesuatu di sana. Earth dengan sigap mengambil ponselnya dan menekan tombol panggilan.

Membuat Mix kelabakan.

"Hallo pah? Ini Earth"

Rekor tercepat yang pernah Mix alami. Telepon miliknya ke papa Nine hanya perlu menunggu sekitar 7 detik sebelum akhirnya terangkat dan Earth menyapanya lebih dahulu. Takut jika Nine berekspektasi Mix yang akan menjawab sapaan Nine.

"Oh, Earth? Ada apa? Mix oke kan? Kok telepon pake ponselnya Mix?"

Tangan Mix secara otomatis mencengkram lengan yang digunakan Earth untuk mendekatkan ponselnya ke telinganya. Sayangnya Earth hanya memindahkan ponselnya ke telinga satunya dan menggenggam tangan Mix erat.

"Mix-"

Mix menggeleng keras. Seolah bersumpah akan memukul wajah Earth jika lelaki itu mengatakan dirinya tidak baik-baik saja. "Mix Oke pah"

Terdengar helaan nafas di balik telepon tersebut. Menandakan begitu khawatirnya sang papa terhadap anak tertuanya. "Papa oke?" tanya Earth balik.

"Papa.. bisa dibilang oke juga tidak"

Nine jujur. Tetapi dirinya tidak ingin menjelaskan lebih lanjut perasaannya lewat telepon. Terlebih setelah bayangan Mix yang menangis malam itu masih terlihat jelas di wajahnya. Betapa hancur hati keduanya yang saling menyakiti satu sama lainnya?

"Pah, Earth sama Mix mau ajak mama, papa sama Chimon makan malam boleh?"

Tawaran Earth langsung mendapatkan cengkraman yang lebih kuat di tangan Mix. Sangat kuat hingga Earth cukup merasakan sakit di sana. "Tentu.. tentu.."

Tetapi suara Nine yang bergetar membuat Mix mengendurkan tangannya. Ternyata tidak hanya dia yang tersiksa. Nine juga sama halnya. Papanya juga tersiksa.

"Malam ini bisa pah? Atau Mungkin ada waktu yang papa rasa cocok?", Earth menawarkan.

Terdengar suara berisik orang berbicara di balik sana. Sayangnya baik Mix atau Earth tidak mendengar dengan jelas. "Lusa gimana Earth?", tanya Nine setelah lama meninggalkan mereka.

"Boleh pah. Untuk tempatnya.."

Earth memandang Mix, seolah menanyakan apakah ia merasa nyaman untuk mengundang makan malam ke rumah mereka. Ya, 'mereka'.

Mix menggeleng. Ia belum siap. Belum siap bertemu papanya di kediaman mereka.

"Nanti Earth share ya pa"

Mix melepaskan cengkraman tangannya sejak tadi pada tangan Earth. Lelaki itu langsung menangkap kedua tangan Mix. Teman-temannya yang berada di belakang Mix menepuk punggungnya. Memberikan kekuatan pada Mix.

Earth merentangkan tangannya, menawarkan pelukan pada Mix. Sayangnya perasaan itu kembali muncul. Perasaan tidak nyaman yang menghantuinya beberapa minggu belakangan. Tetapi ia tidak ingin mengecewakan Earth. Maka ia memilih untuk menautkan tangannya pada kedua tangan Earth.

"Apa sih mas.. ada mereka lo"

Maafkan Mix ya Milk Powder gang. Kalian menjadi alasan tak berdasar Mix menolak pelukan Earth.

Akhirnya hari yang Mix tunggu selama setahunan lebih ini tiba. Hari dimana ia akan bertemu dengan papa dan mamanya kembali. Setelah semua drama menurunkan ego masing-masing. Mix kini lebih antusias dari biasanya.

Terbukti dari dirinya yang kini kebingungan mencari pakaian yang cocok untuk dirinya gunakan malam ini. Siang ini ia bahkan lupa berpamitan dengan First setelah selesai kelas. Tapi tenang, ia tidak lupa mengirim pesan ke grup mengatakan bahwa dirinya butuh bersiap-siap.

Teman-temannya tidak keberatan sama sekali. Bahkan mereka sekarang berada dalam panggilan video call dan membantu Mix memilihkan pakaian.

"Jelek anjer lu apa-apa pake kaos garis-garis mulu", komen First untuk kesekian kalinya.

"Coba kemeja lah Mix", Win mulai memberikan pendapatnya.

"Ini?"

Mix menampilkan sebuah kemeja warna putih agak merah muda. "Terlalu terang ga sih?", komen Khaotung yang berada dalam satu frame dengan First.

"Gile lah gue kaya mau dandani anak gue kencan"

First yang menyerah menjauhkan dirinya dari layar. "Gue sih oke. Lu mau kembaran kaga sama Earth?", tanya Win kemudian.

"Hm, kembaran ya?", Mix jadi dibuat bingung.

"Merah?", tanya Mix kemudian.

"Lo mau imlekan?"

First masih mengomentari. Sepertinya Mix masih gigih mencari pakaian yang cocok untuknya. "Hm, mama suka warna yang nude, apa gue pake coklat aja ya?"

Win, First dan Khaotung masih bersabar membantu Mix memilihkan pakaian. Mereka akhirnya menghela nafas saat menyelesaikan debat sengit soal pakaian yang berakhir pada kemeja bermotif hitam dan putih.

"Gue setuju sama First. Gini kali ya rasanya kalau besok punya anak mau kencan"

Win memberikan komentar setelah minum. Menghilangkan dahaga atas kelelahannya berkomentar dengan seluruh pakaian Mix. Mix yang kini duduk di sofa menatap bayangannya yang ada di layar ponsel.

"Gue potong rambut kali ya?"

Tuhan. Berikan ketabahan untuk para Milk Powder. "Jam berapa sekarang goblook", komen First yang langsung menyadarkan Mix untuk bangkit dari tempat duduknya.

Sudah jam 5 sore, janji makan malam dirinya dengan mama dan papa sekitar jam 7. "Gue mandi ya"

Begitulah akhir dari percakapan Mix dan ketiga temannya tanpa lupa mengucapkan terima kasih atas pilihan pakaian mereka.

Earth ternyata sudah bersiap saat Mix keluar dari kamar mandi.

"Mas pake kemeja hitam?", tanya Mix yang sebenarnya berharap Earth menggunakan kemeja yang berwarna putih gading.

Earth mengangguk. "Aneh kah?"

Mix menggelengkan kepala. Tidak juga sih. Cukup serasi jika dirinya menggunakan kemeja yang bermotif hitam putih yang sudah ia pilih.

"Mas bawain bingkisan buat mama sama papa. Yang milih Som"

Mix yang sibuk bersolek tidak memperhatikan Earth yang berbicara karena suara Earth teredam oleh gumanan nada Mix. Mix menyadari dirinya sedang bersenandung saat pandangan Earth dari kaca tersenyum dan terkekeh padanya.

"Kenapaa??", tanya Mix heran.

Earth menggeleng, ia bangkit dan hendak memeluk Mix. Namun lelaki itu relfeks memundurkan badannya. "Aku udah rapiii!", ujarnya yang membuat Earth gemas dan mengacak-acak rambut Mix.

"EARTHHH"

"Kita ga kecepeten kan?"

"Aduh parfumku tadi udah masuk tas belum ya?"

"Mau beli kado dulu ga?"

Mix yang sejak tadi meracau kebingungan begitu manis di mata Earth. Lelaki yang kini sedang menyetir itu menarik tangan Mix dan menenangkannya. Ia tau Mix sangat mengharapkan pertemuan dirinya dengan mertuanya.

Satu tahun mereka dalam perang dingin. Tanpa ada pesan satu sama lain. Tetapi tetap mengkhawatirkan satu sama lain lewat orang-orang terdekatnya. Tentu malam ini adalah momen bagi mereka.

"Harusnya aku potong rambut dulu ga sih?"

Walau tangan kiri Mix digenggam oleh Earth, tangan kanannya masih bebas membetulkan model rambutya berkali-kali. Earth terkekeh melihat tingkah Mix.

"IH kenapaa siih??"

Mix mulai kesal dengan senyuman dan tawa Earth. Earth hanya menggeleng, "Gapapa, kamu manis dek"

Mix terdiam. Tidak dipungkiri ia tersipu malu dengan komentar Earth. Ah. sepertinya ini yang Khaotung katakan. 'Menerima'

Terlepas dengan permasalahan mereka beberapa bulan lalu, Mix mulai perlahan-lahan menerima Earth kembali. Kini Mix menautkan jari-jarinya pada milik Earth, menggodanya yang kesulitan menggunakan kopling mobil.

"Deek..", Mix terkekeh dan melepaskan tautan jarinya.

"Mas bawa apa?", ia beralih pada kotak besar di belakang.

"Som belikan beberapa madu, ginseng dan vitamin kaldu ayam"

Mix mengerutkan dahi, "Sebanyak itu?".

Jangan salah, Kotak berpita itu mampu mengisi hampir 70% kursi tengah mobil mereka. "Kurang kah?", daripada kurang, Mix yakin itu bisa menjadi stok persediaan hingga tahun depan.

"Mas pesen sesuai selera papa sama mama kan?"

Mix kembali bertanya untuk kesekian kalinya. Earth tersenyum sambil mengangguk, "Shabu kesukaan papa sama mama, sashimi kesukaan Chimon, dan dessert kesukaanmu".

"Mas?"

"Hm?"

"Kesukaan mas sendiri? Mas ga pesen?", tanya Mix.

"Kesukaan mas udah sold out"

"Lah kok sold out? Kan mas one-day reservation", komen Mix kesal.

Earth memandang gemas Mix, "Kesukaan mas udah sold out setahun lalu".

Ia mengacungkan jari manisnya yang berbalut dengan cincin pernikahan. Mix yang sadar dengan candaan Earth langsung memukul lengannya. Bercandaannya membuat dirinya benar-benar tersipu.

Mix tersenyum untuk kesekian kalinya. Ia bersyukur papa mengirimkan pesan. Ia bersyukur Earth yang dulu sudah kembali padanya. Ia bersyukur teman-temannya ada di samping dirinya.

Tidak ada yang lebih ia syukuri setelah melewati badai kemarin.

Pikirnya begitu.

Sebelum ponselnya berdering dan memunculkan nama papa di layar sana. Mix menatap Earth yang sedang menyetir. "Mau mas angkat?", tawar Earth.

Tidak. Mix menggeleng. Ia harus memberanikan diri untuk berbicara dengan Nine. Sehingga ia menekan tombol jawab dan mendekatkan ke telinga.

"Pah?" sapa Mix ragu.

"Mohon maaf dengan Mix Sahaphap?"

Mix tidak mengenali suara yang menjadi lawan bicaranya. Ia menjauhkan ponselnya, memeriksa kembali bahwa nomor tersebut benar milik papanya. Benar.

"Ya. Saya sendiri", jawab Mix yang membuat Earth memperlambat kemudinya.

"Kami dari kepolisian distrik A. Mau mengabarkan pemilik ponsel ini atas nama Nine Naphat mengalami kecelakaan lalu lintas dan telah di larikan ke rumah sakit Z"

Earth yang mendengar sedikit pembicaraan langsung membanting setir ke pingir jalan. Merebut ponsel Mix dari genggamannya.

"Bisa dijelaskan kondisinya?"

Suara Earth samar-samar terdengar di telinga Mix. Sebelum suara hening yang begitu lama menyerang pendengarannya.

Continue Reading

You'll Also Like

297K 22.9K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
1M 83.6K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
124K 9.8K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
608K 60.8K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...