Mix menghela nafasnya setelah meletakan ponselnya di meja. Ini adalah malam ke dua puluh tiga Earth pulang sangat laur. Bahkan mungkin bisa ia bilang hanya mampir ke rumah. Bagaimana tidak, Earth pulang jam 1 malam kemudian akan pergi lagi sekitar jam 4 pagi. Beberapa kali Mix mendapati dirinya hanya datang untuk mengambil berkas atau baju kemudian pergi lagi.
Mix selalu menenangkan hatinya dengan mengatakan bahwa ini akan segera berlalu. Segera setelah peresmian pembangunan proyek milik Earth. Kalau tidak salah Joss pernah berkata sebelum akhir bulan Oktober peresmian pembangunannya. Kini sudah memasuki bulan September, itu artinya ia harus bertahan dua bulanlagi dengan keadaan ini.
"Win"
Mix mencoba menghapis kesepiannya dengan menelpon Win. Sejak acara menginap bulan Juni lalu, Mix lebih banyak menghabiskan waktu bersama Win daripada dengan First dan Khaotung. Alasannya hanya simple, Win lebih mengerti permasalahan Mix terlebih dalam hubungan pernikahan daripada First dan Khaotung. Win akan selalu hadir menenangkan hati Mix dengan pemikiran dan pengalamannya bersama Bright.
"Kenapa? Bang Earth lembur lagi?"
Mix menggumam setelah Win menyodorkan pertanyaan yang seperti mesin penjawab suara. "Kak Bright gak marah kan gue telepon?"
"Kagak, santai aja"
Tedengar suara pintu terutup dari panggilan Win, sepertinya Bright cukup paham untuk memberikan privasi Win dengan Mix. Mix menarik nafasnya, mencoba untuk mengutarakan apa yang sedang ia rasakan pada Win.
"Gue gak berharap banyak Win. Gue bener-bener pengen ngerti kalau Earth memang sesibuk itu dan se-hectic itu. Gue paham proyek ini proyek besar, udah sampe masuk majalah, tv dan emdia internasional. Gue juga paham ini besok pasti jadi proyek terbesar dari perusahaan Earth, cuma.."
"...salah kah kalau gue kesepian?"
Mix mencoba untuk tidak menumpahkan air matanya walaupun sebenarny sudah akan tumpah kapanpun itu. "Mixgak salah kokkalo lu kesepian. Gue tahu banget lu udah hebat buat nahan semua itu. Lu hebat Mix udah mau sabar buat Earth. Dulu Earth sabar buat bantuin lu menghadapi hectic-nya kampus sama organisasi. Sekarang giliran lu yang harus sabar ya"
Mix mengeratkan pegangannya pada ponselnya. Sepertinya insting mengenai dirinya dan First tidak baik-baik saja benar. Semenjak semester 2 ini, ia dan First hanya mengambil beberapa kelas yang sama. Sisanya Mix yang harus mengulang mata kuliah pak Mew dan beberapa peminatan yang berbeda dengan First.
Mereka hanya bertemu beberapa waktu dalam seminggu, awalnya Mix pikir inilah dinamika pertemanan dan perkuliahan. Sehingga ia tidak mengambil pusing. Sayangnya, kini perkataan First menjadi jarum baginya.
"Mix.."
Win yang datang melihat wajah masam Mix agak kebingungan. Mix hanya menghela nafas dan meminta Win untuk mendekat duduk di sampingnya. "Gue hari ini ada rapat bareng First", ucapnya dengan agak takut.
"Gapapa, gue tunggu lo di sini aja, kalo-kalo First bilang sesuatu yang ga ngenakin"
Mix sebenarnya juga heran kenapa perkataan First bisa begitu menyakitkan. Ia mencoba mengulang semua hal yang sudah dirinya lalui bersama First. "Sorry Mix gara-gara gue ya?"
Win merasa bersalah, ia merasa menjadi batu di antara First dan Mix. Semenjak ia menginap di rumah Mix, hubungan First, Khaotung dan Mix memang renggang. Beberapa kali mereka ke kampus saat liburan untuk rapat atau menyiapkan ospek, namun akan terpisah sendiri. Mix akan selalu pulang bersama Win, sedangkan First akan bersama Khaotung.
Terakhir, saat adegan Luke mengungkapkan perasaan pada Mix, First dan Khaotung baru bisa datang setelah Mix banyak menangis dipelukan Win.
"First"
Mix sudah tidak tahan. Ia butuh penjelasan dari semua kelakuan dan perkataan First. Sehingga setelah selesai rapat, ia memberanikan diri untuk memanggil First. Menyelesaikan hal yang mengganggu dirinya.
"Lo kenapa sih?"
Mix hanya sekedar bertanya, tetapi respon First diluar perkiraannya.
"Harusnya gue yang tanya gitu Mix"
"Gini kah lo kalau ketemu sahabat baru? Lo buang gue gitu aja?"
Suara First yang keras membuat semua orang yang ada di ruang sekretariat menaruh atensi pada Mix dan First. Khaotung yang tidak jauh dari sana langsung menarik First dan Mix menjauh dari ruang sekretariat. Menuju parkiran.
"Maksud lo apa?"
Mix melepaskan cengkraman dari Khaotung, Win yang datang belakangan hanya terdiam agak jauh dari First dan Mix yang mulai panas. "Lo sejak Win nginep di rumah lo, perah satu kali lo tanya kabar gue?", First mulai mengungkapkan perasaannya.
"Lo pikir gue ga kecewa waktu lo pergi liburan sama Khaotung?", Mix tidak mau mengalah.
"Lo pikir perusak hubungan kita tuh siapa? Khaotung! Kalau lo ga masukin dia kita seperti biasa!"
"JUSTRU KHAOTUNG YANG NEMENIN GUE! BUKAN LO!"
Teriakan First membuat Mix terdiam. Penuh amarah, penuh kekecewaan, penuh rasa tidak terima dengan perkataan Mix. "Lu lihat Win! Dia datang belakangan Mix. Lu sekarang apa-apa sama Win. Gue diem. Gue tau kalau lo sama Win punya persamaan yang ga ada di gue atau Khaotung!"
First benar-benar kecewa. "Sejak lu nikah, lu pernah sekali pun tau apa yang gue rasain? Pernah lu tanya gue punya masalah apa? Pernah lu tanya kabar gue? Pernah lu tanya perasaan gue?"
Mix terdiam. "Sekarang lu tanya sama Win. Yang sebenarnya ngerusak hubungan kita siapa?"
"WIN!"
'Plak'
Mix tidak terima dengan perkataan First. Tanpa dia sadari, tangannya sudah menampar pipi First yang kini tertegun dengan memegang pipinya. "MIX!", Khaotung yang tak jauh dari First segera menghampirinya, untuk memeriksa keadaannya.
"See? Kalo lo mau nyalahin Win kenapa lo ga lihat sekarang apa yang Khaotung lakukan ke lu"
"Mix cukup"
Win menarik tangan Mix dan menggelengkan kepalanya. "Mix. Wajar gue khawatir sama First karena gue sayang sama dia!", reaksi Khaotung membuat Mix dan Win bergantian tertegun.
Tetapi First yang sudah kecewa terlebih dahulu menarik Khaotung untuk meninggalkan Mix dan Win yang masih terkejut. Mix kini memandang Win seolah ingin meyakinkan bahwa yang ia dengar dengan yang temannya dengar itu sama.
Win mengangguk. Sama.
—
"Sorry Mix.."
"Ga papa Win"
Mix tau bahwa Win merasa sangat bersalah dengan retaknya hubungan Mix dan First. Sebenarnya Mix juga merasa bersalah karena selama ini memang dirinya tidak pernah mengerti atau sekedar bertanya mengenai keadaan First. Dirinya bahkan tidak mengetahui bahwa ternyata First dan Khaotung menjalin hubungan.
"Kayaknya gue yang salah di sini Win"
Win yang dari tadi sudah menghentikan mobilnya di halaman rumah Mix hanya bisa terdiam. "Kalau boleh gue berpendapat Mix. Kalian berdua emang salah. Lo sadar kan kalau First selalu ada buat lo? Bahkan waktu kejadian Luke aja dia masih lari dari ujung lapangan buat bantuin lo"
Mix mengangguk. "Tapi juga First salah. Dia yang ga pernah cerita apapun ke lo berarti dia belum menganggap lo sepenting dan senyaman itu buat jadi temen"
Win kini meremas jarinya. "Gue ga mau menghakimi siapapun Mix. Gue berharap kita bisa bareng-bareng lagi aja. Gue seneng punya geng kaya kalian"
Mix mengangguk untuk ketiga kalinya. Namun kini percakapan mereka berdua harus selesai karena mobil Earth masuk ke halaman parkir. Mix segera membuka pintu mobil Win untuk menyambut sang suami yang sudah lama ia tak temui.
"Gue balik ya Mix"
Win yang dari mobil berteriak, tidak ingin mengganggu acara reuni temannya dengan sang suami. Sehingga ia lebih memilih menekan klaksonnya pelan lalu keluar dari halaman parkir kediaman Mix.
Di sisi lain, Mix yang berekspektasi untuk menyambut Earth harus meminum pil pahit melihat sang suami yang turun dari mobil masih menelpon seseorang. Kak Jo yang berada di kursi kemudi menyapa Mix singkat dan mengikuti Earth yang berjalan ke dalam rumah.
"Mas?"
Mix memanggil, namun Earth masih sibuk dalam panggilan telponnya. "Mix, Pak Earth cuma mampir buat ambi beberapa berkas"
Pernyataan kak Jo membuat Mix harus benar-benar sadar ke dalam realita. Apa lagi yang bisa Mix lakukan selain menggangguk?
"Mix bisa bantu siapin jas?"
Earth di sela-sela teleponnya mengundang Mix dari kamar mereka. Mix menurut dan mulai membuka ruang ganti mereka berdua. "Mas mau pake untuk acara apa?"
"Mas?"
Earth menyudahi pembicaraan di telepon dan sedang berada di kamar mandi. "Apa aja boleh", teriaknya dari kamar mandi.
Mix menghela nafas dan mulai memilih 3 setelan jas yang mungkin bagus untuknya. Saat Mix akan mengambil tas di sebelah nakas, ponsel milik Earth bergetar dan menampilkan sebuah pesan masuk di sana.
Mix mengintip.
"Ha?"
Tubuhnya kaku, lidahnya kelu, nafas Mix tercekat dan pendengarannya seolah berdengung. Detak jantungnya berdegup hebat. Seperti dentuman drum besar tapi sangat menganggangu. Menganggu dan membuatnya tidak nyaman.
Hanya karena sebuah pesan masuk ke dalam ponsel suaminya.