Zielo{On-going}

By JeageSelber

272 43 4

Spin Off Yarrow. "Ega pulang bareng Lora ya." "Ziega gue nebeng lo boleh?" Ziega, lelaki itu menghela nafas... More

Prolog.
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
17
18
19

16

7 1 0
By JeageSelber

Ziega melepaskan jaket yang sedang ia pakai, dan di pasangkan di tubuh Ilora, untuk menutupi kekacauan di pakaian gadis itu.

"Arl, bisa cariin seragam baru di koperasi? Gue mau bawa ini bocah ke toilet," ujar Ziega sambil sibuk memasangkan jaket hitam yang baru saja di kembalikan tadi pagi oleh Ilora.

"Ayo Ray," ajak Arlo pada Rayla.

Mereka berempat berpisah dengan tujuan yang berlawanan, Arlo Rayla pergi mencari seragam baru. Sedangkan Ziega menuntun Ilora dan membawa gadis itu ke toilet yang jaraknya tidak begitu jauh dari posisi mereka.

"Lo masuk dulu sana, nanti gue ketuk pintunya kalau seragam baru lo dateng," kata Ziega, di dorongnya tubuh Ilora dengan perlahan ke dalam toilet.

Di dalam toilet Ilora kembali meluapkan semua emosinya, gadis itu menangis dalam diam. Ada perasaan nyeri di sudut hatinya. Tentang fakta yang baru saja ia ketahui jika Ayahnya sudah menikah lagi, juga tentang Bundanya yang masih harus menjalani hukuman di balik jeruji besi.

"Mereka bisa bahagia, tapi kenapa Bunda nggak? Kenapa Bunda cuma kebagian menderitanya?" gumam Ilora, tanpa sadar tangan gadis itu terkepal. Sambil bersandar di belakang pintu toilet.

"Almeroo! Ini seragam lo." teriakan seseorang dari arah luar, membuat Ilora menghapus kasar air matanya. Ia kemudian berjalan mendekati pintu, tangannya terulur keluar bermaksud meminta apa yang Ziega bawa.

Tanpa menunggu lama, Ilora segera mengganti baju kotornya, dengan seragam baru.

Kemudian ia cuci muka, untuk memastikan jika mukanya tidak terlalu terlihat berantakan.

"Udah?" tanya Ziega, saat melihat pintu di buka.

Ilora menganggukkan kepalanya.

"Udah, Ega."

"Yukkkk ke kelas, bentar lagi bell masuk," Ajak Ziega pada gadis yang saat ini berjalan di sampingnya sambil menunduk.

"Cengeng banget lo, perkara jatuh sama baju kotor aja nangis," oceh Ziega saat melihat kedua mata Ilora yang masih terlihat sembab.

"Biarinlah! Itu baju Lora masih baru. Baru 3 bukan Lora pake," balas Ilora dengan bibir yang ia manyunkan.

"Ini udah diganti sama yang lebih baru sama Arlo," sambung Ziega lagi.

"Iya, kecium kok dari wanginya."

Tanpa terasa saat ini mereka berdua sudah berada di depan kelas Ilora. "Sono masuk," titah Ziega lagi dan lagi.

Bukannya menuruti perintah pemuda itu, Ilora justru tersenyum kecil. "Kita berdua mirip adegan-adegan di novel tau Ga, Lora jadi berasa kaya pacar Ega kalau kaya gini."

"Aaauuu! Kenapa kening Lora ditoyor?!" Protesnya dengan aksi bar-bar Ziega.

"Jangan ngarep! Gue lakuin ini cuma gegara kasian sama lo."

"Awas aja nanti Ega bucin sama Lora!"

"Jangan ngimpi! Itu nggak akan terjadi!"

"Bukan nggak akan Ega! Tapi belum!"

"Permisi! Bisa berdebatnya ganti di tempat lain?! Ini gue mau masuk." Sela seorang cewek dengan kedua mata yang bergulir malas.

"Eeeh, iya maaf," sambung Ilora.

Ilora terkekeh kecil sambil duduk di bangkunya, ia mengamati jaket Ziega yang lagi dan lagi bersama gadis itu. "Kayaknya kita emang di takdirin bersama deh, baru tadi pagi kamu Lora balikin, eh sekarang udah ikut Lora lagi," gumamnya pada sebuah jaket yang sudah terlipat rapi di atas meja.

★★★★★

"Rayla!!!" jam pulang, Ilora terburu, apalagi saat melihat seorang gadis yang melintasi koridor kelasnya.

Merasa ada yang memanggil, Rayla menghentikan langkahnya. "Lora," sapa Rayla dengan senyuman kecilnya.

"Maaf ya buat yang tadi," dengan perasaan penuh rasa bersalah, Rayla mengucapkan kalimat tersebut.

Kepala Ilora menggeleng beberapa kali, "nggak kok, bukan Rayla yang salah. Tapi Lora yang jalannya emang nggak lihat-lihat."

"Ilora minta maaf ya sama Rayla, maaf udah bentak Rayla tadi, maaf juga udah bikin Rayla kehilangan minuman Rayla," cicit Ilora dengan nada memelasnya.

"Eh iya ini sapu tangan Rayla masih kotor, Lora simpen dulu ya, besok kalau udah bersih Lora balikin," kata Ilora sambil menunjukkan sapu tangan yang disertai bercak berwarna merah.

"Gue aja sini yang nyuci." Pinta Rayla dengan tangan yang sengaja ia tengadahkan.

"Gapapa?"

"Nggakpapa kok," jawab Rayla santai, seolah gadis itu sama sekali tidak merasa keberatan.

"Rayla nggak marah sama Lora?," sambung Ilora.

"Lo nggak salah Lora, kita berdua sama-sama buru-buru tadi. Maaf ya lo jadi berantakan gara-gara minuman gue."

"Nggakpapa Rayla."

"Ehhhh iya, ini tadi beli seragamnya pakai uang siapa? Biar besok Lora ganti." Mereka berdua kembali berbincang sampai gerbang sekolah.

"Udah nggak usah, pakai uang Arlo itu lagian, dan dia juga nolak buat digantinya."

"Kalian berdua pacaran?" tanya Ilora merasa kepo.

"Siapa? Gue sama Arlo?"

"Iya." Ilora menganggukkan kepalanya beberapa kali sebagai jawaban.

Mendengar pertanyaan Ilora, Rayla terkekeh kecil. "Kita cuma temen kok, gue sama Arlo, sama kaya gue ke Aldan atau Alzie."

"Lora kira kalian ada hubungan spesial."

"Lo kata martabak kali spesial." Rayla yang memang dasarnya pendiem, entah kenapa tidak sedikitpun merasa canggung ngobrol dengan Ilora, ini kali kedua mereka berbincang, setelah kejadian kantin waktu itu.

"Rayla!" Panggil Arlo yang berada di atas motornya.

"Ayo pulang," ajak lelaki itu lagi.

"Gue kesana dulu ya Ra," pamit Rayla pada Ilora, setelah mendapat anggukan dari Ilora, Rayla berlari kecil menuju motor Arlo.

"Katanya cuma temen? Tapi emang ada temen yang sedekat mereka?" Ditambah lagi saat dia melihat Arlo yang memasangkan sebuah helm di kepala Rayla, juga saat kedua tangan Arlo menarik lengan Rayla, dan dilingkarkannya di perut pemuda itu.

"Lora, kita duluan!" seru Arlo dari kejauhan."

"Iya Arlo. Hati-hati." sahut Ilora membalas seruan Arlo.

Raut wajah Ilora seketika berubah 180 derajat. "Itu Rayza kok bisa pulangnya bareng Ega?!" Batin Ilora bertanya-tanya.

"Wah-wah! Nggak bisa dibiarin! Ega punya Lora! Dan cuma Lora yang boleh dibonceng sama Ega!" Ilora menghentak-hentakkan kedua kakinya kasar.

Di tengah kekesalan Ilora, seseorang tiba-tiba datang. "Mau bareng?" tanya Aldan memberikan penawaran.

"Nggak usah! Lora bisa pulang sendiri."

"Ini gue berniat baik lo padahal sama lo."

"Nggak perlu Aldan. Aldan nggak perlu repot-repot."

"Gue nggak repot kok. Kan gue yang berinisiatif buat nganterin lo. Gue nggak mau bocah TK kaya lo nggak sampai rumah dengan selamat," untuk pertama kalinya, Aldan ngomong panjang lebar dengan Ilora.

"Lora punya kaki kok, Lora juga masih punya ongkos buat naik ojek! Dan Lora nggak akan kenapa-kenapa seperti yang Aldan khawatirin." Tolak Ilora masih kekeh dengan pendiriannya. Bukan apa-apa, gadis itu hanya tidak terlalu nyaman berurusan dengan siapapun yang masih ada hubungan dengan keluarganya dulu.

"Gue traktir brownies deh gimana? Tapi syaratnya lo harus ngizinin gue buat nganterin lo." Jika kalian bertanya dari mana lelaki itu tau jika Ilora penyuka brownies, jawabannya Aldan mendapatkan info dari Ziega.

"Mau!" seru Ilora antusias saat mendengar kata tersebut.

"Yaudah ayo naik," titah Aldan sambil menunjuk ke arah jok di belakangnya.

Sesaat Ilora kembali tersadar, "eh. Nggak jadi mau. Lora udah ga pengen brownies."

"Yaudah lo maunya apa? Biar gue traktir," bujuk Aldan. Entah kenapa lelaki itu sangat ingin dekat dengan adik tirinya. Di tambah lagi, dia yang memang anak tunggal, dan ingin punya adik perempuan, dan kemaren sewaktu mamanya hamil yang lahir justru laki-laki, awalnya lelaki itu merasa sedikit kecewa, namun, saat ia tersadar sesuatu, perlahan perasaanya berubah menjadi antusias.

"Lora nggak mau apa-apa."

"Yakin? Nggak laper? Nggak mau makan sesuatu?" goda Aldan dengan alis yang sengaja ia naik-turunkan.

"Nggak! Lora udah kenyang."

"Kenyang makan apaan lo? Orang istirahat ke kantin aja nggak."

"Isshhh! Ngatau! Intinya lora nggak mau pulang sama Aldan."

"Kenapa? Hem? Gue ada salah sama lo?"

"Aldan nggak ada salah apapun, tapi Lora yang nggak mau deket-deket sama kalian. Ngerti nggak sih?!"

"Ngocehnya lanjut nanti, tuh perutnya udah bunyi. Lo yakin nggak mau nyari makan bareng gue?"

"Nggak mau! Lora bisa pulang dan makan di rumah Lora sendiri." Tepat setelah mengatakan hal tersebut, Ilora berjalan menjauh begitu saja meninggalkan Aldan.

★★★★★



Continue Reading

You'll Also Like

79.4K 4K 59
(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Seorang gadis bernama Melody. Dia adalah gadis cantik dan juga baik, namun sedih nya, di usia dia yang masih muda dia sudah...
203K 8.6K 34
"Papa, sepatunya kena wajah Meisya ...." "Cukup, Pa!" "Papa, Meisya kesakitan sekarang." "Meisya minta maaf." "Meisya mohon maafin Meisya ...." "Pa...
4.5K 397 32
Cerita singkat Aluna Arabelle yang mencintai tetangganya Rendra Perdana. Mereka sama sama mencintai tapi tuhan tidak mengizinkan mereka bersama kare...
3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...