Ini Gayatri, Istri Kangmas [2...

Autorstwa Neo_Ka

383K 22.1K 1.8K

Story Kedua Neo Ka🐰 Duda Series Pertama By: Neo Ka Gayatri Mandanu itu ingin hidup simpel, tidak ingin terla... Więcej

Prolog
01. Alat hisap nutrisi
02. Kondangan Berujung Ngasuh Anak
03. Rumor
04. Berkesan
05. Perasaan Aneh
06. Mau Menjadi Istri Saya?
07. Pinangan
08. Kangmas
09. Seorang Garwa
10. Apa boleh?
11. Sangat Diterima
12. Sudah Bersih?
13. Tanggung Jawab Diaejng
14. Kue Lemper Yang Manis
15. Boleh Lagi?
17. Mau Berenang?
18. Sendang dengan Suasa panasnya
19. Permintaan
20. Makan Malam Keluarga
21. Lelah?
22. Kangmas Pergi, Saya juga pergi
23. Tinggal dirumah Ibu
24. Kepuasan Ego?
25. Wanita siapa?
26. Siap yang sakit siapa yang dimanja

16. Malam Larut

15.2K 928 239
Autorstwa Neo_Ka

Malam penduduk!

Sekarang jadwal up cerita Kangmas Harsya udh teratur ya, 2 kali dalam seminggu.

Jadi Ka Neo mohon banget kalian juga harus hargai penulis ya, dengan cara vote dan komen🙏

Targetnya:

100k vote & 200 komen

Ka Neo mohon tembusin ya? Biar imbang keliatannya, komen semangat Ke Neo gak papa kok🙏

Ka Neo yakin tembus, 3k lebih pembaca masa yg vote cuman 500 sekian, ayo bantu Ka Neo ya buat vote cerita ini🙏

Ka Neo juga gak bakal ingkar janji, bakal up sesuai jadwal, ya itu Selasa& Jum'at.

Terimakasih penduduk🙏

oOo

Suara desahan serta geraman dari sang lelaki terdengar malam itu.

Ranjang yang berderit serta kilasan kulit yang berpeluh terpancar di malam itu dengan suasananya panas dengan pencahayaan yang remang-remang.

Semakin membuat hasrat dan gairah yang hadir datang  makin panas diantara dua insan yang sedang bergumul di atas ranjang, walaupun malam sudah larut dengan hawanya yang dingin, namun itu tidak membuat keduanya ingin berhenti.

Malah ingin tetap berlanjut dalam sebuah kenikmatan yang mereka geruk bersama dalam sebuah peluk bersama.

"K-kangmas." Sang garwa yang berada di bawah tubuh sang lelaki ingin bicara sambil menaruh tangannya di pundak lelaki itu, Ndoro Harsya mendengar walaupun panggilan itu bernada kecil. "Hmm?" Dan lelaki itu menjawab lewat gumaman.

Sekarang sudah terlalu sulit untuk Ndoro Harsya bicara panjang lebar, ketika tubuhnya bergerak dengan sangat cepat untuk mencapai satu titik kepuasan dan kenikmatan dalam sebuah pelepasan.

Bau tubuh sang garwa yang menguarkan bau melati sudah cukup membuat Ndoro Harsya merasa hilang kendali, tambah lagi mendengar suara desahannya yang benar semakin tidak bisa membuat Ndoro Harsya berhenti.

Semua itu terlalu memabukan hingga Ndoro Harsya sendiri sangat enggan untuk berhenti, kalau saja tidak menyadari sang garwa sudah kelelahan lelaki itu benar tidak ingin berhenti.

Pinggul feminim sang garwa dipegang di kedua sisinya dengan sangat erat, suara keras desahan terakhir ketika sebuah hentakan diterima sang garwa, juga wajah sang Ndoro yang berada di leher Gayatri mengecup basah disana sebagi penutup akhir acara mencampuri pasangannya.

Rasa puas serta penuh dengan rasa nikmat mmebuat keduanya sama-sama diam namun dengan nafas yang sama-sama tidak beraturan, rasa hangat di perut Gayatri mmebuat gadis itu tersenyum sambil membalas pelukan sang suami.

Walaupun jujur masih ada rasa sakit yang diterima oleh Gayatri tapi itu tidak membuat rasa yang baru disukai oleh wanita itu hilang, malah sangat candu ingin mengulang untuk kesekian kalinya.

"Terimakasih Nimas, maaf menganggu waktu istirahat kamu." Sebuah kecupan di bibir Gayatri menjadi terakhir sentuhan sang Ndoro, lelaki itu beranjak dari atas tubuh sang garwa karena tidak ingin membuat garwanya merasa berat dengan tubuhnya.

Lelaki itu turun dari ranjang mengambil sebuah kain untuk diberikan pada sang garwa yag terbaring dengan lelah, sedangkan lelaki itu memakai kembali celana pendeknya yang berada di bawah ranjang. "Bisa memakainya? Atau mau pakai baju lain saja?"

Tawaran sang Ndoro dibalas gelengan kepala oleh Gayatri dengan senyum malunya, wanita itu memakai sendiri kain jarik yang diberikan sang suami setelah melihat Ndoro Harsya masuk ke dalam kamar mandi, gadis itu merasa senang bukan main.

Ucapan serta sentuhan sang suami sangat disukai olehnya yang baru pertama kali meraskannya, begitu nikmat dan menyenangkan saat hanya bukan tentang nafsu namun juga tentang sebuah rasa yang ditunjukan ole Ndoro Harsya yang  ditunjukan padanya saja.

Sambil menormalkan tubuh dan nafasnya, gadis itu duduk dipinggiran ranjang yang kelambunya sudah dibuka oleh Ndoro Harsya sebagian, melirik pada jam yang menunjukan angka satu, astaga selama itu mereka bermain?

"Nimas." Sebuah panggilan sayag yang dirinya terima hanya dari Ndoro Harsya, membuat wanita itu menoleh  dengan pandangan tanda tanya, suaminya itu mendekat sambil membawa sesuatu di tangannya yang terkepal juga membawa air putih yang memang sekarang sangat dibutuhkan oleh Gayatri selepas bercampur dengan sang suami.

"Minum ini mau?" Kening Gayatri mengerut melihat satu pil yang disodorkan padanya. "Ini apa Kangmas?" Walaupun dalam kondisi yang remang-remang tapi tidak membuat Gayatri kesulitan menatap sang suami sekarag.

"Pil pencegah kehamilan, kamu sedang masa subur jadi sangat beresiko-"

Gayatri berdiri dengan perasaan kecewa serta marah, kedua tangannya terkepal sambil ingin keluar dari kamar sang Ndoro, perasaanya sudah terluka ketika sang suami menyodorkan pil itu.

Maksudnya apa? Lelaki itu tidak ingin mempunyai anak dengan dirinya sampai harus memberikan pil setelah mereka berdua sama-sama bergaul diranjang yang bahkan belum terasa dingin sama sekali, ah rasanya air mata Gayatri tidak bisa menerima hal itu.

"Nimas, tunggu-"

Prang!

Gelas yang dipegang sang Ndoro terjatuh ketika tangannya ditepis kasar oleh sang garwa, gelas itu pecah dengan airnya yang tumpah kemana-mana, nafas sang garwa bisa dilihat sangat cepat terhembus menunjukan rasa kesal yang bisa diterima oleh sang Ndoro.

"Kenapa? Kangmas mau maksa aku minum  pil itu, supaya aku gak hamil iya?! Supaya gak usah punya anak sama aku dan Kangmas bisa nikmati tubuhku sepuasnya iya gitu?!" Suara Gayatri terdengar keras walaupun tubuhnya sangat lelah, wanita itu menatap sang suami dengan sangat berapi-api.

Emosi wanita itu bisa ditahan lagi ketika pikirannya mendadak kacau hanya sebuah pil, yang menurutnya itu sangat melukai perasaanya.

Benar sangat melukai perasaanya? Kalau tidak untuk apa lelaki itu memberikan pil pencegah kehamilan setelah mereka berhubungan badan? Rasa segan yang kemarin masih berada di pikiran sang garwa kini hilang, bahkan wanita itu berani menatap sang Ndoro yang sudah mulai juga sedikit terusik dengan nada keras sang garwa.

"Pelankan suaramu Nimas, saya tidak suka perempuan bernada keras sekalipun sedang marah, saya punya alasan dengarkan dulu." Mendengar ucapan sang Ndoro yang nadanya kelewat datar, wanita itu makin berang ditempat, tapi walaupun begitu wanita itu tetap menahan diri untuk tidak kembali berteriak.

Hatinya sakit bukan main sekarang, dia kira Ndoro Harsya sudah bisa menerima dirinya dengan sepenuh hati, bukan hanya berpikir kalau dirinya adalah pemuas nafsu yang berkedok seorang istri saja, tapi lelaki itu mematahkan semuanya di jam 1 dini hari ini.

Gayatri jadi berpikir kalau sikap manis dan terkesan patuh sang Ndoro sejak pertama mereka memutuskan menikah, itu hanyalah sebuah kebohongan yang sengaja ditunjukkan hanya untuk mendapatkan tubuh dan keperawanannya saja.

Alis pria itu mengerut. "Kamu berpikir terlalu jauh Nimas, saya hanya tidak ingin kamu repot diusia kamu sekarang hanya karena seorang anak, tidak. Bukan saya tidak percaya kamu bisa mengasuh anak saya sangat percaya melihat kamu mengasuh Arina dan Sena, tapi saya memikirkan kamu lagi, apa kamu tidak akan kerepotan mengurus bayi dalam waktu dekat di usia Sena yang masih balita begitu? Bukan saya tidak ingin punya anak dengan kamu, saya lebih dari mampu untuk membuahi kamu kapanpun saya mau, saya juga sangat menginginkan anak itu, tapi kembali saya pikirkan kamu. Saya takut membuat kamu repot mengurus anak-anak di waktu yang sedekat itu, karena bagaimanapun kamu akan lebih repot dari pada saya untuk mengurus mereka."

Mendengar alasan itu memang terdengar masuk akal, iya Gayatri belum terpikir kesana, bagaimanapun posisi dirinya adalah seorang Ibu sekarang, jelas harus mempunyai banyak waktu untuk bersantai lagi setelah sibuk seharian mengurus anak, tambah mungkin dengan kedatangan anggota baru alias bayi dari dalam perutnya, semua pasti akan tetap berubah pasti dirinya akan kerepotan sendiri.

Tapi tunggu, Apa Ndoro Harsya tidak ingin merawat anak mereka dengan mengatakan kalau hanya Gayatri yang akan sibuk mengurus anak?

"Ck! Nimas, saya sudah bilang kamu berpikir terlalu juah!" Gadis itu sedikit terkejut mendengar ucapan sang Ndoro yang sedikit keras, terlalu banyak berpikir dalam kepalanya sampai Gayatri tidak sadar dengan keadaan sekarang. "Dengar."

Kedua bahu telanjang sang garwa dipegang dengan erat, memaksa untuk mereka berhadapan menatap satu sama lain dalam jarak waktu yang sangat dekat ini, walaupun dalam kondisi remang namun tetap mereka bisa melihat satu sama lain.

"Jangan berpikir macam-macam, saya sudah katakan saya mau anak itu anak bersama kamu, namun bukan saya tidak akan bertanggung jawab dengan menyerahkan semua pada kamu tidak sama sekali, saya pasti akan ikut mengurus saya tapi tidak sebaik kamu Nimas, kamu nyonya rumah ini jelas semua urusan rumah kamu yang pegang, saya tidak akan ikut campur karena sudah ada nyonya disini, semua dirumah ini milik kamu dan tanggung jawab kamu, karena itu saya akan sibuk diluar, tapi bukan lepas tangan setelah membuahi kamu, tidak seperti pikiran kamu sekarang, tolong jangan berpikir saya sejahat itu, saya sedikit tersinggung dengan hal itu."

Ndoro Harsya berkata dengan sangat lembut, menunjukan kebesaran hatinya pada sang garwa, jari-jarinya mengelus bahu telanjang sang garwa yang sekarang tengah menunduk enggan menatapnya.

Yang tadi menatapnya dengan sangat berapi-rapi sekarang malah seperti kucing yang sedang takut karena habis dimarahi sang majikan, demi apapaun Ndoro Harsya melihatnya sangat menggemaskan dimatanya.

Ndoro Harsya mencoba untuk memaklumi tingkah sang garwa tadi, karena tidak ingin membuat keributan tambah panjang, karena mungkin saja tadi itu adalah kesalahannya juga, terlalu tiba-tiba dan malah lansung memberikan tanpa adanya penjelasan, jelas sang garwa berpikir aneh-aneh, jadi dengan hembusan nafas yang kecil Ndoro Harsya mengambil kedua tangan sang garwa dan mengenggamnya dengan sangat hangat.

"Jadi maafkan saya kalau sangat menyinggung kamu, seharusnya saya bicarakan dulu bukan langsung seperti tadi, tapi Nimas kalau kamu tetap menolak untuk meminum pil dan ingin punya anak segera, saya tidak keberatan. Agar kamu tidak terlalu repot nantinya saya masih mampu untuk menyewakan pekerja untuk membantu kamu mengurusanak-anak, hmm bagaimana?" Tawaran dari Ndoro Harsya membuat Gayatri lansung mendongak dan menggeleng dengan panik.

Maksudnya bukan begitu juga, jangan sampai menambah pekerja karena melihat rumah sang suami, sudah ada 3 pembantu dan 1 pengurus kebun serta 1 penjaga di depan gerbang sana, itu sudah sangat banyak bagi orang yang ukurannya hidup di kampung.

Tapi gadis itu tidak jadi heran karena ini sang Ndoro, Ndoro Harsya yang banyak disegani orang dengan posisinya yang sangat tinggi, seorang pria jawa yang menjadi panutan semua orang, yang masih memiliki hubungan dengan keluara keraton, jelas harus se-istimewa itu.

"Enggak usah, maaf tadi udah teriak, mana pil tad—ssshh." Gayatri yang tadinya ingin melangkah maju untuk mencari pil yang disodorkan sang suami, meringis hingga ditahan oleh sang Ndoro agar tidak terjatuh.

"Astaga, Nimas. Kaki kamu luka." Lelaki itu panik bukan main melihat luka gores di kaki sang garwa yang sudah banyak darahnya, pecahan gelas yang dilempar tadi ternyata serpihannya terkena pada kaki Gayatri.

Wanita itu tidak menjawab, hanya meringis dan pasrah saja ketika tubuhnya di angkat oleh sang Ndoro untuk di gendong menuju ranjang, decakan khawatir lelaki itu terdengar.

Merasa bersalah karena kaki sang garwa bisa terluka padahal sedang bersama dengannya, rasa bersalah sang Ndoro tiba-tiba hadir dan menyalahkan diri sendiri, walaupun itu murni bakanlah kesalahan dirinya.

Siapa yang akan tau kalau kaki sang garwa akan tekluka? Tidak ada.

"Diam sebentar, saya ambil obat dulu." Gayatri tidak menjawab hanya menunduk dia sambil memainkan jari-jarinya dengan gugup, merasa ceroboh karena ulahnya kakinya juga terluka dan membuat kekacauan dikamar sang Ndoro.

Lihatlah pecahan gelas yang sangat berserakan itu, basah dan juga berbahaya tentunya. Itu semua kesalahannya yang sangat tidak bisa menahan diri untuk tidak kesal, andai dirinya mau mendengarkan dulu dari pada memberontak ingin keluar kamar, mungkin hal itu tidak akan terjadi.

"Kangmas jangan—"

"Diam Nimas, kamu tidak ingin melihat kemarahan saya 'kan? Saya sudah cukup kesal melihat kaki kamu terluka saat bersama dengan saya dan dikamar saya sendiri, jadi tolong kali ini menurut." Wanita itu tidak jadi untuk melanjutkan ucapannya ketika mendengar ucapan sang Ndoro.

Hanya saja dirinya merasa tidak nyaman karena lelaki itu duduk dibawah ranjang dan mengambil kakinya untuk diobati, rasanya sedikit kurang ajar dan seharusnya tidak begitu, tapi apa dirinya bisa memaksa menolak?

Tentu tidak, penolakannya tadi saja sudah dibalas dengan nada tajam, Gayatri jadi tidak ingin membuat kekacauan lagi sekarang, memilih menurut itu lebih baik dalam waktu sekarang.

"Ck! Lukanya sedikit dalam, tahan ya walaupun perih, remas apa saja yang membuat kamu lebih baik, tahan Nimas." Rasa perih dirasakan oleh wanita itu ketika sang suami menuangkan obat, reflek tangannya meremas sprei kasur yang sudah berantakan, benar ternyata luka itu cukup dalam dirasakan.

Walaupun syukurnya lukanya berada di atas punggung kakinya, jadi mungkin tidak akan memperngaruhi dirinya untuk berjalan.

Ndoro Harsya sangat fokus saat mengobati kaki sang garwa, tapi kemudian lelaki itu mendongak menatap dalam sang garwa ketika sudah dirasa selesai membalutkan kasa, Gayatri yang ditatap begitu tidak bisa untuk tidak salah tingkah.

Sedangkan nafas sang Ndoro sudah tidak beraturan ketika menyadari kamarnya tercium bau melati yang sangat khas, ditatapnya sang garwa yang masih hanya menggunakan kain usai bersama dirinya tadi, peluh serta kilasan kulit basah sang garwa sangat terlihat dibawah cahaya lampu malam.

Jakunnya begerak sangat intes dengan tangannya yang terkepal, bau melati yang dikeluarkan dari tubuh sang garwa sangat  membuat Ndoro Harsya tidak bisa menahan hasratnya, untuk kesekian kalinya lelaki itu mengaku kalah hanya karena aroma sang garwa yang begitu memikat.

Bahkan tercium pekat di kamarnya sekarang, tapi sangat tidak mungkin untuk lelaki itu meminta lagi untuk mencampuri sang garwa ketika mereka baru selesai melakukannya, bahkan belum berbenah diri dan dengan keadaan kaki sang garwa yang terluka, itu sangat tidak mungkin!

Jadi lelaki itu sangat mencoba untuk meredam hasrat lelakinya yang datang tanpa diminta, bau harum pekat melati dari tubuh sang garwa apalagi melihat wanita hanya memaki kain jarik untuk menutupi tubuh polosnya, dengan buah dada yang sangat ingin menonjol keluar yakin Ndoro Harsya tidak tertarik?

Tapi kembali lagi, lelaki itu tidak ingin membuat sang garwa sampai pingsang karena ulahnya.

"Nimas lebih baik istiraha-"

Brak!

Keduanya menoleh secara bersamaan menuju pintu ketika mendengar sesuatu yang terjatuh sangat keras, lalu jendela kamar mereka yang masih sangat kuno ala jawa terbuka lebar dengan hembusan angin yang sangat kuat, bahkan sampai memadamkan lilin aroma terapi yang sang garwa hidupkan, cahaya bulan juga sangat bersinar dengan sangat cerah malam itu.

Reflek wanita itu mencengkram lengan sang suami dengan sangat erat, merasa aneh kenapa bisa terbuka seperti itu dengan suara barang jatuh yang terdengar sangat keras, Gayatri tidak bisa untuk tidak takut, apa maling?

Ndoro Harsya yang tadinya fokus dengan menatap keluar jendela yang terbuka, kini menatap sang garwa yang terlihat sangat ketakutan, secara lembut lelaki yang sedang berdiri di depan sang garwa yang sedang duduk di ranjang itu, mengelus lembut kepala Gayatri dengan menunjukan perasaan menenangkannya.

Gayatri mendongak menyadari usapan lembut itu, matanya bisa lansung menatap dalam ke mata sang Ndoro yang sangat lembut dirasa. "Jangan takut, ada saya. Tidak akan ada apa-apa saya janji."

Walaupun dengan perasaan yang sangat ragu tapi Gayatri mencoba untuk percaya, wanita itu menangguk dengan pelan sambil tangannya terangkat memeluk pinggang dan menaruh wajahnya di perut telanjang sang suami, sang Ndoro sedikit terkejut melihat itu namun senyum kecil di wajahnya muncul dengan terus mengelus rambut sang garwa dengan lembut.

Ketakutan itu bisa dirasakan oleh Ndoro Harsya sendiri, melihat sang garwa sekarang rasanya lelaki itu merasakan perasaaan yang lain, seakan menjadi sosok pelindung yang sangat dibutuhkan, perasaanya menghangat mendapat pelukan dengan rasa takut itu.

Tidak mau bohong lelaki itu merasa senang bukan main, perasaan asing itu baru Ndoro Harsya rasakan dan rasanya hanya bersama dengan Gayatri saja.

Kalian tau? Hanya karena sebuah pelukan yang entah kenapa mengartikan kalau Ndoro Harsya sosok yang sangat dibutuhkan, nafsu yang tadinya menyelemuti pria itu kini menghilang entah kemana, tergantikan perasaan yang sangat hangat dirasa.

"Gak papa, mandi besok subuh saja ya? Jangan sekarang sudah malam, ayo ke ranjang istirahat tidur, kamu pasti lelah Nimas." Pundak sang garwa di dorong pelan oleh Ndoro Harsya agar melepas pelukan dan berbaring.

Walaupun masih sedikit takut Gayatri menurut dengan menarik tangan sang suami, dengan nada pelan garwa itu berbicara. "Sama Kangmas ayo."

Mendengarnya Ndoro Harsya tersenyum kecil dan mengangguk. "Iya, tapi sebentar saya tutup jendela dulu, ternyata dingin malam ini." Angin yang terus berhembus memang menghasilkan rasa dingin yang sangat dirasakan oleh sepasang suami istri itu.

Mereka yang masih belum memakai pakaian normal jelas sedikit merasa sedikit kedinginan, angin di jam 1 malam cukup membuat mereka berdua menggigil karena hawanya yang sangat dingin.

Setelah menutup jendela yang terbuka entah karena apa, dan juga lelaki itu yang juga sedikit cukup lama menatap keluar jendela, sampai akhirnya Ndoro Harsya menutup jendelanya dan melangkah menuju ranjang berkelambunya, menghampiri sang garwa yang memang sudah menunggunya.

Senyum sang Ndoro terbit ketika lelaki itu sudah merangkak di ranjang untuk mendekat pada Gayatari, memperbaiki kelambunya agar turun menutup di setiap sisi, jujur Gayatri sangat suka melihatnya.

Kelambu itu bewarna putih transparan namun juga di lapisi kain tipis bewarna krem jadi tidak terlalu membuat gelap, pencahayaan yang masih temaram serta lilin yang aromanya di sukai Gayu garwanya, sudah Ndoro Harsya hidupkan kembali.

Lalu lelaki itu merebahkan badannya dan meminta sang garwa untuk tidur di lengannya, Gayatri tidak menolak, wanita itu lansung mendekat sambil memeluk sang Ndoro yang sekalipun sudah berkeringat tapi aromanya tetap memabukan, Gayatri sangat menyukainya.

Suasana ala jawa begini baru Gayatri rasakan ketika sudah menjadi istri dari sang Ndoro, dan rasanya benar-benar berbeda.

"Besok hari selasa, kamu siapkan diri untuk mandi disendang ya Nimas, sepertinya aroma tubuh kamu sudah sedikit memudar."  Gayatri mengangguk saja karena kantuk yang sudah menyerang, tidak butuh waktu lama untuk Gayatri terlelap ketika tubuhnya dalam kondisi yang sangat lelah.

Habis bertempur dengan sang suami yang gagah perkasa, jelas tubuh wanita itu rasanya pegal bukan main, apalagi mereka melakukannya cukup memakan waktu yang lama, karena Ndoro Harsya yang sungguh enggan berhenti.

Kalau saja Gayatri tidak mengaku lelah dan mengantuk mungkin Ndoro nakal itu akan tetap melanjutkan kegiatannya.

Harap maklum saja  mengduda sudah lama, jelas semua hasratnya di tumpuk dan sekarang semua tersalurkan di garwa mudanya, tenaganya seolah tidak pernah padam!

Namun walaupun begitu Ndoro Harsya juga ikut lelah bukan main, mencampuri sang garwa ternyata menguras banyak energinya, lelaki itu ikut terlelap dengan memeluk sang garwa.

Mengabaikan suara keras yang terdengar dari luar kamar mereka tadi.

Sudahlah bisa diurus besok pagi.

oOo

"Kangmas."

Sebenarnya Ndoro Harsya ingin marah karena merasa tidurnya sangat diganggu, tubuhnya diguncang dengan elusan dikepalanya, suara lembut namun terdengar khawatir membuat mata lekaki itu mau tidak mau terbuka.

Wajah segar sang garwa lansung terlihat, ah rasanya Ndoro Harsya ingin berteriak kesal kalau saja tidak ingat Gayatri adalah garwanya.

Lagia untuk apa sepagi ini ribut? Padahal Ndoro Harsya sudah bilang kalau hari Selasa dan Jummat adalah hari libur sang Ndoro, jadi setelah sholat subuh lelaki iti pasti akan mengistirahatkan tubuhnya.

Apalagi sekarang, ketika rasa lelah itu menumpuk entah kenapa, sehari dan semalam dirinya mencampuri sang istri, tenaganya habis bukan main, padahal dulu tidak begitu.

Namun dengan Gayatri seolah setiap gerakannya penuh dengan tenaga yang sangat dalam, sangat menguras energinya.

"Kenapa Nimas? Ini masih pagi, saya masih ngantuk." Lelaki itu ingin menutup wajahnya dengan selimut, sayangnya tidak jadi karena keburu ditahan oleh sang garwa. "Kangmas bangun dulu, ada hal penting."

Gayatri sebenarnya cukup sedikit kesal membangunkan sang suami yang entah kenapa bisa selama ini, biasanya hanya sekali dibangunkan sang lelaki akan cepat  bangun, tapi sekarang? Susahnya bukan main.

"Kangmas." Gemas tidak cepat bangun, wanita itu menunduk dan mencapit hidung Ndoro Harsya agar tidak bernafas dan merasa terganggu lalu bangun.

Tapi lelaki itu tetap dengan santainya dan mata yang tertutup membiarkan saja, toh masih bisa bernafas lewat mulut, Ndoro Harsya sudah biasa melakukan hal itu.

"Ais Kangmas ya." Kepalang gemas wanita itu lansung mengingit rahang Ndoro Harsya yang membuat lelaki itu mengerang kecil namun tidak mendorong sang garwa walaupun sedikit ngilu, hanya melirik Gayatri dengan suaranya yang kecil.

"Akh, udah Nimas ini ngilu." Mendengar itu Gayatri menjauhkan wajahnya dengan wajah galak, Ndoro Harsya bisa merasakannya. "Masih mau tidur lagi?!" Pertanyaan galak sang garwa dibalas tawa oleh Ndoro Harsya 

Karena bukannya menyeramkan malah terlihat sangat menggemaskan di mata lelaki itu!

"Ih malah ketawa, ayo Kangmas bangunn di luar ada tamu itu loh, nyari Kangmas." Lengan sang Ndoro di goyangkan oleh Gayatri dengan sangat memelas, Ndoro Harsya yang melihatnya sangat puas melihat.

"Siapa hmm? Saya sudah menitipkan pesan pada Yu Isma dan Ni Manika agar mereka yang mengurus kalau ada tamu datang ketika saya sedang istirahat, tapi ini kenapa kamu malah membangunkan saya?" Walaupun masih terkesan sangat malas namun Ndoro Harsya tetap menanggapi ucapan sang garwa.

Membuka mata dengan posisi rebahannya yang santai, malasn namun tetap merespon sang garwa.

"Aku gak tau siapa, tapi orangnya rapi banget kayak tampilannya Kanjeng Gusti dari keraton itu, Kangmas bahkan dia nyapa lansung aku yang lagi nemenin Sena." Mendengarnya Ndoro Harsya tidak bisa untuk tidak mengerutkan alisnya, kini rasa malas itu tergantikan dengan rasa penasaran dan sedikit tidak nyaman.

Lelaki itu bangun sedikit untuk menyandarkan tubuhnya pada kepala renjang, matanya bisa melihat wajah panik serta mungkin takut? Dari sang garwa.

"Yang datang Kanjeng Gusti Prabu?" Pria itu memastikan dan gelengan kepala dengan wajah memelas di dapat Ndoro Harsya dari sang garwa, pria itu makin merasa tidak nyaman. "Ini orangnya lebih muda, kayaknya seumuran sama adik Kangmas tapi versi cowoknya."

Perasaan pria itu makin resah mendengar penuturan sang garwa, laki-laki yang seumuran dengan adiknya? Muda namun juga memakai pakaian rapi ala orang keraton yang kata Gayatari adalah mirip dengan Kanjeng Gusti Prabu.

Apa dugaannya benar?

"Kangmas ayo temuin dulu dianya, aku gak nyaman kalau harus aku yang nemuin, dia gak mau ditemuin sama Ni Manika atau Yu Isma, katanya bukan kastanya kalau orang penting kayak dia malah abdi dhalem yang nemuin, dia minta tuan rumah yaitu Kangmas atau enggak aku katanya buat ngejamu dia." Mendengarnya wajah Ndoro Harsya datar bukan main.

Dari cara perlakuan serta sifatnya yang tidak sopan dengan membagakan dirinya, sepertinya Ndoro Harsya tau siapa yang sedang bertamu.

Lalu pria itu kembali menoleh pada sang garwa dengan senyum manisnya dan tatapan lembut. "Iya biar saya yang temuin, kamu tolong siapkan baju saya ya." Mendengarnya Gayatri mengangguk dengan wajah sangat girang, senang bukan main karena dirinya tidak perlu repot bertemu dengan pria muda itu lagi.

Karena rasanya tidak nyaman mendapat tatapan yang rasanya kurang sopan untuk dirinya yang sudah bersuami seperti dirinya, Gayatri tidak suka tatapan itu!

Dan Ndoro Harsya bisa melihatnya, kalau sang garwa terlihat tidak nyaman dengan tamu yang sedang berkunjung, jadi mau tidak mau harus pria itu sendiri yang menemui.

Tapi walaupun belum keluar tapi Ndoro Harsya tau siapa yang datang, berdoa saja supaya lelaki muda di sana tidak memancing emosinya dijam yang masih sangat pagi ini.

Karena benar kalau bukan Gayatri garwanya yang meminta, lelaki itu rasanya tidak ingin turun dari ranjang karena malas namun juga tubuhnya yang sangat lelah.

Namun tidak pilihan lain selain menemui sang tamu ketika garwanya saja enggan untuk menemani.

Pasti ada yang tidak beres!

~Bersambung~

Untuk Part dewasanya tidak ada di Wp, hanya di Karyakarsa dengan label (21+)

Ini udh baik loh Ka Neo spiil dikit mereka diranjang🤭

Sampai jumpa Jum'at depan! Ayo tembusin, kalau gak tembus Ka Neo undur upnya

Ini Part selanjutnya👇

Pstttt! Di Karyakarsa udh 20 Part loh, dan 1 Part spesial Malam pertama Gayatri dan Ndoro Harsya

Ayo mampir😁

Salam Sayang💋
Neo Ka🪶

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

261K 14.7K 19
WARNING! INI CERITA DENGAN RATING 18+ MESKI TIDAK ADA ADEGAN SHH SHH SHH. INI TENTANG PERNIKAHAN SOALNYA. Ini kisah tentang perjalanan pernikahan Ra...
390K 59.5K 31
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
1.4M 112K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
462K 20.5K 13
Hanya kisah sederhana di mana Juan yang harus menikahi anak temannya yang baru berusia 15 tahun. Juan sang playboy dihadapkan dengan pilihan sulit...