Ini Gayatri, Istri Kangmas [2...

By Neo_Ka

382K 22.1K 1.8K

Story Kedua Neo Ka🐰 Duda Series Pertama By: Neo Ka Gayatri Mandanu itu ingin hidup simpel, tidak ingin terla... More

Prolog
01. Alat hisap nutrisi
02. Kondangan Berujung Ngasuh Anak
03. Rumor
04. Berkesan
05. Perasaan Aneh
06. Mau Menjadi Istri Saya?
07. Pinangan
08. Kangmas
09. Seorang Garwa
10. Apa boleh?
11. Sangat Diterima
12. Sudah Bersih?
14. Kue Lemper Yang Manis
15. Boleh Lagi?
16. Malam Larut
17. Mau Berenang?
18. Sendang dengan Suasa panasnya
19. Permintaan
20. Makan Malam Keluarga
21. Lelah?
22. Kangmas Pergi, Saya juga pergi
23. Tinggal dirumah Ibu
24. Kepuasan Ego?
25. Wanita siapa?
26. Siap yang sakit siapa yang dimanja

13. Tanggung Jawab Diaejng

17.9K 964 44
By Neo_Ka

Yang merasa terbebani sama vote dan merasa ada tekanan morak dari Ka Neo.

Maaf ya, Ka Neo cuman mau puasin ekspetasi Ka Neo sebagai penulis aja gak lebih🙏

Dan buat kamu yang kemrin katanya kena tekanan moral karena target vote dan Ka Neo yang kesannya ngemis vote dan buat kamu risih, selamat kamu berhasil buat saya terkena Writer Block😌

Jadi Hiatus dulu ya, terimakasih yang sudah mendukung😋🫶

Sahur ditemenin Ndoro Harsya nih😋🫶

Selamat membaca🫶

oOo

Mata lelaki terbuka saat telinganya mendengar suara ketukan serta panggilan namanya, lelaki itu menghela nafas dengan kasar, merasa terganggu.

Dirinya masih ingin istrahat namun dengan sangat terpaksa harus bangun, tidak bisa mengabaikan ketukan yang terdengar ragu dan takut itu, Ndoro Harsya ingin bangun dari tidurnya namun tertahan saat lengannya terasa tertahan karena adanya kepala lain.

Senyum Ndoro Harsya mengembang ketika mengingat kejadian tadi bersama sang garwa, sekarang Gayatri benar-benar terlihat sangat kelelahan dengan tidur nyaman di bantalan lengan sang suami.

Secara perlahan Ndoro Harsya memindahkannya dan mencium kening sang garwa yang memang benar sudah sangat resmi menjadi garwanya seutuhnya, tidak menyangka dirinya mendapat hal yang begitu istemewa dari sang garwa.

Benar-benar luarbiasa, hal yang tidak mungkin terlupakan oleh Ndoro Harsya.

"Maaf saya tinggal Nimas." Ndoro Harsya berbisik dengan pelan sambil memperbaiki selimut yang sedikit tersingkap, sebelum benar turun lelaki itu mengelus rambut sang garwa dan mencium ujung bibir serta bahu yang terbuka menampilkan kulit putih yang tarawat.

Lelaki itu melirik pada jam dinding kuno di kamarnya, sudah menunjukan angka setengah dua belas, lelaki itu tertawa kecil karena menghabiskan dua jam setengah untuk menikmati momen bersama dengan sang garwa yang tidak mudah dilupakan.

Setelah berganti baju dan mencuci apa yang harus dicuci, Ndoro Harsya membuka pintu kamarnya yang di sana ada Yu Isma dengan wajah takutnya, melihat sang Ndoro keluar kamar karena ketukan pintunya, sang abdi dhalem itu lansung mundur sedikit dan menangkup kedua tangannya di depan hidung sambil menunduk tidak berani menatap sang Ndoro.

"Nyuwun pangapunten Ndoro, saya lancang menggangu waktunya." Ndoro Harsya bisa melihat ketakutan serta rasa segan yang ada di wajah sang abdi.

"Ada apa Yu? Kenapa sampai melupakan aturan saat saya sedang istirahat?" Mendengar nada tajam sang Ndoro, Yu Isma sadar dirinya menganggu di waktu yang tidak tepat, wanita itu makin menunduk dengan sangat segan.

"Ngapunten Ndoro, saya disuruh Ndoro Jenar untuk menyampaikan pesan, kalau Ndoro Harsya disuruh ke kediamannya Ndoro Haryo dan Ndoro Jenar, di jam saat ini juga, ada hal penting yang harus dibahas katanya Ndoro." Yu Isma benar sudah keliatan sangat takut dengan sang Ndoro saat ini.

Ndoro Harsya hanya bisa menghelan nafas mendengar itu, masalah apa lagi yaang harus ada dirinya disana? Di jam yang tidak harusnya bertamu seperti sekarang.

"Sena sudah tidur?" Bukannya menjawab Ndoro Harsya malah bertanya tentang hal lain pada sang abdi dhalem, masih dengan posisi yang sama dan tidak berubah sama sekali, Yu Isma mengangguk membenarkaan. "Injih Ndoro, Raden Sena sudah istirahat, kalau Den Putri belum pulang dari sekolahnya." Yu Isma menjawab.

"Saya jalan sekarang, jaga rumah dan pastikan Sena tidak menangis, kalau ada apa-apa lansung berittahu Pak Kasim secepatnya." Yu Isma mengangguk mendengar perintah sang Ndoro, lelaki yang sudah hendak pergi keluar itu lansung berhenti ketika mengingat sesuatu. "Ah satu lagi Yu, tolong jangan ganggu tidur garwa saya, biarkan dia istirahat dan jangan ada yang masuk kamar saya sebelum ada perintah, siapapun yang datang tapi garwa saya belum keluar kamar, Yu Isma tolong urus dulu, mengerti Yu?"

Lagi Yu Isma hanya bisa mengangguk dengan pesan yang diberikan sang Ndoro, melihat bagaimana sikap Ndoro Harsya sekarang, membuat Yu Isma tau kalau mereka sudah menyempurkan sebuah pernikahan.

Yu Isma tersenyum kecil saat membayangkannya.

"Pak kasim, tetap dirumah selama saya tidak ada, mungkin urusan saya sedikit lama nanti." Pak Kasim yang sedang membersihkan kebun halaman depan rumah mengangguk mengerti, dengan hormat lelaki itu berdiri dengan sopan walaupun Ndoro Harsya sudah pergi keluar dengan motornya.

Yu Isma tersenyum kecil entah kenapa dia bahagia melihat sang Ndoro sekarang.

"Yu, kenapa wajah Ndoro Harsya seperti itu? Seperti sedang kesal tidak biasanya." Pak Kasim yang sudah melihat Ndoro Harsya sudah pergi dari sana pun bertanya pada Yu Isma yang berdiri di pintu, Pak Kasim bertanya karena memang sudah sangat hafal betul dengan sikap Ndoro Harsya.

Lelaki yang biasanya selalu terlihat sangat ramah dan jarang menunjukan rasa kesalnya itu kini malah terlihat kesal, seperti ada hal yang kurang mengenakan terjadi pada sang Ndoro.

Mendengar pertanyaan itu Yu Isma kembali menunduk dengan rasa bersalahnya yang sangat kentara. "Itu salahku Kasim, harusnya menunggu Ndoro Harsya bangun sendiri dari pada aku bangunkan seperti tadi, Ndoro Harsya terlihat sangat kesal karena terganggu."

Kejujuran Yu Isma membuat Pak Kasim menggeleng prihatin, ya memang harusnya mereka tidak boleh menganggu istirahat sang Ndoro, apalagi sekarang sudah ada Ndoro Ayu yang menemani istirahat sang Ndoro, jadi harusnya mereka tidak menganggu sama sekali.

Itu jelas sebuah tindakan kurang ajar yang tidak harusnya mereka lakukan pada sang Ndoro.

Berbeda dengan di depan rumah sang Ndoro yang masih dengan pembicaraan hangat, di kamar utama sang Ndoro yang ranjangnya masih terbaring seorang wanita yang sedang telanjang dibawah selimutnya.

Tidurnya yang sangat nyenyak karena rasa lelah membuat Gayatri enggan untuk bangun kalau tidak saja yang menganggu, deringan ponselnya yang sangat keras jelas membuat wanita itu merasa terganggu.

Rasanya benar-benar tidak ingin bangun karena rasa lelahnya, badannya masih sangat lemas dengan tulangnya yang terasa sangat remuk, untuk begerak saja wanita itu malas bukan main.

"Halo." Namun tetap wanita itu tidak bisa mengabaikan ponselnya yang terus berdering di atas nakas samping ranjang milik sang Ndoro yang berkelambu, wanita itu lansung membuka mata saat menyadari apa yang sudah terjadi sebelumnya.

"Halo, kamu dengar gak Nduk apa kata Ibu?" Suara sang Ibu yang terdengar keras membuat wanita itu sadar kalau masih sedang bertelefon, buru-buru Gayatri menjawab dengan nada pelannya.

"Iya Bu, nanti aku kesana sama Kangmas." Setelah menjawab sang Ibu dan panggilan sudah terputus, Gayatri kembali merenung dengan posisi rebahannya yang tidak berubah sejak tadi.

Kejadian bersama dengan sang Ndoro pagi tadi cukup membuat pipi gadis itu memanas, walaupun cukup terasa perih dan akan sulit untuk jalan, setidaknya rasanya tidak terlalu buruk.

Maksudnya Ndoro Harsya berhasil membuat Gayatri terkesan di waktu pertama kalinya wanita itu disentuh, merubah statusnya dari seorang gadis menjadi seorang wanita bersuami, hal itu benar-benar menyenangkan.

Demi Tuhan tidak ada rasa terbesit penyesalan ketika Gayatri menyadari hal yang paling beharga sudah direnggut oleh suaminya sang Ndoro, ah iya Ndoro Harsya?

Gayatri menoleh pada sisi ranjang, baru sadar tidak ada siapapun kecuali dirinya, bukankah setelah mereka melebur bersama mereka berdua memutuskam tidur bersama? Lalu kenapa wanita itu sendiri?

Tapi tempat sisi tidur yang hangat membuat Gaytari paham sang suami mungkin sudah bangun terlebih dahulu, apalagi jam hampir memperlihatkan 12, sudah pasti sang Ndoro harus bangun.

Meninggalkan Gayatri yang benar sangat malas untuk bangun, badannya lemas dan rasanya sudah remuk semua, tenaga suaminya itu cukup besar ternyata, apalagi saat berhasrat seperti tadi.

Gayatri hampir menyerah melayani nafsu sang Ndoro yang mungkin secara besar disalurkan padanya secara lansung, setelah cukup lama ditampung.

Dan itu cukup melelahkan.

"Ahhhs." Benar, rasa perihnya masih sangat terasa di bagian inti tubuhnya ketika Gayatri mencoba untuk bangun, tangan gadis itu reflek menahan selimut serta meremasnya ketika rasa sedikit perih masih terasa.

"Susah, minta bantuan Kangmas? Tapi kayaknya gak ada." Gayatri sadar kalau mungkin Ndoro Harsya tidak ada dirumah, keadaan rumah yang cukup sepi seperti tidak ada suara membuat Gayatri segan.

Dirinya juga sedikit malu kalau memanggil Yu Isma atau Ni Manika, keadaan tubuhnya yang pasti dengan mudahnya mereka tebak telah lepas segel, pasti akan membuat tak nyaman serta malu.

Gayatri masih sadar diri untuk tidak membuat dirinya malu, tapi demi apapun rasanya sangat sakit, benar-benar cukup sulit hanya untuk berjalan saja.

Tapi gadis itu tetap berusha untuk menuju pemandian di kamar sang Ndoro, untungnya tidak harus keluar kamar karena itu jelas akan membuat malu.

"Astaga giman cara nututpinnya coba." Gerutuan itu dari Gayatri yang melihat leher dan dadanya pnuh dengan tanda warna merah, Ndoro Harsya cukup handal juga ternyata untuk membuat tanda seperti itu.

Gayatri harus sampai berpikir keras bagaimana cara menutupinya, pasalnya tanda itu sangat jelas terlihat di lehernya, Gayatri mengaku kurang  yaman dengan hal itu.

Cukup lama membersihkan diri dengan sibuk mencari cara untuk menupinya, akhirnya Gayatri bisa keluar kamar setelah 45 menit menghabiskan waktu di dalam kamar."

"Yu, Kangmas kemana ya? Aku gak liat." Yu Isma yang tengah menyiapkan makan siang sedikit terkejut dengan suara sang Ndoro Ayu, sang abdi dhalem itu berbalik dan membungkuk dengan tanda hormat.

"Siang Ndoro Ayu, Ndoro Harsya ada keperluan di kediaman Ndoro Jenar Ndoro Ayu, ada hal penting yang ingin disampaikan Ndoro Haryo untuk Ndoro Harsya." Yu Isma tetap dalam posisi sopannya, terkadang hal itu membuat Gayatri merasa tidak nyaman.

Bukan karena apa, hanya saja merasa tidak harusnya orang tua seperti Yu Isma sebegitu hormatnya pada dirinya yang masih di bawah umurnya.

Namun Gayatri tidak bisa untuk ptotes karena kurang nyaman juga untuk menyampaikan itu ketika dirnya masih cukup baru di rumah sang Ndoro, biar nanti saja Gayatri akan bicara berdua dengan Ndoro Harsya.

"Yu, tolong masakan aku sup ayam ya? Aku ke kamar Sena dulu." Yu Isma mengangguk dengan patuh, senyumnya tidak bisa disembunyikan mendengar kata 'tolong' yang di sematkan oleh sang Nddoro Ayu, sangat sopan tidak seperti majikannya dulu.

Gayatri itu benar ssangat cocok dengan Ndoro Harsya, sama-sama memiliki sikap ramah tamah yang membuat siapa saja betah bersma mereka.

Syukurnya Ndoro Harsya menikah dengan Gaytari bukan dengan gadis lain, kepribadian gadis itu benar sangat istimewa.

oOo

"Rama mana Mbok?"

Mbok Irma menoleh kala mendengar suara yang sudah ia hafal diluar kepala, perempuan yang sudah berumur itu tersenyum saat melihat Ndoro Harsya datang berkunjung kerumah sang Rama.

Tempat dimana Mbok Irma bekerja.

"Raden." Sapa lembut Mbok Irma pada Ndoro Harsya, lelaki itu tersenyum mendengar sapaan yang dirinya tidak dengar dari oroang lain, hanya Mbok Irma yang masih tetap memanggilnya begitu, ketika gelar Ndoro sudah di dapat olehnya.

"Sehat Mbok?" Yang ditanya mengangguk dengan senyumnya, tangan keriputnya dipegang oleh Ndoro Harsya tanpa jijik, tapi walaupun begitu untuk apa jijik? Orang tua itu yang merawatnya sejak bayi dari sibuknya Ibu kandungnya sendiri.

Itu kenapa Ndoror Harsya sangat patuh serta sangat menurut kalau itu pada Mbok Irma, ke pada yang lain? Jangan harap.

"Raden ayo masuk, sudah ditunggu oleh Ndoro Haryo dan Ndoro Jenar, Kangmas Raden juga ada semua." Alis Ndoro Harsya mengerut mendengarnya untuk apa kedua Kangmasnya ikut berkumpul? Biasanya keduanya sangat jarang untuk ikut dalam hal ini.

"Saya masuk Mbok, istirahat kalau sudah capek." Mobk Irma mengangguk sambil tersenyum, melihat kepergian sang Raden dengan mata yang sangat bangga, anak kecil yang sejak dulu dirinya asuh dan jarang punya teman kini tumbuh dengan sangat baik, bahkan menyandang gelar yang tidak main-main.

"Sudah datang Ngger? Duduk." Diruang keluarga semuanya berkumpul dengan kompak, bahkan adik perempuannya sudah duduk dengan sopan bersama kedua Kangmasnya, rasanya kalau sudah begini ada hal serius yang dibahas antar keluarga.

Ndoro Harsya duduk setelah menyapa denga hormat orang-orang disana, tanpa bicara karena ingin mendengar sang Rama yang akan bicara, dirinya masih cukup kesal karena waktunya sudah diganggu.

Demi apapun sekarang rasanya Ndoro Harsya ingin istirahat sekarang, walaupun agak aneh dengan apa yang terjadi pada dirinya sekarang, tubuhnya itu bisa dikatakan sangat kuat dengan semua hal yang dilakukan oleh fisiknya.

Tapi kali ini entah kenapa lelaki itu merasa sangat lelah setelah melebur bersama dengan sang garwa, seakan semua tenaganya habis terkuras saat melakukan kegiatan menyenangkan itu, padahal dulu bersama dengan wanita lain tidak begini.

"Kamu baik Ngger? Kenapa sangat terlihat lelah sekali dijam segini?" Rama Haryo  bertanya saat melihat raut wajah lelah sang putra ketiga, namun tetap memaksakan datang atas perintahnya.

"Ndak papa Rama, jadi ada perlu apa? Saya tidak bisa lama karena Sena tidak ada yang menemani." Jawan Ndoro Harsya dengan ramah, walaupun benar dirinya sedang dalam kondisi yang sangat lelah.

"Memangnya garwamu itu tidak mengurusnya apa? Kenapa harus tetap kamu yang mengurus Sena, Ngger-Ngger kamu tetep maksa sekalipun Ibu menolak, sampai detik ini pun Ibu masih ndak akan percaya kalau gadis kecil itu bisa mengurus Sena, terutama Arina yang harusada didikan khusus, tapi kamu? Mana ada mendengar Ibu, hanya peduli dengan hal entah apa itu." Ucapan Ndoro Jenar mengusik Ndoro Harsya.

Lelaki itu merasa tidak terima dengan ucapan sang Ibu.

"Gadis kecil yang tidak Ibu percaya itu adalah garwa saya, yang tetap akan jadi Ibu untuk anak-anak saya, saya sudah menuruti kemauan Ibu untuk menikah dalam waktu dekat, lalu masih ada yang salah? Tidak semua kemauan Ibu, ingat pilihan Ibu yang membuat Arina cacat tidak punya Ibu?" Semua orang melihat pada sang Ndoro Harsya.

Sedikit terkejut karena Ndoro Harsya membalas dengan perkataan yang sedikit tajam, tidak biasanya begitu, biasanya Ndoro Harsya akan tetap menjaga perkataanya, termasuk pada sang Ibu yang walaupun sudah mengatur hidupnya dengan sangat ketat.

"Ngger, ingat batasanmu." Peringatan Rama Haryo membuat Ndoro Harsya menatap ke arah lain, wajah muaknya tidak bisa disembunyikan, karena benar entah kenapa sekarang Ndoro Harsya sangat tidak suka dengan perkataan sang Ibu. "Jadi saya dipanggil karena hanya ingin membahas garwa saya? Pantas hanya saya yang dipanggil tidak bersama dengan garwa saya, tau begitu saya tidak akan datang, tidak adil sekali garwa saya tidak datang sedangkan Mbakyu semuanya hadir saat ini."

Mata tajam sang Ndoro Harsya melihat pada Mbakyu-kakak iparnya garwa dari Kangmas-dan hanya garwany saja yang tidak hadir, itu sedikit membuat Ndoro Harsya merasa kesal, maksudnya kenapa harus dibedakan?

Padahal tidak ada yang salah dari garwanya, Gayatri sangat membuktikan dirinya pantas bersanding di samping sang Ndoro, berulang kali sang garwa melakukan hal itu karena ingin merasa pantas walaupun harus banyak merelakan sifatnya dipendam, Ndoro Harsya yang melihatnya sangat bisa menyadari hal itu.

Kalau sang Garwa sangat ingin membuktikan, teringat tadi. Banyak perktaan sang garwa yang sangat membuat Ndoro Harsya berpikir dengan keras.

Gayatri terus berusaha, karena perkataannya yang ingin menyempurnakan sebuah pernikahan, langkah mereka pun masih awal bukan sudah berjalan sekian tahun, bukannya dibimbing malah terus dibedakan.

Berbeda sekali dengan perlakuan pada mantan istrinya dan Gayatri sekarang.

"Ini cuman urusan keluarga pribadi, orang asing ya ndak boleh dengar," Alis sang Ndoro makin terlihat kusut, mendengar ucapan sang Ibu yang benar-benar membuat kesal, maksudnya apa begitu?

"Baik, kalau begitu saya pamit, Gayatri garwa saya, kalau dia di anggap orang asing maka anggap saya juga begitu." Lelaki itu berdiri dengan raut wajah yang sangat serius, rasa kesalnya sudah sangat tidak mampu untuk ditahan, ada perasaan yang terluka saat garwanya dianggap orang asing.

"Cukup! Duduk Harsya." Perkataan Rama membuat mereka kompak menunduk dengan rasa segan, lalu pandangan sang Rama beralih pada sang garwa, Ndoro Jenar yang memang terlihat begitu kesal sekarang. "Kenapa ndak diundang Gayatrinya Bu? Aku menyuruhmu mengundang semuanya agar jelas tidak ada yang tidak mengikuti perintah, tapi sekarang kenapa tidak lengkap?"

Rama Haryo memandang heran pada sang istri, padahal selama ini tidak begini, maksudnya sekarang seperti bukan istrinya saja, terlalu menunjukkan rasa tidak suka walaupun itu pada menantu mereka.

Selama ini memang istrinya itu tidak bisa menahan rasa kesal dengan baik, dibalik sikap anggunnya khas wanita jawa tersimpan baik temperamental yang tidak bisa dikonrol baik oleh Ndoro Jenar, dan selama ini cukup biasa saja tidak parah sperti sekarang.

"Rama mengundang semua, tapi memang mungkin tidak disampaikan dengar benar, Rama mengundang semua bukan karena ingin membahas garwamu, tapi ingin membahas tentang acaran keraton yang meminta adikmu Kinara untuk menjadi salah satu penari utama keraton sana." Saat itu pandangan Ndoro Harsya mendongak dengan raut terkejutnya.

Termasuk semuanya anak sang Rama, Kinara yang saat itu duduk bersama dengan anak pertama Rama Haryo, Kangmas Rasya tangan lelaki itu lansung dipegang erat oleh Kinara, gadis itu jelas merasa taku dengan permintaan itu.

"Saya menolak Rama, Kinara tidak bisa menjadi penari utama keraton, saya sangat tidak setuju dengan hal itu." Ndoro Harsya lansung menunjukan rasa tidak sukanya saat mendengar ucapan sang Ndoro.

Selama ini Ndoro Harsya sangat tau kalau adik perempuannya itu sangat takut terlibat dengan pihak keraton. bukan apa, Karena sudah banyak rumor yang beredar kalau hampir sebagain rumor berkata banyak yang menginginkan Kinara untuk bersama mereka.

Enah bagaimana pandangan orang, tapi keturunan perempuan Rama Haryo memang istimewa hingga banyak diperebutkan, dan selama ini hanya dua perempuan itu, Kinara dan Arina anak Ndoro Harsya. Kedua perempuan itu banyak diperebutkan sedherek dalem untuk bersma dengan mereka, walaupun Kanjeng Gusti Prabu masih tidak menurunkan perintah lansung, tapi mereka semua tau kalau Kanjeng Gusti Prabu pun tertarik dengan anak perempuan dari keluarga Rama Haryo.

"Iya Rama, kenapa harus Diajeng Kinara yang dipilih? Bahkan mereka ataupun kita semua belum pernah sama sekali melihat Diajeng menari." Kangmas Rasya anak pertama  Rama Haryo ikut angkat bicara, merasa tidak terima karena adiknya diminta sebegitu mudahnya.

"Apa yang membuat kalian menolak perintah dari sederek dhalem? Katakan pada Rama apa alasannya." Dengan tenang Rama Haryo bertanya tentang alasan itu.

Lelaki yang sudah berumur itu menatap serius pada anak-anaknya, dibalik sikap tenang serta damainya, banyak pikiran juga yang Rama Haryo simpan sendiri tanpa membagi dengan siapapun.

Dan untuk masalah anak bungsunya sekaligus anak perempuan pertamanya, dia akan tanyakan pada anak lelakinya, ingin melihat bagaimana tanggapan mereka walaupun sudah tau jawabannya akan tetap tidak.

Bukan rahasian lagi, kalau putrannya tidak suka kalau adik mereka ada hubungan dengan pihak keraton, terutama Ndoro Harsya anak ketiganya itu sedikit protektif padang sang Diajeng.

"Kenapa harus ditanyakan? Saya hanya ingin melindungi Diajeng dari pihak yang menginginkannya, kuasa itu memang akan kita dapatkan kalau Diajeng sampai menjadi salah satu dari keluarga keraton, tapi demi Allah saya sangat tidak rela Rama, saya rela meninggalkan gelar saya hanya agar Diajeng Kinara tidak bersama dengan mereka." Perkataan Ndoro Harsya membuat Rama Haryo tersenyum kecil.

Sudah dia tebak apa alasan dibalik penolakan itu, Ndoro Harsya akan tau semuanya.

"Astaga Adimas, bukankah itu adalah satu anugerah? Kenapa harus menolak, selama ini semua orang berlomba agar bisa menjadi keluarga keraton, kita diincar tapi kenapa sok menolak? Bukan mengambil malah membuang kesempatan itu, heran! Pendek sekali pikiranmu."  Kangmas Rasyhid anak kedua Rama Haryo mencibir Ndoro Harsya.

Cara berpikirnya sangat pendek, harusnya mereka melepas Kinara dengan cepat kalau memang sudah banyak yang mengincar, ini malah sok ditahan bahkan sengaja disembunyikan, padahal posisi gelar menuggu mereka duduki bila benar Kinara mau menjadi keluarga Keraton.

"Pendek? Kangmas yang berpikir begitu, dengan membiarkan Kinara untuk ikut menari di acara keraton apalagi penari utama, itu jelas mempermudah para Raden Pangeran menandai Kinara untuk mereka jadikan Garwa Padmi atau Ampeya, saya tidak akan membuat keluarga ini rendah dimata orang dengan membiarkan itu, jangan hanya karena masalah kedudukan yang didamba hingga tidak mau mendengar kalau Diajeng juga sama sekali tidak akan mau." Ndoro Harsya terlihat kesal.

Kangmas keduanya ini benar sangat tamak dengan kedudukan, bahkan rela menukar apapun hanya demi sebuah pangkat di keraton sana, Ndoro Harsya benci dengan hal itu.

"Halah! Kamu berkata begitu karena memang sudah mendapatkan gelar, bahkan garwamu lansung mendapat gelar dihari dia resmi menjadi garwamu, kenapa takut sekali? Takut kami saingi gelarmu itu?" Perkataan tajam dari Kangmasnya itu membuat Ndoro Harsya kesal bukan main.

Dituduh begitu siapa yang kesal? Karena benar kalau boleh memilih Ndoro Harsya tidak ingin gelar itu, sialnya? Malah dirinya yang mendapat amanat lansung dari para susuhunan terdahulu.

"Cukup! Rama mengajak bicara dengan tenang, bukan saling menyerang seperti ini." Rama Haryo yang sudah mulai terusik kini angkat bicara, lelaki itu melihat sang anak perempuan yang benar tidak ingin menginginkan hal itu.

Lelaki itu menghela nafas dengan lelah, cukup sulit menahan posisi sang anak gadis ketika itu dari keraton lansung, posisinya sangat tidak menguntungkan.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi Rama, saya yang akan bertanggung jawab untuk tidak membiarkan Diajeng menjadi penari utama keraton, saya pastikan mereka benar tidak akan bisa memaksa."

Ucapan Ndoro Harsya penuh rasa yakin, bahkan sorot matanya tak gentar sekalipun itu berhadapan dengan sang Rama, soal Diajengnya Ndoro Harsya benar tidak akan lepas tangan, sudah dikatakan kalau Ndoro Harsya berkata itu maka hal itu yang akan terjadi.

Dan Rama Haryo sudah yakin dengan hal itu, putra ketiganya punya kuasa yang mampu bertindak dengan leluasa, tidak sepertinya.

"Baik, Rama serahkan padamau Ngger."

Rasa yakin semua akan beres bila sudah ada ditangan sang Ndoro sangat besar, Rama Haryo tau kalau Ndoro Harsya anaknya benar-benar sangat mampu.

Bahkan kalau mau Kanjeng Gusti Prabu pun tidak akan berkata kalau Ndoro Harsya punya tekad dengan kehendaknya.

Entah kenapa, walaupun tanpa gelar Ndoro Harsya benar-benar mampu menguarkan aura pemimpin layaknya seorang Prabu Raja.

Dan benar kalau tidak akan ada yang mampu menyaingi itu kecuali dengan anak-anaknya kelak, iya hal itu akan cukup sulit dilakukan oleh orang asing.

Jadi tidak usah bermain api dengan Ndoro Harsya kalau tidak ingin merasakan akibat yang fatal.

~Bersambung~

Sebenarnya mau up semalem, tapi lupa maaf, maklum lagi sakit🤧🙏

Jangan lupa vote sayang😋🫶

Part dewasanya ada di Karyakarsa ya, gak di post disini😁🙏

Dan cuman mau bilang, disana udh Part 17😌✊

Part 14 siap di baca, ayo boleh mampir ke sna🤗


Ini Pak Bara dan Renata😋

Ups ada nama Mas Kades👀

Ayo mampir Ka Neo tunggu😋🫶

Salam Sayang💋
Neo Ka🪶

Continue Reading

You'll Also Like

1M 50.5K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
516K 35.7K 44
Lyla tidak berminat menikah. Namun, siapa sangka ia harus terjebak dalam pernikahan dengan sahabatnya sendiri? "You're a jerk, Hanan." "And you're tr...
367K 28.8K 50
Irish ragu dengan apa yang ia lihat kali ini. Ia tidak minus. Seratus persen ia yakin pandangannya tidak bermasalah. Dia juga tidak punya kemampuan u...
32.4K 5.6K 16
Gadis itu telah menarik perhatian Khun Edahn, seorang Kepala Keluarga Khun. Gadis itu selalu datang pada malam hari dan hilang ketika pagi hari tiba...