Ini Gayatri, Istri Kangmas [2...

بواسطة Neo_Ka

381K 22K 1.8K

Story Kedua Neo Ka🐰 Duda Series Pertama By: Neo Ka Gayatri Mandanu itu ingin hidup simpel, tidak ingin terla... المزيد

Prolog
01. Alat hisap nutrisi
02. Kondangan Berujung Ngasuh Anak
03. Rumor
04. Berkesan
05. Perasaan Aneh
06. Mau Menjadi Istri Saya?
07. Pinangan
09. Seorang Garwa
10. Apa boleh?
11. Sangat Diterima
12. Sudah Bersih?
13. Tanggung Jawab Diaejng
14. Kue Lemper Yang Manis
15. Boleh Lagi?
16. Malam Larut
17. Mau Berenang?
18. Sendang dengan Suasa panasnya
19. Permintaan
20. Makan Malam Keluarga
21. Lelah?
22. Kangmas Pergi, Saya juga pergi
23. Tinggal dirumah Ibu
24. Kepuasan Ego?
25. Wanita siapa?
26. Siap yang sakit siapa yang dimanja

08. Kangmas

14.5K 810 67
بواسطة Neo_Ka

⚠Cari posisi nyaman, Part 4k kata lebih⚠

Malmingnya kudu bareng Ndoro sih😋

Btw, mau nanya deh, sebagian pembaca Ka Neo ini Sijeuni ya? Nctzen yaa?

Sama kalau gitu! Kenalin, aku Istri Jaemin, pacar Winwin, selingkuhannya Jeno, lagi deket sama Tayong, tapi pdkt-an sama Yuta Dan sukanya sama Sion wkwk kenalin ya🤭 (Jangan jaelos please, seru-seruan aja ini🙏)

Gak Komen jahat banget gak sih? Ini udh panjang loh🤧✊

oOo

Gadis itu tetap dia dengan wajah terkejutnya, perkataan yang sebelumnya diucapkan sang Ndoro bisa ia ingat jelas seperti apa, dan tidak menyangkanya Gayatri karena Ndoro Harsya mengatakannya setelah ajakan nikah pagi tadi.

Bukankah itu sedikit terburu? Maksudnya bahkan dirinya tidak sama sekali menjawab ucapan sang Ndoro, lau kenapa tiba-tiba meminangnya lansung begini?

Sepasang mata itu yang menatapnya seakan benar menunjukan sebuah keseriusan lewat tatapan hangatnya, Ndoro Harsya tidak menyembunyikan tatapan harapannya yang dia harapkan lewat Gayatri seorang, seakan benar memang Gayatri yang mampu membuat hatinya tidak lagi resah lagi.

Keduanya berpandangan mengabaikan sekitar dengan perasaan yang sama-ama berbeda, hanya satu yang sama yaitu sebuah keyakinan yang sangat mereka rasakan sangat kuat, menghantarkan sebuah perasaan nyaman yang sangat mereka berdua sukai.

"Nah, itu ada anaknya lansung, monggo ditanyakan lansung saja Ndoro." Ucapan Pak Darto membuat Gayatri maupun Ndoro Harsya baru sadar untuk berhenti berpandangan, Ndoro Harsya lansung menunduk saat itu juga.

Gayatri pun begitu, gadis itu menunduk denga masih tersisa rasa terkejutnya, Ibu Gayatri menghampiri sang putri yang sama dengannya sangat terkejut, mengajak sang putri untuk berjalan bersamanya menuju kursi sofa yang sekarang berseberangan dengan Ndoro Harsya.

Gadis itu tidak berani untuk mendongak hanya menunduk dan memainkan jarinya dengan sangat gugup, rasanya dia bisa merasakan lansung bagaimana Ndoro Harsya menatapnya dengan sangat mendamba.

"Gayu, ada yang mau ditanya sama Ndoro Harsya, jawab dengan sangat baik ya Nduk." Mendengarnya mau tak mau Gayatri mengangguk dengan ragu, didalam dirinya debaran jantungnya semakin menggila mungkin kalau bukan ciptaan Tuhan akan meledak dengan sendirinya.

Begitupun dengan Ndoro Harsya yang tadinya bisa mengontrol diri sekarang gugup bukan main, melihat lansung sang gadis yang berada di depan matanya bersama dengan kedua orang tuanya, benar-benar membuat jantungnya sangat menggila.

Seakan dirinya kembali ditarik ke masa dirinya baru remaja dan hendak meminang sang kekasih, mungkin ini yang harusnya Ndoro Harsya rasakan ketika pertama kali dulu dirinya meminang seorang gadis.

Bukan perasaan yang mati rasa seperti waktu meminang mantan istrinya, karena benar saat itu dirinya belum siap sama sekali untuk menikah, tapi sayangnya Ibu dan Ayahnya sangat memaksa pernikahannya hingga menjodohkannya dengan orang yang tidak ia kenal sama sekali waktu pertama dulu.

Kalau sekarang memang sedikit sama dengan dulu, sama-sama tidak mengenal sang calon garwa, namun bedannya batinnya merasakan rasa tidak asing pada Gayatri, seperti memang sudah kenal betul dengan calon garwanya itu.

Dan juga hanya dirinya sekarang, tidak bersama dengan Rama dan Ibunya yang dalam keluarganya memang harus didampingi oleh orang tua, namun kali ini Ndoro Harsya melakukannya sendiri atas hendak hatinya dan juga memang menjadi keinginan besar.

Jadi rasanya dia sedikit tidak merasa tertekan, hanya sedikit gugup dengan debaran yang sama saat pertama kali dirinya mendengar tangis Arina untuk pertama kalinya.

Dengan sedikit tarikan nafas sebagai penenang, Ndoro Harsya mantap ingin mengutarakan keinginan terbesarnya pada sang gadis, walaupun tadi pagi dirinya sudah mengutarakan juga, tapi sekarang bisa disebut meminang lansung pada kedua orang tuanya juga.

"Dek Gayatri, saya tidak ingin basa-basi seperti yang tadi didengar mungkin dengan tidak sengaja, saya berniat untuk meminang kamu sebagai istri saya, saya tau memang saya sudah menduda dan sedikit kurang ajar untuk meminang gadis seperti Dek Gayatri, tapi jujur saya sudah jatuh hati semenjak saya melihat kamu bersama dengan putra saya, Sena." Ndoro Harsya tidak berbohong.

Lelaki itu memang sedikit tertarik dengan Gayatri ketika baru bertemu untuk pertama kalinya, juga perlakuan sang gadis untuk anak-anaknya benar-benar membuatnya jatuh hati pada sang gadis.

Sedangkan Gayatri ketika mendengarnya merasakan debaran asing di dadanya, debaran yang membuatnya kram perut karena merasa sedikit bahagia? Entahlah perasaa Gayatri sekarang memang sebuncah itu.

Ketika mendengar Ndoro Harsya juga mengatakann jatuh hati padanya, entah itu perkataan benar atau memang hanya sekedar kalimat meyakinkan yang Ndoro Harsya berikan sebagai dorongan untuk menjawab iya.

Tapi Gayatri sangat mengakui kalau dirinya sebahagia itu mendengarnya.

"Maaf menyela Ndoro Harsya, tapi saya harus mengatakan ini sebelum anak saya menjawab. Seperti yang kita semua tau kalau keluarga Ndoro Harsya itu masih kental dengan budaya Jawa, dan juga masih terikat dengan Keraton Deapura Geageng apa tidak masalah Gayatri yang dari keluarga biasa saja masuk begitu saja? Saya takutnya anak gadis bungsu saya mendapat tekanan yang nantinya melukainya, karena demi apapun Ndoro Harsya saya sangat tidak rela anak saya ditekan atau bahkan sampai direndahkan."

Pak Darto mengatakanya dengan nada besungguh, bukan tidak tau dirinya kalau peraturan keraton yang ketat serta keluarga Ndoro Harsya yang memang masih terikat dengan budaya Jawa sedikit menekan sang anak, Gayatri yang harusnya memang diperlakukan bebas malah tidak boleh bergerak layaknya burung dalam sangkar.

Walaupun sebenarnya itu mungkin hal wajar, tapi tidak dengan Pak Darto, anaknya harus hidup dengan bebas tanpa sebuah peraturan yang tidak masuk akal di orang awam sepertinya, walaupun dirinya sangat setuju dengan sang Ndoro, tapi itu juga tidak menutup kemungkinn kalau dirinya tidak akan memberikan sang anak pada orang yang mungkin masih mempunyai aturan ketat untuk seorang perempuan.

"Saya tiddak berbohong kalau memang nantinya ada beberapa peraturan yang mungkin harus Dek Gayatri terima ketika sudah menjadi istri saya, entah itu dari Ibu saya ataupun dari pihak keraton lansung, tapi saya juga bisa menjanjikan satu hal. Kalau ketika dirumah dan area radar saya Gayatri bisa menjadi diri sendiri tanpa harus mengikuti peraturan yang ada, saya menjajikan kebebasan ketika bersama saya dan ditempat saya, saya juga tidak akan membiarkan garwa atau istri saya mendapat penghinaan atau sampai direndahkan oleh siapun itu, jadi sekalipun akan banyak peraturan tapi saya berjaji kalau hal itu tidak akan membuat Gayatri merasa dihina atau direndahkan, saya akan menjaga hal itu dan janji itu juga sebagai seorang pria jawa yang tidak pernah mengingkari janjinya."

Tidak ada kebohongan serta perasaan yang sedikit gentar ketika Ndoro Harsya mengatakannya, seakan pria itu memang bersungguh atas ucapannya, dan itu benar. Ndoro Harsya tidak akan pernah membiarkan garwanya mendapat penghinaan ketika dirinya sendiri malah mendapat kehormatan yang sangat tinggi.

Baginya, dia dan sang calon garwa harus setara dimata semua orang, kalau mungkin kata orang tidak mungkin, maka Ndoro Harsya sendiri yang memungkingkan hal itu terjadi.

"Hm baik, Gayu kami tidak ingin memaksa kamu, sesuai permintaan kamu dulu Bapak tidak memaksa kamu nikah dalam waktu dekat, Ndoro Harsnya hanya menyampaikan pinangannya untuk kedekatan, jadi tidak meni-"

"Iya, Gayu terima pinangan Ndoro Harsya, dengan syarat pernikahannya tolong dipercepat." Walaupun diakhir kalimat Gayatri menunduk dengan suara yang lirih, namun semua bisa mendengar ucapan anak gadis itu.

Bukan hanya Ibu dan Bapak Gayatri yang terkejut tapi juga Ndoro Harsya sendiri juga sama, lelaki itu menatap dalam sang gadis yang menunduk enggan untuk bertatapan lagi dengan dirinya.

"Gayatri, kamu ini serius?" Ibu Sarminah mengelus punggung sang anak dengan pelan, berharap putrinya mengatakan dengan kejujuran, lalu tangan anak gadis Pak Darto itu digenggam oleh Bapak dengan sangat erat.

"Gayatri, Ndoro Harsya hanya ingin berdekatan bukan memaksa kamu menikah, Bapak juga cuman bertanya tidak ingin menekan kamu, Bapak ndak memaksa loh Nduk. Sesuai janji Bapak dulu kamu tidak menikah dalam waktu dekat juga gak papa, Bapak ndak ingin menekan sekalipun sudah ada yang meminang kamu begini." Pak Darto sangat serius saat mengatakannya.

Dia sedikit merasa tidak nyaman kalau Gayatri menerima dan lekas ingin menikah hanya karena perihal dirinya, karena sesuai janjinya dirinya tidak ingin menekan atau sampai memaksa sang putri menikah ketika sudah bersama mereka di desa.

Jadi mendengar ucapan sang anak Pak Darto sedikit merasa tak nyaman karena merasa dirinya menakan, padahal tidak begitu 'kan? Ada alasan tertentu kenapa Gayatri menerima pinangan itu.

"Em iya Gayatri, Saya tidak memaksa untuk menikah dalam waktu dekat, saya hanya ingin menjalin kedekatan yang tidak ingin disembunyikan dalam artian saya ingin hubungan kita itu terbuka dan semua orang tau, walaupun masih belum dalam jenjang yang serius, atau kalau sumuran kamu bilangnya pacaran, iya saya ingin seperti itu dulu kalau Gayatri belum siap untuk menikah." Ndoro Harsya ikut tidak nyaman melihat respon Bapak Gayatri.

Walupun sebenarnya dia juga sangat keburu dengan sebuah pernikahan, tapi bersama Gayatri dirinya tidak ingin menekan atau sampai membut gadis itu engggan karena paksaanya, tidak sama sekali. Dirinya ingin menjalani semua dengan serius bersama Gayatri tapi dalam sebuah hubungan yang santai, tidak terburu sekalipun dikejar waktu.

Gayatri mendongak membalas menatap pandangan sang Ndoro yang memang sangat ditunjuka padannya, dalam sebuah pandangan itu ada banyak hal yang rasanya sudah tersampaikan hanya lewat pandangan saja.

Batin kedanya mengatakan lain dari apa yang diinginkan oleh Ndoro Harsya sendiri.

"Syarat saya itu adalah sebuah pernikahan yang digelar cepat, kalau Ndoro Harsya tidak sanggup melakukan itu, maka lupakan soal-"

"Sanggup, saya lebih dari sanggup untuk melakukan hal itu, saya hanya tidak ingin menekna kamu karena pinangan saya ini, tapi kalau kamu meminta begitu akan saya wujudkan syarat yang kamu berikan, tapi tentu atas perintah orang tua kamu." Ndoro Harsya mengatakan dengan sangat yakin lewat intonasi bicara dan juga pandangannya yang sangat yakin.

Seakan memang benar megatakan kalau apa yang dirinya sangat inginkan akan terjadi, syarat dari Gayatri bukannnya adalah impinnya? Iya itu benar, jadi untuk apa menolak kalau syarat itu bukanlah hal yang sulit untuk Ndoro Harsya jadikan sebua kenyataan.

Gayatri menoleh dan memegang tangan kedua Bapak dan Ibunya yang menatap ragu tentang permintaannya. "Bapak IBu, izinkan Gayatri menikah dengan Ndoro Harsya ya? Ini pilihan hati Gayu, gak ada tekanan atau paksaan yang dibuat oleh siapapun, ini murni pilihan Gayatri."

Ibu Sarminah tidak bisa mengatakan apapun lagi, Ibu dengan dua anak tu matanya sudah berkaca-kaca siap untuk menangis mendengar semua ucapan sang anak, dielusnya wajah anak gadisnya yang sepertinya memang sudah sangat dewasa.

Yang kemarin sangat enggan untuk menikah namun sekarang malah meminta sendiri, bahkan dihadapan sang calon lansung, walaupun mereka kenal tidak lebih dari satu bulan.

"Kamu serius Gayatri? Tidak ingin saling mengenal atau ada jeda untuk pendekatan kalian, Gayatri pikirkan dengan benar. Ini menyangkut masa depan kamu, Bapak tidak ingin kamu menyesal di akhir dengan semua pilihan kamu sekarang yang sangat terburu, Nduk." Pak Darto masih ragu, sangat ragu dengan keinginan Gayatri yang ingin menikah.

Karena dia ingat betul syarat yang sang putri katakan asal mau tinggal bersama mereka dan kembali ke desa, kenapa sekarang memberikan syarat lain pada sang Ndoro yang bertolak belakang dengan syarat pertama dulu?

Gadis itu menggeleng pertanda dirinya sudah sangat yakin dengan keputusannya saat ini, menurutnya tidak ada yang harus dipikirkan kembali disaat perasaan yakin itu sangat besar bagi keduanya.

Melihat respon Gayatri perasaan sang Ndoro membuncah secara tiba-tiba, ada perasaan senang yang Ndoro Harsya rasakan saat mendapat jawaban melebihi ekspetasinya.

Dalam hatinya lelaki itu sangat bersyukur dan sangat berterima kasih dengan semua yang mendukungnya memberikan dukungan yang sangat berarti untuk sang Ndoro, Ndoro Harsya sangat berterimakasih akan hal itu.

"Ndoro Harsya bisa mendegar sendiri bukan? Anak saya mau asal dengn syarat pernikahan dipercepat, Bapak sendiri menyetujui itu, sekarang terserah Ndoro mau dengan syarat Gayatri atau ndak, tapi harus denga izin restu orang tua dari Ndoro Harsya sendiri." Ndoro Harsya memandang lurus ke Pak Darto, menatap tepat dimatanya yang menunjukan keseriusan.

"Baik, sesuai yang saya katakan tadi saya sangat tidak keberatan sama sekali, kalau Bapak dan Ibu setuju besok saya akan bawa kedua orang tua saya untuk melamar secara resmi, dengan senang hati saya akan mempercepat syarat itu." Ndoro Harsya mengatakannya dengan sangat yakin tidak ada keraguan sama sekali.

Benar-benar yakin dengan perkataanya yang sangat menyetujui syarat yang Gayatri berikan, karena benar Ndoro Harsya sangat lebih dari mampu untuk mewujudkannya.

"Baik, kami tunggu Ndoro Harsya, dan juga ingat perkataan saya tadi tentang keluarga Ndoro yang masih kental akan aturan jawa, karena demi Allah saya sendiri tidak rela putri saya diperlakukan tidak menyenangkan sekalipun itu dari keluarga suaminya, ingat perkatan saya baik-bak Ndoro Harsya, sedikit saja saya mendengar hal tidak nyaman tentang putri saya, saya tidak akan takut untuk menjemput puri saya sendiri." Di balik tatapan dan suguhannya kata itu Darto mengucapkan benar tanpa ragu.

Karena benar, sebagai seorang Ayah dirinya sangat tidak rela melihat anaknya disakiti oleh siapaun, dan sebagai seorang Ayah harusnya Ndoro tau akan hal itu,

Dan semoga saja lelaki dengaan dua anak itu mengerti dengan semua keinginan terbesar sang calon mertua.

oOo

Kabar tentang Gayatri di pinang oleh Ndoro Harsya dalam sekejab tersebar luas, entah siapa yang pertama kali menyebar hal itu, namun pasti semua orang kini mendengar semua.

Bahkan bertanya lansung pada Ibu Gayatri bila sudah membeli sesuatu ditoko miliknya, awalnya Ibu Gayatri tidak tau mau menjawab apa, semalam penuh dirinya terus memikirkan pinangan Ndoro Harsya pada putrinya.

Sebenarnya bukan tidak setuju hanya ke lebih terkejut karena apa yang ia inginkan selama ini terjadi, tidak mau bohong kalau memang mendapat mantu seperti seorang Ndoro Harsya adalah keinginannya juga, bukan karena kedudukan melainkan betapa lembutnya lelaki itu.

Ibu Sarminah yakin dengan Ndoro Harsya yang akan berlaku lembut, sifat ramah dan tamah yang Ndoro Harsya punya membuat daya tarik diri sendiri, siapa yang tidak akan tertarik kalau sudah begitu? Yakin semua ibu-ibu di desa sangat menginginkan Ndoro Harsya sebagai calon mantu yang idaman

Begitupun dengan Ibu Sarminah, ada perasaan bangga dalam hatinya ketika semua orang terus bertanya dan membicarakan putrinya dan Ndoro Harsya yang memang sangat disanjung, senangnya bukan main.

Walaupun sebenarnya sedikit bingung ingin menjawab apa persoalan tiba-tiba itu.

"Uwes toh, aku yo ndak tau mau jawab apa, nanti pasti tak cerita loh." Ibu Sarminah menatap adiknya dengan pandangan yanag sangat tidak nyaman, sedikit berbisik karena agar tidak didengar oleh semua orang yang sedang berbelanja.

"Ih Mbak yo, aku penasaran loh kok ya bisa Ndoro Harsya mau nikahin Gayu, emang sebelumnya deket?" Ibu Sarminah mendesah kasar, benar-benar sedikit risih dengan segala pertanyaan itu, memang bangga namum bila terus dipertanyakan akan sedikit tidak nyaman rasanya.

"Kamu ini ya-"

"Ibu." Kakak dan Adik itu menoleh pada seorang gadis yang sudah terlihat cantik di jam satu siang begini, alis Ibu Sarminah mengerut melihat sang putri yang sudah rapi. "Mau kemana?"

Pertanyaan spontan itu jelas dari sang Ibu, Gayatri mendekat dengan sedikit senyum simpulnya, sebenarnya akan tidak segugup ini kalau tidak ada Buk Dhenya disamping sang Ibu.

"Ada janji sama Ndoro Harsya, barengan mau ngambil barang kata Ndoro Harsya, semalem Ndoro Harsya sendiri yang ngajakin." Pipi gadis itu memerah dengan sendirinya, apalagi melihat respon sang Ibu yang tersenyum dengan menggoda.

Gadis itu menjadi salah tingkah sendiri sekarang.

"Wah gercep juga udah mau anter calon suami ambil barang gitu, Gayu Buk Dhe masih gak nyangka loh kamu udah mau nikah sama Ndoro Harsya." Lagi Gayatri hanya bisa tersenyum malu mendengarnya, orang-orang benar-benar sangat tidak menyangka kalau dirinya bersama dengan Ndoro Harsya sekarang.

Awalnya begitupun dengan dirinya, sama tidak menyangkannya dengan semua yang terjadi, namun anehnya dirinya tidak menyesal sama sekali telah menerima pinangan dari Ndoro Harsya.

Malahan yang ada hatinya sangat lega karena merasa telah mengambil jalan yang benar, walaupun tidak ingin bohong kalau dibaliknya ada alasan yang tidak bisa Gayatari terus terangkan pada semua orang.

Cukup dirinya, atau mungkin nanti akan berbagi dengan Ndoro Harsya ketika benar telah menjadi suaminya, itu mungkin saja.

"Udah heh kamu ini, yaudah sana jalan. Inget loh jangan buat macem-macem, pulang harus tepat waktu." Masih dengan salah tingkahnya Gayatri tersenyum sambil mengangguk dengan pelan.

Dengan cepat gadis itu menyalim tangan sanng Ibu dan Buk Dhenya dengan sopan, setelah mengantongi izin sang Ibu gadis itu keluar toko bebarengan Ndoro Harsya yang datang bersama dengan sang anak bungsu.

Gadis itu makin salah tingkah sekarang, melihat sang Ndoro yang entah kenapa sekarang terlihat sangat tampan, rapi dan juga sanga harum, Gayatri benar-benar semakin mendebar di dalam hatinya.

"Ibu sama Bapak ada? Saya mau izin dulu." Ndoro Harsya sudah ingin turun tapi Gayatri lekas memegang lengan tangan lelaki itu, menahannya agar tidak usah turun untuk berpamitan.

"Gak usah, lansung jalan aja, Ibu udah tau kok. Ayo jalan panas, Sena dibelakang ya sama Tante." Dengan cepat Gayatri mengambil Sena yang tadinya berada di depan tubuh sang Ndoro, Ndoro Harsya membiarkan saja tidak melarang malah membantu sang anak agar berpindah gendongan.

"Kamu serius saya gak usah pamit? Rasanya kurang sopan loh." Ndoro Harsya memastikan lagi, dia benar-benar sedikit merasa tidak sopan kalau lansung membawa anak gadis Pak Darto itu tanpa adanya izin yang Ndoro Harsya kantongi lansung.

Karena dirinya sangat baru kemarin meminang sang gadis dengan sopan pada orang tuanya, lalu kalau sekarang tiba-tiba dirinya mengajak anak gadis mereka tanpa izin bukankah itu sangat sedikit tidak sopan?

Ndoro Harsya hanya tidak ingin terlihat minus dimata calon mertuanya.

"Gak papa, orang udah bilang Ibu tadi, jadi gak papa cuman pesen kalau pulangnya gak boleh telat, udah ayo jalan ini panas banget loh." Gayatri mencoba untuk merayu sang Ndoro dengan kondisi sekarang yang memang sangat terlihat panas.

Sebenarnya Gayatri melarang bukan karena apa, hanya saja dirinya tidak ingin sang Ndoro bertemu dengan Buk Dhenya yang pasti banyak diberikan pertanyaan nantinya.

Dia takut Ndoro Harsya merasa tidak dengan segala pertanyaan itu, takut juga salah-salah kata.

"Pake motor gak papa? Kalau kepanasan puter balik ke rumah ambil mobil." Ndoro Harsya melirik sedikit pada kaca spion menatap wajah Gayatri yang menunjukan ekpresi yang memang sangat kepanasan, di jam satu siang begini cuaca sedang panas-panasnya memang.

Mendengar itu Gayatri buru-buru menggeleng dengan ribut, ternyata perkatannya disalah artikan oleh sang Ndoro, malah berpikir kalau diriya meminta dipercepat karena tidak ingin terkena panas matahri, sebagian iya tapi juga sebagian tidak benar.

"Enggak kok, tempatnya jauh gak?" Gayatri mencoba untuk santai dengan sang Ndoro walaupun ada sedikit tidak nyaman kalau berlaku demikian, namun respon sang Ndoro yang memang selalu mengikuti apa mau Gayatri membuat gadis itu meraskan sedikit nyaman.

"Enggak, deket rumah Mas Kades, kita cuman kerumah Mbah Yu." Ndoro Harsya menjawab dengan nada tak kalah ramah, lelaki itu tersenyum sedikit melihat Sena nyaman dengan orang baru seperti Gayatri.

Kalau dulu bersama dengan seorang gadis dari kota yang tidak mungkin menjadi pilihan takdirnya, tapi sekarang berbeda, Sena jelas-jelas nyaman dengan calon garwanya sendiri, pilihan hatinya dengan yang memang jalan takdirnya.

Banyak orang menyapa mereka dengan hormat, para warga desa kembali membenarkan kalau Ndoro Harsya dan Gayatri anak gadis Pak Darto memang memiliki sebuah hubugan yang spesial, ternyata bukan hanya kabar burung belaka tentang pinangan Ndoro Harsya untuk anak gadis Pak Darto itu.

Karena kalau dingat kembali, ini kali kedua mereka berbocengan layaknya memang pasangan suami istri bersama anak, bedanya dengan kemarin tidak ada status sama sekali, kalau sekarang memang sudah berstatus calon garwa yang sebentar lagi jelas akan menikah.

Dilihat lagi Ndoro Harsya dan Gayatri memang benar-benar sangat cocok, entah kenapa dimata masyarakat mereka memang pasangan yang sudah ama menjalin sebuah hubungan spesial, hingga rasanya tidak terlihat kalau pasangan baru.

"Ini rumah siapa?" Itu pertanyaan pertama yang Gayatri berikan ketika mereka sudah sampai ditempat tujuan Ndoro Harsya, melihat rumah tua yang sedikit terlihat tidak terurus dengan bunga kamboja disekilingnya membuat mau tak mau gadis itu refflek mendekatkan diri pada Ndoro Harsya.

Gadis itu terlihat takut, benar. Melihat rumah di depannya sedikit membuat gadis itu merasa horor, rumah tua dengan seperti tanpa penghuni, sejenak pikiran negatif gadis itu mulai bertebaran diatas kepalanya.

"Jangan berpikir negatif, rumah ini ada penghuninya, ayo masuk." Setelah sedikit mengelus rambut sang gadis, Ndoro Harsya menarik tangan Gayatri untuk mengikuti langkah kakinya.

Debaran jantungnya tidak bisa tenang saat melihat genggaman tangan mereka, apalagi tadi saat kepalanya dielus oleh sang Ndoro, makin salah tingkahlah gadis itu.

Gayatri tidak tau harus berkata apa, dia hanya diam saja dengan menahan senyum yang sangat disembunyikan dari Ndoro Harsya, gadis itu tidak ingin salah tingkahnya dilihat oleh sang Ndoro.

Tubuh gadis itu makin mendekatkan diri saat melihat pintu terbuka tanpa mereka mengetuk, Ndoro Harsya tertawa geli saat merasakan lengannya sangat dipeluk erat oleh sang gadis saat Mbah Yu keluar rumah.

Nenek dengan pakaian khas jawa itu menatap Ndoro Harsya dan Gayatri secara bergantian dengan datar, lalu tatapannya kembali jatuh pada lengan Ndoro Hasya yang dipeluk oleh Gayatri dengan erat, sadar ditatap Gayatri ingin melepas namun Ndoro Harsya menahan.

"Assalamualikum Mbah Yu, saya disini ingin mengambil titipan itu." Lalu lirikan sang Nenek beralih pada Ndoro Harsya, Nenek itu mengangguk dengan pelan. "Silahkan masuk Ndoro Harsya dan calon garwa."

Ndoro Harsya tersenyum simpul mendengarnya, lalu lelaki itu masuk dengan menarik tangan Gayatri, meninggalkan Mbah Yu yang menunduk sambil berdiri di pintu.

Rasa hormat yang Mbahh Yu berikan cukup membuat Gayatri bingung, padahal umur Nenek itu lebih tua dari Ndoro Harsya juga pemilik rumah, bagaimana bisa mereka masuk dengan seenaknya saat pemiliknya saja masih berada di pintu?

Benar-benar seperti bawahan sedang menyambut Tuanya yang sedang berkunjung, Gayatri menatap pada Ndoro Harsya yang sangat santai, berbeda dengan dirinya yang merasa tidak nyaman, gadis itu sedikit tidak senang dengan sifat sang Ndoro yang seenaknya begini.

Walaupun dirinya belum tau pasti alasan dibalik sang Ndoro bersikap begini.

"Sena mau ikut Mbah ke belakang? Ikannya sudah nambah banyak loh." Mbah Yu datang dengan suara kecilnya, mengajak si kecil Sena yang sudah sejak tadi terlihat sangat antusias datang kerumah Mbah Yu.

Anak kecil itu mengangguk dengan ribut, menyambut uluran tangan Mbah Yu untuk kebelakang rumahnya. "Saya buatkan minum dulu Ndoro, silahkan buat nyaman digubuk saya." Ndoro Harsya mengangguk.

Gayatri yang ingin mencegah terpaksa ditelan kembali saat tangannya di tarik oleh Ndoro Harsya, gelengan kepala sang Ndoro diterima oleh gadis itu saat menatap sang Ndoro.

"Jangan, itu bukan tugas kamu." Lagi Gayatri mengerutkan alisnya saat mendengar ucapan sang Ndoro, gadis itu sedikit kasar melepas tangan Ndoro Harsya dan menatap dengan sebal. "Maksudnya itu emang tugas orang yang udah tua gitu?"

Ndoro Harsya menatap bingung sang gadis saat rasa kesal Gayatri bisa ditangkap oleh Ndoro Harsya. "Kayaknya gak sopan kayak tadi, masuk sebelum pemiliknya, ninggalin dipintu gitu kayak bawahannya sama bos, tapi mungkin bener Nenek itu bawahanya Ndoro Harsya, tapi kayak tadi gitu kurang sopan banget, sekarang juga gitu, kita bisa nolak 'kan ditawarin minum kayak gitu? Kasian udah tua malah masih repot kayak gitu, harusnya Ndoro Harsya bisa nolak tadi bukan malah ngangguk."

Gayatri benar-benar terlihat sangat kesal dengan sikap Ndoro Harsya yang seperti itu, lelaki itu sendiri? Malah hanya tersenyum mendengar omelan sang gadis yang baru kali ini dia dengar, rasanya lucu melihat gadis itu terlihat kesal padanya hanya perkara sikap yang menurutnya sudah sangat wajar.

Tapi Ndoro Harsya mencoba untuk menurut, apapun kalau sudah Gayatri yang bicara Ndoro Harsya akan mencoba untuk menurut, lagi pula tidak ada salahnya bukan? Ndoro Harsya benar-benar merasa lucu saja.

"Iya baik, maaf dengan sikap saya, masih kesal?" Gadis itu tetap merasa kesal walaupun Ndoro Harsya sudah meminta maaf, gadis itu bahkan menoleh ke arah lain enggan untuk bertatapan dengan Ndoro Harsya yang masih tersenyum.

Lucu melihat sikap Gayatri yang benar sangat bebas untuk menyampaikan perasaanya, tidak dipendam seperti wanita kebanyakan, gadis itu malah lansung menunjukannya sekalipun itu rasa tidak suka seperti sekarang.

Ndoro Harsya tau Gayatri masih kesal, lelaki itu tidak ingin membujuk karena juga ingin melihat gadis itu sendiri yang datang padanya, matanya melirik ke belakang rumah dan senyum makin melebar melihat sesuatu yang menurutnya bisa Membuat Gayatri bisa tidak marah lagi padanya.

Laki-laki itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Graaah!

Dengan reflek Gayatri mendekatkan diri pada Ndoro Harsya bahkan memeluk lengan lelaki itu sendiri, gadis itu sedikit terkejut dengan suara yang terdengar aneh ditelinganya, bahkan mengabaikan kalau sebelumnya dirinya sedang kesal dengan sang Ndoro.

Kalau Ndoro Harsya? Lelaki itu malah tersenyum geli dengan melirik wajah ketakutan sang gadis. "Itu suara apa?" Gayatri menoleh pada Ndoro Harsya yang sekarang bahkan tertawa, merasa ditertawakan gadis itu memukul paha sang Ndoro tanpa sungkan. "Aku serius ih, itu suara apa?"

Dengan menahan senyum lelaki itu mengangkat bahunya dengan santai, bahkan ada perasaan membuncah saat Gayatri tidak sama sekali menjaga jarak dengannya, tidak membangun hubungan yang canggung, melihat respon Gayatri yang reflek memkul pahanya dengan tanpa sungkan.

Ndoro Harsya jadi merasa sedikit perasaan lain.

"Maaf menunggu lama, ini tehnya." Gayatri yang ingin bicara lagi dengan Ndoro Harsya terpaksa urung, melihat kedatangan Mbah Yu yang membawa dua cangkir teh untuk mereka berdua, saat menaruh tehnya di meja pandangan Mbah Yu sedikit melirik tangan Gayatri yang memeluk lengan sang Ndoro dengan erat, Mbah Yu tersenyum kecil yang bisa ditangkap oleh Ndoro Harsya yang ikut tersenyum kecil juga.

Sedangkan Gayatri buru-buru melepaskan tangannya dan menunduk malu, dia baru sadar kalau dirinya sudah melakukan tindakan yang sangat intim dengan sang Ndoro.

"Silahkan nimati Tehnya, saya izin memanggil Sena dan mengambil titipannya Ndoro, Nduk. Kalau Kangmasmu butuh tambahan gula tolong ini dituang, kadang Kangmasmu itu sangat suka dengan gula ini, sebagai calon garwa harus tau kesukaan calon suaminya." Setelah mengatakan itu Mbah Yu benar-benar pergi dari hadapan mereka, menyisahkan tanda tanya didalam kepala Gayatri karena tidak mengerti dengan satu hal.

"Kangmas itu sia-"

"Saya, sebutan panggilan dari kamu untuk saya, mulai hari ini panggil saya Kangmas, jangan Ndoro lagi. Saya calon suami kamu bukan Tuan kamu, jadi sesuai jawa keraton panggil saya Kangmas, mengerti Nimas?"

Ndoro Harsya tersenyum dengan senyum lembutnya, bahkan matanya memancarkan ketulusan yang mendalam saat mengatakannya, kelembutan serta panggilan yang sangat intim bagi keduanya menciptakan debaran asing yang mereka rasakan bersama.

Mungkin ini awal perjalanan hubungan keduanya yang ditunngu semua orang bahkan oleh takdir sekalipun, sepasang insan yang memuali semua cerita hanya dengan lewat panggilan Kangmas dan Nimas.

Kini hanya tinggal waktu, waktu yang tidak akan lama lagi untuk membuat keduanya akan mendapat sebuah status hubungan yang di akui oleh semua orang bahkan oleh takdir sekalipun.

Iya, tidak akan lama lagi.

oOo

Komen ya jangan lupa! Ayo semangatin Ka Neo.

Bagi yang nanya kok lama upnya? Maaf ya karena Ka Neo nulis dua cerita, jadi pembagian waktu nulisnya harus adil, belum lagi kalau ada acara, dah makin lama deh😭🙏

Btw! Di Karyakarsa udah pada kondangan privat loh ke Nikahan Ndoro Harsya dan Gayatri, yakin gak mau ikutan?🤭

Nih Ka Neo spil Partnya👇

KAlau yang ini cerita Pak Bara sama Renata, siapa tau kalian minat😋🫶

Hayuklah tunggu apalagi, ayo mampir bagi rezeki buat Ka Neo😁🫶

Terimakasih yang sudah bersedia mampir🤗

Salam Sayang💋
Neo Ka🪶

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

32.4K 5.6K 16
Gadis itu telah menarik perhatian Khun Edahn, seorang Kepala Keluarga Khun. Gadis itu selalu datang pada malam hari dan hilang ketika pagi hari tiba...
6.2K 1.2K 86
Jimin hanya menjadikan Akira sebagai alat untuk menutupi hubungan penuh dosanya dengan Perempuan yang berasal dari masa lalunya. Menikahi seorang gad...
97.5K 7.6K 18
Kisah ini tentang salah satu mahasiswi bernama Indira yang juga bekerja sebagai pengasuh anak seorang duda tampan. Yang penasaran sama ceritanya, yu...
1M 50.4K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...