Not Finished Yet [Completed]

Von aprilianatd

1.7M 154K 6.3K

Hidup Gama seperti sebuah quote "Cintaku habis di kamu, sisanya aku hanya melanjutkan hidup." Setelah perpis... Mehr

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Pengumuman
Bab 35 [end]
Epilog
Extra Part
Pengumuman

Bab 6

51.1K 4.8K 204
Von aprilianatd

"Salah apa aku harus terjebak di sini nemenin krucil-krucil lagi main," dumel Gama sambil jarinya tidak berhenti scroll instagram.

"Seharusnya nanny sama driver-nya Viola yang nemenin mereka, tapi aku malas kalo harus jemput mereka dulu. Mumpung ada kamu, mending kamu yang nemenin aku buat nemenin mereka," jawab Adam dengan cengiran lebar.

Gama menggurutu kesal. Kemudian ia kembali fokus dengan ponselnya, mengabaikan Adam yang masih senantiasa memperhatikan area playground untuk mengawasi ketiga anak itu.

"Gam," panggil Adam tiba-tiba.

Gama hanya menggumam sebagai jawaban. Tatapan matanya tetap fokus ke layar ponsel.

"Sadar nggak sih kalo si Alula sama Aruna agak mirip sama Luna waktu masih kecil?" tanya Adam dengan suara pelan. "It means, mereka mirip sama kita, tapi versi perempuan," lanjutnya.

Gama meletakkan ponselnya ke atas meja. Kemudian tatapannya mengarah ke playground yang cukup besar. "Emang iya?" tanyanya sangsi.

Adam mengangguk.

Gama diam, mencoba mengingat sosok Luna, Adiknya yang sudah lama meninggal. Sebenarnya ia terlahir tiga bersaudara. Adam anak pertama, lalu kemudian ia anak kedua, dan ada Luna yang menjadi anak ketiga. Jarak usia Adam dan Gama hanya satu tahun, membuat hubungan mereka cukup dekat. Berbeda dengan Luna yang selisih usianya empat tahun darinya. Di tahun terakhir SMA, Luna meninggal karena kecelakaan. 

Nasib Gama dan Adam dalam percintaan tidak jauh berbeda. Mereka berdua kurang beruntung dalam hal perempuan. Adam ditinggal oleh mantan istrinya ditahun kedua pernikahan mereka. Sedikit berbeda dengan Adam, Gama bercerai bukan karena ditinggal oleh mantan istrinya, melainkan karena lelah terus menerus bertengkar dengan mantan istrinya.

Saat Gama masih di Amerika, ia mendengar kabar kalau Kakanya dekat dengan seorang single mother. Ia cukup senang melihat Kakaknya memulai hubungan baru dengan perempuan. Berbeda dengan dirinya yang masih betah dengan kesendiriannya.

Kalau dipikir-pikir lagi, apa yang diucapkan Adam ada benarnya. Dua anak kembar yang hari ini baru Gama temui, lumayan mirip dengan Adiknya saat masih kecil.

"Coba aku foto, terus kirim ke Mama. Pasti Mama bakal kaget banget lihat ada anak kecil yang mirip sama Luna," ucap Adam mulai mengeluarkan ponsel dan berjalan mendekat ke area playground.

Dari tempatnya duduk, Gama melihat Adam sedang memfoto Alula yang lewat di depan Kakaknya. Tak lama Adam kembali duduk di hadapannya.

"Fotonya nggak terlalu jelas. Soalnya anaknya lagi lari-lari," gumam Adam menatap foto yang ada di layar ponselnya. "Nggak bisa dikirim ke Mama. Nanti Mama malah bingung waktu lihat foto yang nggak jelas kayak gini."

Gama merebut ponsel Adam begitu saja. Walaupun foto yang diambil tidak terlalu jelas, tapi ia bisa melihat sekilas sosok Alula. Dari warna rambut, Alula memang tidak sama dengan Luna. Yang benar-benar mirip dengan Luna adalah Aruna. Warna rambut Luna adalah hitam, sama seperti Mama dan Adam. Sedangkan Gama dan Papanya memiliki warna rambut cokelat tua.

"Mungkin kalo kita punya anak perempuan, bentukannya bakal mirip kayak mereka," gumam Adam mengambil kembali ponselnya.

Gama mengangguk setuju.

"Om, mau pipis."

Gama dan Adam menoleh beberangan saat melihat Alula berdiri di dekat meja mereka.

Adam menyenggol lengan Adiknya. "Gam, antarin Alula ke toilet."

"Aku?" Gama menunjuk dirinya dengan wajah tidak yakin. "Masa aku harus masuk ke toilet cewek?"

"Aku yang jagain Mikala sama Aruna, kamu yang antarin Alula ke toilet. Kasihan itu, dia udah kebelet banget."

Gama menghela napas keras. Dengan terpaksa ia berdiri dari kursi yang diduduki dan berjalan dengan Alula menuju toilet.

"Om Gama wajahnya mirip sama Om Adam," celetuk Alula.

"Iyalah, kan Om Gama emang Adiknya Om Adam," jawab Gama menunduk, memperhatikan Alula yang senantiasa berjalan di sampingnya. "Kamu ada keturunan bule, ya?" tanyanya penasaran.

Alula lantas menggeleng. "Nggak."

"Oh ya?" Gama cukup terkejut mendengar jawaban dari Alula. Dilihat dari segi manapun, jelas kalau Alula dan Aruna ada keturunan dari luar negeri. Wajah mereka tidak seperti orang Indonesia pada umunya.

Kali ini Alula menganggukkan kepalanya.

"Mamimu bukan orang luar negeri?"

"Mami orang Indonesia, Om."

"Papimu?"

"Papi udah meninggal."

Gama manggut-manggut mendengar itu. Sejujurnya ia bingung harus menanggapi seperti apa saat mendengar Papi Alula sudah meninggal. Untung saja toilet sudah ada di depan mata. Jadi, percakapan yang terjadi diantara mereka harus berhenti. Sekarang, ia kebingungan harus membawa Alula pipis di toilet cewek atau cowok.

"Aku masuk sendiri aja. Om tunggu di sini," ucap Alula akhirnya.

"Bisa masuk sendiri?" tanya Gama memastikan.

"Bisa."

Gama menyandarkan tubuhnya ke tembok sembari menunggu Alula keluar dari toilet. Beberapa menit menunggu, ia mulai khawatir karena Alula tak kunjung keluar dari toilet. Baru saja ia hendak meminta tolong petugas penjaga perempuan untuk mencari Alula, matanya menangkap sosok Alula yang berjalan dengan kepala tertunduk.

"Kenapa?" Gama langsung menekuk kakinya, menyamakan tingginya dengan Alula.

Alula menunduk, menyembunyikan wajah yang sudah memerah malu. "Celanku nggak sengaja kena air. Jadi, basah semua."

Gama melihat celana Alula memang basah. "Ayo, Om temenin beli celana baru."

Alula menggeleng.

"Kenapa?"

"Mami cuma kasih uang buat jajan, bukan buat beli celana baru," ucap Alula sambi menggigit bibir bawahnya.

"Pakai uangnya Om Gama."

"Tap--"

"Ayo, makin lama kamu ganti, makin nggak nyaman kamu pakai celana basah," potong Gama cepat.

Akhirnya Alula menggandeng tangan Om Gama berjalan menuju store yang menjual pakaian anak.

"Kamu mau yang mana?" tanya Gama menatap Alula.

"Terserah Om aja."

Gama mengambil salah satu celana yang dirasa cocok dengan baju Alula. Kemudian ia meminta tolong pada penjaga toko untuk membantu Alula mengganti celana. "Mbak, sekalian suruh dia buat ganti celana dalamnya, ya. Takutnya basah juga."

"Baik, Pak."

Gama kembali menunggu Alula keluar dari bilik ganti. Setelah itu, ia membayar dan mengajak Alula untuk kembali ke area playground.

Sekembalinya Alula, ia tidak lagi masuk ke dalam playground. Ia memilih duduk bersama Om Adam dan Om Gama di area tunggu.

"Nggak main lagi?" tanya Adam heran.

Alula menggeleng.

"Kenapa?" tanya Adam lagi.

"Nggak nyaman karena pakai celana baru."

Adam langsung melihat ke bagian bawah Alula. Ia baru sadar kalau celana yang dipakai anak itu berubah. "Kenapa kok ganti celana?"

"Celananya basah, makanya aku suruh ganti," jawab Gama menimpali.

"Dia bawa ganti?"

Gama menggeleng. "Langsung aku beliin di store pakaian anak-anak."

"Nggak nyaman ya pakai celana baru?" tanya Adam menatap Alula.

Alula mengangguk. "Nggak pernah pakai pakaian baru yang belum dicuci."

"Repot kalo harus di-laundry dulu," sahut Gama yang langsung mendapat geplakan keras dari Adam.

"Om Gama, makasih," ucap Alula pelan.

"Apa?" Gama menoleh cepat mendengar suara Alula yang terlalu pelan.

Alula memainkan jarinya di atas meja. "Makasih udah mau beliin aku celana baru," ucapnya dengan tersenyum kecil.

Gama balas tersenyum. Tiba-tiba perasaannya berdesir saat melihat Alula tersenyum padanya. Ada perasaan aneh yang tidak bisa ia ungkapkan. Tanpa sadar tangannya mengusap pelan kepala Alula. "Sama-sama."

***

Setelah puas bermain, Adam memutuskan mengajak tiga anak itu untuk makan siang. Mereka sudah duduk bersama di satu meja berbentuk persegi panjang. Adam duduk di sebelah Gama, di depan mereka ada Mikala, Alula dan Aruna.

Begitu pesanan datang, mereka makan dengan tenang. Sesekali ketiga anak itu mengobrol, membahas soal teman-teman di sekolah. Adam dan Gama hanya menyimak percakapan ketiga anak itu.

Diam-diam Gama mengamati Aruna dan Alula yang duduk di hadapannya. Dua anak itu makan dengan lahap sambil mengobrol satu sama lain. Dilihat dari jarak sedekat ini, membuat ucapan Adam makin terbukti kebenarannya. Mereka berdua seperti jiplakan Luna saat kecil. Ia mengambil ponsel, dan mengirimkan pesan pada Mamanya.

Mama: Buat apa minta foto kalian waktu masih kecil?

Gama: Kirim aja, Ma. Aku cuma mau lihat
Gama: Kalo bisa yang ada Lunanya

Mama: Sent a picture

Tak lama Gama mendapat balasan pesan berupa foto. Di sana ada fotonya bersama dengan Adam dan juga Luna. Ia ingat saat itu Luna pertama kali masuk SD, makanya Mama menyuruh untuk foto bersama sebagai kenang-kenangan. Betapa terkejutnya Gama saat menyadari kalau foto itu benar-benar mirip dengan Aruna.

Gama menyenggol lengan Adam, lalu menunjukkan foto yang ada di ponselnya. "Mirip banget," bisiknya pelan.

Adam menatap ke layar ponsel Gama, lalu beralih menatap ke Aruna. Bolak-balik ia melihat ke ponsel dan ke Aruna sampai ia sendiri takjub dengan kemiripan yang ia lihat. "Bisa mirip banget gitu, ya?"

Gama tanpa sadar menganggukkan kepalanya. Ia mengangkat ponselnya dan diam-diam mulai memfoto Alula dan Aruma.

"Mau kirim ke Mama?" tanya Adam saat menyadari Gama memfoto Alula dan Aruna.

Gama menggeleng. "Mau disimpan aja di galeri."

"Buat apa?"

Gama mengedikkan bahu. "Nggak tau buat apa," jawabnya memperhatikan foto yang baru saja ia ambil. "Aku suka aja ngelihat mereka berdua," lanjutnya dengan senyum kecil.

***

Sorry for typo and thankyou for reading❤

Author Note:
Sesuai janji ya, aku bakal rajin update. Apalagi komen kalian di bab sebelumnya cukup banyak, jadi bikin aku makin semangat

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

602K 51.1K 34
Menjadi janda di umur 20 tahun, membuat Riyuna harus pandai-pandai menata hidup dan hatinya. Ia akui ini bukanlah perkara yang mudah. Bukan ditinggal...
2.7K 445 9
cerita ini hanya kegabutan update tidak menentu kalau penasaran baca aja kalau gak yaudah selamat membaca semua karakter punya Sing Shong, kecuali oc...
383K 58.8K 31
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
1.4M 111K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...