To Love With All Your Heart a...

By greevenna

52.4K 3.2K 53

"Minggu depan kita akan menikah. Kalau kau punya hal yang ingin kau sampaikan mengenai pernikahan silahkan di... More

Prolog ; Night Changes
The Character
Prolog ; Night After Earth's Marriage Proposal
Prolog ; We Didn't Match Each Other
Prolog ; Please, We Will be Partner From Now
Prolog ; God, Why Did He Do That?
Prolog ; I Think I'm Falling in Love
Prolog ; Now, We're Going to Eternal
Phase 1 ; Just A Dream
Phase 1 ; A Little Too Much
Phase 1 ; Let Me Down Slowly
Phase 1 ; Begin Again
Phase 1 ; Lost Star
Phase 1 ; One Time
Phase 1 ; Be Alright
Phase 1 ; What Lovers Do
Phase 1 ; Fall For You
Phase 2 ; Thinking Out Loud
Phase 2 ; Wannabe
Phase 2 ; IDGAF
Phase 2 ; IDGAF 2
Phase 2 ; Counting Star
Phase 2 ; A Thousand Miles
Phase 2 ; Should've Said No
Phase 2 ; Unfaithfull
Phase 2 ; Sial
Phase 2 ; Everytime
Phase 2 ; You Broke Me First
Phase 2 ; Head Above Water
Phase 2 ; Exile
Phase 2 ; Somewhere Only We Know
Phase 2 ; 7 Years
Phase 2 ; Father
Phase 2 ; Mother, How Are You Today?
Phase 2 ; Clarity
Phase 2 ; Way Back Home
Phase 2 ; Can We Kiss Forever (Part 1)
Phase 2 ; Can We Kiss Forever (Part 2)
Phase 2 ; Can We Kiss Forever (Part 3)
Phase 3 ; Sea - Wherever, Whenever (Part 1)
Phase 3 ; Sea - Wherever, Whenever (Part 2)
Phase 3 ; Sea - Wherever, Whenever (Part 3)
Phase 3 ; Sea - Maps
Phase 3 ; Sea - Golden Hour
Phase 3 ; Sea - Wherever You Will Go
Phase 3 ; Sea - When You Say Nothing at All
Phase 3 ; Sea - Heaven
Phase 3 ; Sea - Rewrite the Stars
Phase 3 ; Sea - Lovely
Phase 3 ; Sea - Try
Phase 3 ; Sea - Love Someone
Phase 3 ; Joong Neo - Party in USA (Part 1)
Phase 3 ; Joong Neo - Party in USA (Part 2)
Phase 3 ; Joong Neo - Stargazing
Phase 3 ; Joong Neo - Firestone
Phase 3 ; Joong Neo - This Town
Phase 3 ; Joong Neo - Stay
Phase 3 ; Joong Neo - Bad Liar
Phase 3 ; Joong Neo - Issues
Phase 3 ; Joong Neo - Right Now
Phase 3 ; Joong Neo - Flying Without Wings
Phase 3 ; Phuwin - So Far Away
Phase 3 ; Phuwin - Struggle
Phase 3 ; Phuwin - Storm
Phase 3 ; Phuwin - In The Star
Phase 3 ; Phuwin - Lose Somebody
Phase 3 ; Phuwin - Say Something
Phase 3 ; Phuwin - No Boundaries
Phase 3 ; Phuwin - Safe and Sound
Phase 3 ; Phuwin - The Middle
Phase 3 ; Fourth - Watermelon Sugar (Part 1)
Phase 3 ; Fourth - Watermelon Sugar (Part 2)
Phase 3 ; Fourth - Because of You
Phase 3 ; Fourth - Without Me
Phase 3 ; Fourth - It Will Rain
Phase 3 ; Fourth - Easy on Me
Phase 3 ; Fourth - Right Here Waiting
Phase 3 ; Fourth - (Everything I Do) I Do It For You
Phase 3 ; Fourth - She Will Be Loved
Phase 3 ; Fourth - Scars to Your Beautiful
Phase 3 ; Fourth - You are My Sunshine
Sequel ; Namaku Fourth (Part 1)
Sequel ; Namaku Fourth (Part 2)
Sequel ; Christmas Carol
Note from Author

Phase 2 ; Fix You

1K 58 5
By greevenna

Tidak dipungkiri memang Earth merasa Mix lebih kurus dari biasanya dalam waktu seminggu lebih ini. Kegiatan kuliahnya memang akan berakhir pada sore hari, namun setelahnya ia harus melakukan simulasi ospek kampus hingga pukul 10 malam. Baru tengah malam ia mengerjakan tugas kuliahnya hingga fajar atau bahkan tidak sempat tidur karena dia harus sampai di kampus pukul 7 tepat.

Earth berkali-kali menegur Mix hingga menimbulkan pertengkaran kecil yang berakhir Mix tetap harus tidur walau dengan alarm. Earth tidak bisa berkomentar saat Mix mengatakan bahwa ia harus segera mengejar deadline tugas dan ujiannya di tengah-tengah kesibukan organisasinya.

Davika dan Ter hanya bisa memberikan semangat pada Mix yang sekarang sedang memegang kertas jurnal untuk pagi ini presentasi. Sarapan pagi mereka harus direlakan dengan ketenangan agar Mix bisa belajar sambil makan. Tentu ini membuat raut wajah Earth semakin gelap. Bukan karena Mix yang belajar di meja makan, tetapi karena suaminya benar-benar hampir lupa memasukan roti lapis ke dalam mulutnya karena sibuk menghafal.

"MIX!"

Jeritan tertahan Davika membuat semua mata memandang Mix yang kini baru menyadari ada sebuah cairan yang keluar dari hidungnya. Mix mimisan. "Naik, naik kepalanya", ucap Davika yang segera mengambil tisu. Earth yang berada di samping Mix berdecak mengambil kertas-kertas milik Mix dan mulai membantu Davika membersihkan darah yang sudah terjatuh di lehernya.

"Mix ga mau besok aja ujiannya?", Ter mulai membantu Earth yang sekarang membawa Mix ke sofa terdekat.

Mix menggeleng, "Ini ujian akhir pi". Terlebih mata kuliah pak Mew. Ia mati-matian mengerjakan praktikum dan penelitiannya sendirian. Berbeda dengan tugas-tugas lainnya yang bisa ia bagi kesulitannya dengan First, kali ini ia benar-benar mengerjakan sendiri penelitiannya dari nol.

"Haah", suara helaan nafas kasar Earth begitu keras membuat semua memandangnya yang sedang berkacak pinggang.

"Mas jemput setelah kelas", ucap Earth kemudian.

"Mas aku masih ada kegiatan-"

"Libur" sergah Earth cepat.

"MAS!"

"MIX!"

"Hey hey"

Ter menengahi pertengkaran mereka. "Ini bukan saatnya kalian bertengkar. Mix sekarang diantar mami dulu ya".

Davika mengangguk, Mix bangkit dari sofa mengekori Davika, meninggalkan Earth yang bersama Ter. "Earth", panggil Ter.

Earth memukul sofa dengan kesal, namun akhirnya ia duduk di samping Ter. "Nak, Mix bukan bawahanmu. Kalau kamu mau didengarkan, minta. Jangan perintah"

Earth mengangguk, ia tahu, ia paham. Hanya saja sekarang rasa kesal dan marah menguasai dirinya. Tetapi ada rasa lain yang sebenarnya mendominasi walau tidak mau diakui, kekhawatiran. "Papi tau kalau kamu khawatir sama Mix. Biarkan dulu, kamu jaga dari belakang. Pegang bahu dia, kalau jatuh seperti tadi segera tangkap."

"Dia memang suami kamu, tapi bukan berarti masa depan dan impiannya harus kamu atur. Dukung, jangan patahkan."

Earth menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, membuang kasar nafasnnya di sana. "Maaf pi"

"Papi yang harusnya minta maaf"

"Kamu sekarang jadi bingung bagaimana menjadi suami disaat papi yang seharusnya memberikan contoh nyata tidak pernah di sampingmu"

Seluruh kelas amphitheater terdiam setelah suara kertas yang berhamburan telah sepenuhnya terjatuh di lantai. Suasana begitu mencekam setelah pernyataan pak Mew memberikan nilai D bulat untuk Mix beserta seluruh kekecewaannya pada mahasiswa muda itu.

"Silahkan temui saya semester depan", ucapnya yang meninggalkan kelas yang masih tertegun.

Teman-teman sekelasnya pada saling memandang, presentasi Mix cukup impresif dengan data yang akurat dan jurnal yang tepat. Sayangnya ada satu kesalahan fatal dalam analisis yang membuat dirinya gagal menemukan hipotesa akhir dari penelitiannya. "Semangat Mix!"

Seluruh kelas memberikan semangat pada Mix setelah Mew meninggalkan kelas. First yang duduk di bangku paling atas langsung berlari ke bawah membantu Mix merapikan jurnal miliknya yang sudah tidak beraturan di lantai.

"Mix, lo udah keren kok", puji First yang menyadari bahwa sebenarnya Mix memang keren.

First sendiri mungkin tidak akan bisa melakukan sebaik Mix apabila ia harus mengerjakan penelitian itu sendiri. Sendiri, sebagai seorang mahasiswa baru. "Kayaknya emang pak Mew ga suka sama gue sih"

Entah kenapa Mix terlalu lelah untuk menangis, sehingga ia hanya bisa menertawai dirinya sendiri. "Mix, jangan gitu ah. Lo udah keren kok, dah sekarang kita makan aja yuk"

Mix mengangguk walau sebenarnya ia tidak nafsu makan. "Untungnya ini ujian terakhir", komen First yang kini menyodorkan sup ayam kesukaan Mix.

"Lo masih ada simulasi kaga?", Mix menanggapi pertanyaan First dengan anggukan.

"Mix"

First tau Mix sedang kacau hari ini. Biasanya dia akan menangis, tetapi entah kenapa Mix kini malah hanya menatap jurnal miliknya yang berantakan. Ia lebih memilih merapikan jurnalnya daripada makan siangnya.

"Mix!"

Suara Win membuyarkan mereka berdua. Win berlari dengan membawa kardus bersama Jan menghampiri Mix yang kini menggeser tempat duduknya untuk mereka berdua.

"Ini buat materi yang lo print, sebagian salah Mix"

Mix membulatkan matanya dan segera membuka kardus yang dibawa Win. "Yang ini belum lo sunting di bagian daftar pustaka, ada beberapa halaman juga hilang jadinya ga bisa dipake"

"Astaga.."

"Sori sori, gue cek sendiri aja deh kayaknya"

Mix meremas rambutnya pelan sambil meratapi kebodohan dirinya berkali kali. "Setelah lo sunting, nanti tolong berkasnya masukin sini aja ya. Biar Aye nanti yang bikin presentasinya", kata Jan memberikan flashdisk pada Mix.

"MIX!"

Kali ini May menyusul mereka, Mix yakin seratus persen wanita itu akan menghardiknya karena telah melakukan kesalahan. "Gue dah bilang jurnalnya bukan yang tahun lalu", benar kan.

"Lo bilang yang terbaru May. Terakhir yang dia terbitin ya tahun lalu", Mix mencoba membela dirinya.

"Ih tolol. Yang gue maksud dua tahun lalu. Anjir lo ya emang ga becus kalo kerja."

"MAY!", Jan kali ini cukup sabar untuk menghentikan kata-kata kasar gadis itu.

Tidak ingin ada pertengkaran lebih lanjut, Jan menyeret May untuk menjauh dari Mix, Win dan First yang sudah siap melempar garpu yang ada di tangan kirinya.

"Mix, nanti jurnalnya langsung masukin flashdisk aja", pesan Jan sebelum benar-benar meninggalkan mereka.

Mix tersenyum mengambil flashdisk Jan. "Mix?", Win mulai cemas melihat Mix yang tidak seekspresif biasanya. Biasanya ia akan meledek May yang mencaci dirinya, namun kali ini ia seperti menerima semua cemoohan.

"Ini hari terakhir ujian, kita juga ga ada simulasi atau rapat"

Win mencoba mengingatkan Mix tentang kegiatannya, membantunya untuk mengingat bahwa ia bisa lebih santai hari ini dan tidak perlu memikirkan tugas BEM.

"Mau gue anter?", First menggenggam tangan Mix erat.

Mix menggeleng, "Gue cek dulu materi ini kali"

"Miix, istirahat dulu deeh. Wajah lo udah pucet looo"

Win menarik kardus yang ia bawa, menjauh dari Mix. "Gapapa Win, gue bisa cek sebentar sebelum balik", ujarnya mencoba menarik kembali kardus yang Win ambi.

Namun Win semakin menjauhkan kardusnya yang membuat kesabaran Mix berada di puncak.

"WIN!"

Teriakan Mix membuat semua orang terkejut, tak terkecuali si pemilik nama yang kini benar-benar tidak berkutik. "Mix ayo pulang"

Tanpa basa-basi First menarik paksa tangan Mix menjauh dari kantin kampus. Win mengikuti First dan Mix di belakang sambil membawa kardus materi milik Mix. Ia hanya tidak tau harus berbuat apa dengan kardusnya.

"FIRST LEPAS!", Mix berkali kali mencoba melepaskan cengkraman tangan First yang cukup menyakiti dirinya.

Sebenarnya tidak, biasanya Mix bisa melepaskan cengkraman First dengan cepat. Mungkin karena dirinya sebenarnya lelah sehingga tidak bisa melakukan itu.

"First please.."

Kini Mix meminta, Firs mulai memperlambat langkahnya hingga berhenti untuk berbalik menatap Mix yang kini sepertinya menyesali perbuatannya. "Bukan gue", ucap First segera. Mix mengangguk.

Ia berbalik menatap Win yang ada di belakang mereka, mengambil kardus yang tengah dibawa Win kemudian membungkuk, "Win, sori. Maafin gue yang bentak lu", ucapnya kemudian.

Win gelagapan, bingung. First yang ada di depannya mengangguk untuk memaafkan Mix. "Mix santai aja, kita sahabat kan. Gue ga masalah kok kalau lo mau marah sama gue atau mau jadiin gue pelampiasan"

Mix menggigit bibir bawahnya, ia cukup menyesal telah membentak Win. Perkara kardus saja bisa membuatnya sangat marah. Sepertinya Mix cukup berantakan hari ini.

"Mix"

Suara tidak asing membuyarkan adegan mereka, First yang pertama menyadari suara tersebut melangkahkan kakinya menjauh dari Mix. Ia membuka jalan untuk Earth yang berlari dari mobilnya menuju Mix yang kini masih membungkuk pada Win.

"Mix udah ya, kita pulang"

Suara lembut Earth yang memeluk pundak Mix dari belakang sukses membuat lelaki itu lemas dan hampir terduduk di tanah parkiran. "Mix Mix"

Win yang mau membantu dicegah oleh Earth. "Maafin mas ya udah bentak kamu pagi ini", gumanan Earth masih terdengar di telinga Mix. Mix menggeleng pelan mencoba tersenyum, "Engga mas, Mix pantes kok dibentak".

"Miix"

First kehabisan kesabaran. "IYE LO PANTES KOK MIX. PANTES BANGET DAPET ITU SEMUA! PUAS LO? APAPUN YANG LO LAKUIN SEKARANG GA ADA YANG BENER."

Teriakan First yang murka mengagetkan Win dan Earth. Tetapi pada akhirnya kalimat First mampu menembus dinding pertahanan Mix yang sejak tadi ia pasang untuk menegarkan dirinya. Kini ia menangis di hadapan Earth.

"Sori bang. Kalau ga gitu bisa-bisa dia pingsan karena tensi yang dia tahan"

First meminta maaf pada Earth yang sudah membuat Mix menangis. Ia dan Win kini menjelaskan semua yang terjadi pada Mix. First sebagai teman kuliahnya menceritakan bagaimana Mix harus membuat penelitian sendiri dan berakhir dengan nilai D atau artinya dia harus mengulang di semester depan. Padahal Mix sudah mencurahkan semuanya untuk penelitian itu.

Di sisi lainnya Win menceritakan bagaimana Mix yang beberapa kali salah mengerjakan materi edukasi sehingga harus mengulangnya kembali. Ditambah dengan komentar buruk dari temannya satu timnya.

"Terima kasih ya", ucap Earth.

Earth tanpa ragu mengangkat tubuh Mix dalam gendongan depan. Ia berjalan menuju mobil yang kini Jo sudah membantu membawa barang Mix dari First dan Win. "Mix, kita pulang ya".

Mix tidak mendengarkan, ia masih menangis di pelukan Earth yang sesekali mengelus punggungnya perlahan.

"Earth"

Darvid keluar dari bangsal milikMix untuk mendekat pada Earth yang baru saja mengirimkan pesan pada Podd dan Joss. "Lo telat dikit, Mix kena tipes", ujarnya dengan santai.

"Harus opname?", tanya Earth.

"Ga perlu. Bawa pulang aja, kalau lo butuh ganti IV nanti gue balik mampir"

"Gue ada di rumah papi"

Darvid menatap Earth agak bingung, "Tumben?"

Earth tidak membalas pertanyaan Darvid karena ia memilih untuk masuk ke bangsal Mix yang kini sudah tertidur dengan tenang. "Badannya panas, gue rasa dia mungkin juga pusing. Ada mimisan?", tanya Darvid yang masih mencatat data Mix.

"Pagi tadi"

"Kenapa lo baru bawa sekarang!?", hardik Darvid.

"Dia ujian", Earth menarik nafas sambil mengusap wajahnya.

"Bawa pulang aja, mungkin dia lebih nyaman di rumah"

Earth mengangguk setelah menandatangani dokumen yang Darvid berikan padanya.

Rasanya seperti nostalgia, Mix kini terbangun dari tidurnya dengan kepala yang begitu berat dan mata yang sangat panas. Sepertinya dia demam. Hal terakhir yang dia ingat hanyalah Earth yang menggendongnya masuk ke dalam mobil. "Aw-"

Ia baru menyadari bahwa tangannya terasa kebas, "IV?"

Ah, ini sepertinya limit dirinya. Kegiatan organisasi, kuliah, praktikum dan tugas membuatnya benar-benar tumbang. Walau tubuhnya kini lemas di tempat tdiur, pikirannya kembali pada materi ospek yang berada di kardus. Mix bangun dari tempat tidurnya, mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar dan menemukan kardus materinya yang berada di dekat lemari pakaian. 

"Setidaknya gue bisa sort out sebentar"

Itu pikirnya setelah kini duduk di lantai dengan selang infus yang masih terpasang di lengan kirinya. Tidak dihiraukan rasa sakit dan kebas dari tangan tersebut, ia sekarang meneliti semua dokumen tersebut dan menyisikan yang salah di lantai.

"MIX!"

Suara teriakan Davika menyadarkan Mix yang masih memegang beberapa kertas di tangannya. Wanita itu berlari ke arah Mix setelah menerobos masuk ke kamar. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki berlari dari raung samping yang akhirnya memunculkan sosok Earth dan Pod dibelakangnya.

"Mix! Kamu masih demam!", ujar Davika mencoba menarik kertas yang ada di tangan Mix.

Earth segera mengankat tubuh Mix yang berada di lantai, "Mas! Tinggal dikit lagi". Mix mencoba melepaskan kedua tangan Earth yang melingkar di bawah ketiaknya. Namun Earth tidak menggubris hingga membuat selang IV milik Mix terlepas.

"MAS!", ucap Mix yang agak kesakitan.

"Tidur"

Suara Earth begitu berat dan penuh dengan perintah. Mix terdiam sambil melepaskan tangan Earth. Hingga akhirnya Mix harus menggigit salah satu tangan Earth yang membuatnya melepaskan Mix.

"MIX!"

Kali ini Earth benar-benar berada di puncak kesabarannya. Davika dan Podd yang berada di kamar saling berpandangan, merasakan tensi udara yang mencekat. Untuk Davika, ini pertama kalinya melihat anak semata wayangnya marah. Yang benar-benar marah hingga ia tidak bisa berkata-kata. Sedangkan Podd yang sudah terbiasa melihat Earth baku hantam dengan dirinya atau Joss meminta Davika untuk mundur.

"Keluar"

Podd mengangguk dan membawa Davika yang kebingungan keluar dari kamar mereka berdua. Sedangkan Mix yang baru saja dibentak hanya dapat terdiam. Terlalu shock dengan bentakan Earth.

Tapi keduannya tidak bisa menyalahkan satu sama lainnya. Earth frustasi menghadapi Mix yang sulit diatur. Mix juga merasa ada tanggung jawab dengan kuliah dan organisasinya. "Kalau kamu gini terus mas minta kamu keluar dari organisasi"

Kalimat Earth membawa kepala Mix melayang. "Kenapa? Karena aku ga becus kan?", suara Mix sedikit tertahan.

"IYA! Iya aku emang ga pernah becus dalam hal apapun!"

"Ga ada yang bisa aku lakukan selain jadi beban buat mereka!"

"Juga buat mas!"

Suara Mix yang bergetar putus asa membuat Earth mengurungkan niatnya untuk membalas komentarnnya. Dadanya terasa sesak saat Mix mengatakan bahwa dirinya adalah beban untuknya. "Ambil mas", ucap Mix kemudian.

"Ambil semua. Kamu udah ambil hidupku. Aku ga punya apa-apa lagi"

"AMBIL SEMUA", kini teriakan Mix menggema di seluruh ruangan.

Bulu kuduk Earth berdiri, teriakan Mix begitu menyakitkan hatinya. Sedangkan Mix sendiri sedang kalut. Ternyata dirinya begiu memendam semua yang terjadi padanya. Ia tidak tahan dengan hinaan orang-orang. Ia lelah dengan cacian mereka. Ia lelah bekerja keras namun tidak memiliki hasil yang sesuai dengan ekspektasinya.

Mungkin bagi lainnya, itu adalah hal yang biasa terjadi. Tetapi bagi Mix yang datang bertubi-tubi sangat melelahkan. Jangan salahkan kedewasaannya. Tentu sudah berbeda dengan Earth yang mungkin lebih dahulu melalui fase ini.

"Haah.."

Earth menghela nafasnya sambil membasuh wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Mix", ia memanggil suaminya dengan nada yang mulai melembut. Mix yang kini sedang menahan tangis menatap Earth yang sedang membuka kedua lengannya. Meminta untuk berpelukan.

"Sini"

Tee selalu berkata jika Earth sulit mengungkapkan kata-kata atau takut kalimatnya akan disalaharikan Mix, pelukan akan menjadi jawaban dan respon terbaik. Dan benar, Mix yang kni merasa bersalah segera berjalan ke pelukan Earth.

"Maafin mas ya", desis Earth setelah berhasil menangkap Mix dalam pelukannya.

Mix mengangguk. Earth menuntun pelukan mereka hingga ke pinggir tempat tidur, kini ia menududukan Mix dipanguannya. Wajah Mix masih pucat, badannya juga masih panas, Earth kira kepalanya juga mungkin masih pusing setelah berteriak tadi.

"Mix", panggil Earth melelehkan hati Mix.

"Mas di sini"

Kalimat selanjutnya berhasil membuat Mix menumpahkan air matanya kembali. "Mix capek mas..", kini Mix menumpahkan semuannya.

"Mix capek diganggu sama semua orang,Mix capke sama omongan mereka"

"Mix berusaha yang terbaik buat siapin materi ospek tapi selalu salah dan bikiin yang lain repot"

"Mix mati-matian buat penelitian tugas akhir sampe begadang setiap malam.."

"Tapi nyatanya harus ngulang semester depan.."

Suara Mix tersendatsaat menjelaskan semuanya yang ia rasakan. Earth yang kini menatap Mix lekat hanya bisa menepuk punggung Mix pelan.

Cukup lama Earth memeluk Mix, kini ia hanya mendengar suara dengkuran halus di pangkuannya. Mix tertidur. Sehingga sekarang Earth harus memindahkan tubuh Mix agar lebih nyaman di tempat tidur. Pandangannya kini beralih pada kertas-kertas Mix yang berserakan di lantai. Ia merogoh ponselnya dan memulai panggilan.

"Bright? Sorry, bisa ketemu Win?"

Continue Reading

You'll Also Like

66.1K 3K 32
BxB Mosbank area Homophobia jan mampir Jan lupa kasih semangatnya ✌️
16.9K 2K 24
Awalnya tak ada yang aneh dari kekasihnya, mereka saling mencintai satu sama lain namun seiring berjalannya waktu sifat asli sang kekasih mulai terli...
194K 16.6K 35
Hanya cerita biasa tentang kehidupan ATP setelah diterima bekerja di GMM Bank. Hanya cerita biasa tentang kehidupan Jumpol setelah terlibat project b...
33.5K 3.1K 22
New Thitipoom terbangun dari komanya setelah mengalami kecelakaan, seingatnya Tay Tawan hanyalah teman SMA, tapi... kenapa Tay mengatakan jika mereka...