fairy and devil | nomin, mark...

Per jaeminuman

51.2K 6.2K 702

"aku hanya suka pada dewa minhyung!" -na jaemin, little fairy "kau takut aku membunuh minhyungmu itu?" -lee j... Més

0 | king of the moon
1 | sasung temple
2 | sooyoon sky
3 | hatae tower
4 | unsealed
5 | mysterious world
6 | god minhyung
7 | flower
8 | withered
9 | life saver
10 | sunrise
11 | fairy donghyuck
12 | fairy test
13 | ilcho
14 | nono & jasmine
15 | fantasy crystal
16 | disenchanted
17 | lee jeno, moon clan
18 | moon vs sky
19 | changyoon sea
20 | anger
21 | swapping bodies
22 | fairy = devil
23 | patricide
24 | checkmate
25 | ambush
26 | turnover
27 | flower in the moon clan
28 | foxy ideas
29 | worldly feelings
30 | injoon
31 | thousand-level illusion
32 | falter
33 | demesne
34 | homicide
35 | riddle
37 | pinkish heart
38 | ice cream mode
39 | live your own life
40 | yoonmi pool
41 | party at the mansion
42 | good boy gone bad
43 | pairs
44 | a miss
45 | useless great trick
46 | comradery
47 | banquet
48 | clownery things
49 | literally a clown
50 | what if...
51 | where does broken heart go?
52 | connexion
53 | knotty
54 | gloomy
55 | the wedding
56 | horror
57 | sugar-coat
58 | do not kick up a row
59 | the union of hearts
60 | fairies who commit sins
61 | supreme lord's sacrifices
62 | jasmine fairy's sacrifices
63 | wheel
64 | dreadful
65 | tears & kindness
66 | nana
67 | a world full of poison
68 | the war
69 | it looks like an ending, but it's not
70 | for the sake of love
71 | the illusion of the dozens of skies
72 | rebirth
73 | the guardian gods of the three worlds
74 | seo
75 | the broken hearts of the knights
76 | story at the heeyoo pavilion
77 | the contrarian of fate
78 | the king's death
79 | epilogue
hi! it's been a week

36 | the beginning of destruction

524 75 11
Per jaeminuman

"jaemin, kau bilang ingin bertanya padanya secara langsung." injoon yang sedang duduk di lantai sambil mengangkat sebelah kakinya nampak berpikir. ia mencengkeram lengan temannya dengan cepat begitu menyadari rencana yang mungkin akan dilakukan peri tersebut, "jangan-jangan kau ingin pergi ke dasar sungai leetae?"

jaemin mengangguk yakin, "benar. setelah klan khayangan dan bulan meninggal, inti jiwa akan beristirahat dengan tenang di alam awal kehancuran dasar sungai leetae. asalkan aku pergi ke sana dan menemukan inti jiwa raja bulan terdahulu, maka aku bisa bertanya padanya dengan jelas secara langsung. tapi, bunga lansi yang bisa membangunkan inti jiwa sudah punah puluhan ribu tahun. jika tidak ada bunga lansi juga percuma saja."

"jika bunga lansi belum punah dan semua orang membawanya ke dasar sungai leetae untuk mencari kerabat yang sudah meninggal agar bisa berbincang, maka bukankah sungai leetae akan lebih ramai dibandingkan dengan kota laut? selain itu, jangankan bunga lansi yang masih hidup, meskipun yang sudah mati, itu juga merupakan koleksi yang berharga. bisa dijual dengan harga ribuan batu spiritual."

"yang mati?" peri kecil cerdik itu mendadak mendapat ide, "injoon, apakah kau tahu di mana bunga lansi yang sudah mati?"

"apa yang ingin kau lakukan?"

"kau jawab saja tahu atau tidak."

"itu ada di istana dal. sebelumnya saat sungchan menjadi raja bulan, ia mencari bunga lansi ke mana-mana karena merindukan ayahnya. lalu, ada orang yang mempersembahkan sebuah bunga lansi yang sudah mati kepadanya dan diletakkan di paviliun leunbang."

"ayo kita pergi mencarinya di paviliun leunbang sekarang juga. ayo jalan." jaemin menarik-narik tangan injoon dengan mata berbinar.

"tidak perlu. itu sudah kucuri."

"bisakah kau memberikannya padaku?" jaemin membuat ekspresi semelas mungkin.

"itu hanya sebuah bunga yang sudah mati. apa gunanya jika kuberikan padamu?"

"itu berguna untukku. kau berikan padaku saja." peri melati menggoyang-goyangkan lengan temannya.

"tidak. itu sangat berharga. aku tidak akan memberikannya." injoon menghempaskan tangannya dan membuang muka. jaemin terus memandanginya sembari ingin menangis.

💥

sihir merah muda dari tangan peri melati menyelimuti bunga kecil yang sudah layu di dalam vas. senyuman di bibir sang peri mulai terbentuk ketika bunga merah muncul di dahannya, namun sudut bibirnya menjadi turun ke bawah ketika bunga tersebut kembali menghilang.

"sudah kukatakan, ini adalah bunga lansi, sangat berharga di tiga dunia. kau kira itu adalah rumput ekor serigala di kuil sasung? mana mungkin bisa hidup semudah itu. lebih baik kau kembalikan padaku agar aku bisa menjualnya dengan harga tinggi. setelah aku mengenalmu, rezekiku tidak bagus." injoon juga cemberut.

"pohon tujuh perasaan duniawi sudah terselamatkan. mengapa bunga ini tidak bisa diselamatkan? aku akan mencobanya lagi." jaemin kembali mengeluarkan sihirnya untuk membuat bunga tersebut kembali mekar.

kuil sasung laut changyoon sudah diselimuti gelapnya malam dan injoon bahkan sudah tertidur, namun jaemin masih terus berusaha. darah bahkan sudah menetes ke atas bunga lansi dari tangannya tanpa ia sadari.

"mengapa kau masih mencobanya? ini sudah berapa lama?" tanya injoon yang terbangun dengan suara serak. jaemin tak menjawab sehingga injoon segera bangkit dari kasur, menghampiri temannya itu, dan langsung terbelalak, "lukamu terbelah! apa kau tidak menyadarinya?"

"aku ingin mencoba untuk terakhir kalinya." jaemin bersikukuh. injoon langsung menarik tangannya.

"kau jangan mencobanya lagi, jaemin. ini sudah terakhir yang keberapa kalinya? sudahlah. kau dengarkan perkataanku. apa kau sudah bosan hidup? apa kau punya otak?"

"in... injoon." jaemin terbelalak di antara pertengkaran kecil mereka, "lihatlah. bunga lansi sudah hidup."

injoon segera mengamati bunga itu tak percaya, "ia benar-benar hidup. bagaimana mungkin?"

"aku tahu." ucap jaemin ketika tak sengaja melihat tetesan darahnya, "ini karena darah. ternyata bunga lansi hidup dengan darah."

sementara itu, raja bulan yang telah kembali ke istana dan sedang sibuk dengan pikirannya menggulung lengan pakaiannya hanya untuk menemukan luka terbelah di tangannya.

💥

"arus ke bawah sungai leetae sangat berbahaya, tajam seperti ujung pisau. begitu tidak berhati-hati sedikit saja, kau tidak akan bisa kembali lagi. apakah kau benar-benar akan pergi?" tanya injoon khawatir.

"injoon, cermin bayangan awan."

pria mungil itu menatap ngeri ekspresi tenang sahabatnya. ia mengelurkan benda yang diinginkan jaemin dari tasnya, tetapi ia segera menariknya kembali ketika jaemin hendak mengambilnya.

"jaemin, apa kau pernah berpikir? meskipun kau selamat ke alam awal kehancuran dan menemukan raja bulan terdahulu, tapi ia sudah mati puluhan ribu tahun. mungkin sejak awal ia sudah melupakan semua hal semasa hidupnya dulu atau mungkin saja ia memang adalah ayah yang kejam dan tidak berperasaan. jika seperti itu, kau benar-benar tidak mendapatkan jawaban yang kau inginkan."

peri melati tersenyum tipis, "injoon, aku sudah pernah memikirkan semua yang kau katakan. tapi, aku tetap akan pergi. pria kaku menanggung tuduhan membunuh ayah. sekarang ia bersikeras ingin membunuh sungchan. orang-orang di dunia pasti akan merasa ia sedang menyerang saudara sendiri demi keuntungan dan mengira insiden pembunuhan ayahnya waktu itu akan terjadi lagi. aku tidak bisa membiarkannya disalahpahami terus-menerus oleh orang lain. asalkan ada secercah harapan, aku tidak akan menyerah."

injoon tak lagi menjawab. ia hanya menunduk dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

"aku tahu kau mencemaskanku, tapi aku sudah tidak bisa memikirkan cara lain lagi selain cara ini."

"siapa yang mencemaskanmu? aku khawatir kau mati di sungai leetae, lalu tidak ada orang yang membayar utangmu padaku."

"kau tenang saja. setelah aku kembali, semua utangmu akan kubayar satu per satu sampai lunas." jaemin tersenyum menenangkan.

injoon melepas tasnya yang berisi barang-barang ajaib dan mengalungkannya di tubuh jaemin. ia tersenyum kecil, "kau harus berhati-hati. jangan sampai terbawa ombak."

"aku mengerti. semua benda ini pasti sangat mahal. jika aku menghilangkannya, aku tidak akan sanggup menggantinya. tapi, injoon, coba kau pikir. jika tidak ada cermin bayangan awan, aku tidak akan bisa mengingat kata-kata raja bulan terdahulu nanti. jadi, aku pasti akan menggenggamnya erat-erat."

"apa kau bodoh? maksudku adalah jangan sampai kau yang terbawa ombak." injoon membuang muka.

"kau tenang saja." jaemin berbalik ke arah sungai, menatap pusaran air besar itu sejenak, kemudian melompat ke sana dengan kekuatan perinya.

setelah jaemin menghilang dari pandangannya, injoon tak berhenti menatap ke dalam arus air tersebut dengan khawatir. jaemin sendiri beberapa kali kehilangan kendali dan berputar-putar kencang di dalam sana, namun peri kecil itu terus berusaha menerjang arus besar tersebut.

💥

lee sungchan dengan baju tahanan dan wajah pucatnya diseret dan didorong ke tengah-tengah aula utama istana dal oleh para prajurit. sang kakak berjalan keluar kamar dengan kuanlin yang segera menyambutnya.

"yang mulia, waktu eksekusi sudah tiba. sekarang kita pergi ke lapangan eksekusi."

jeno sudah berjalan mendahului bawahannya, namun luka yang kembali terbuka di tangannya membuatnya membelalak dan hilang fokus.

💥

"sudah empat jam. mengapa ia masih belum kembali? ya ampun, jaemin." injoon nampak gelisah di tepi sungai leetae. untung saja jeno tiba-tiba muncul di dekatnya. injoon segera menunduk hormat, "yang mulia."

"ia pergi ke mana?"

"ia..." injoon tak sanggup berkata-kata, namun matanya yang menatap ke arus sungai leetae membuat jeno langsung melompat ke sana.

💥

mata jaemin yang sempat terpejam kini terbuka dan berbinar saat bola-bola kecil bercahaya melewatinya.

"apakah semua ini adalah inti jiwa? ini adalah alam awal kehancuran." jaemin semakin mempercepat lajunya ke dasar sungai leetae. ia berhenti di sebuah bangunan besar di bawah sana.

peri melati memasuki bangunan itu dengan perlahan. pandangannya berkeliling ke segala arah sebelum menemukan sebuah bola bercahaya biru kecil yang terbang ke sana kemari.

"apakah anda adalah raja bulan terdahulu?" tanya sang peri secara hati-hati. cahaya di bola itu semakin terang. jaemin segera mengambil cermin bayangan awan untuk merekam pembicaraan mereka dan bunga lansi untuk membuat inti jiwa tersebut menjadi manusia lagi. sihir merah muda dari tangannya sudah hampir menyelimuti bunga lansi, namun seseorang segera mencengkeram tangannya.

"siapa yang menyuruhmu kemari? ayo kembali!"

jaemin terkesiap ketika melihat jeno yang kini sudah berada di hadapannya. ia menghempaskan tangannya dari cengkeraman sang raja, "aku masih belum bertanya."

"apa yang ingin kau tanyakan?"

"aku ingin bertanya mengapa waktu itu ayahmu bertindak seperti itu padamu..."

"KAU TIDAK BERHAK MENANYAKANNYA!" suara jeno menggelegar. mereka berdua sama-sama terdiam sembari menetralkan napas setelah itu. mata jeno tak sengaja menangkap bola bercahaya biru yang bergerak mengelilingi mereka, "ini adalah ayahku yang sudah mati. betapa agungnya ia pada waktu itu. sekarang dari dirinya hanya tersisa sebuah inti jiwa yang malang. kau tidak perlu bertanya. aku tidak ingin mengetahui hal apa pun mengenai dirinya lagi. ayo pergi."

"kau bilang ia tidak menyayangimu. mengapa ia masih menyimpan kecapimu?" jaemin meletakkan bunga lansinya di lantai dan menghalangi jalan sang raja.

"KECAPIKU ADALAH BENDA YANG IA HANCURKAN DENGAN TANGANNYA SENDIRI!" suara jeno kembali menggelegar. jaemin membiarkan raja itu menetralkan napasnya dulu sebelum membuka kain yang menyelimuti salah satu benda yang dibawanya.

mata jeno sedikit membelalak ketika melihat sebuah kecapi kecil yang sangat ia kenali kini berada di tangan jaemin. tatapannya kini mengarah pada sang peri.

"kau menerobos tempat terlarang dengan lancang?"

"benar. jika aku tidak pergi ke sana, selamanya tidak akan ada orang yang tahu bahwa ia menyimpan kecapi ini di sana. pria kaku, berhubung aku sudah datang, biarkanlah aku bertanya padanya. jika kau ingin membunuhku, memenggalku, atau memotong lidahku, kau lakukan nanti saja setelah aku kembali ya?"

"aku sudah bilang tidak perlu bertanya." ucap jeno penuh penekanan, "ayo jalan."

jaemin menghela napas dan melewati jeno untuk mengambil bunga lansinya. ia meletakkan bunga merah tersebut pada semacam altar di hadapannya dan mengarahkan sihirnya ke sana. beberapa detik kemudian, bayangan lee donghae yang sudah menua muncul di altar itu.

"tuan raja bulan terdahulu." jaemin yang agak terkejut kini mengamati pria itu dari jarak lebih dekat.

"sudah berapa lama aku di sini?" ucap pria tua itu dengan suara serak.

"sudah 30.000 tahun." jawab jaemin.

"sudah 30.000 tahun?" lee donghae menoleh perlahan dan menatap peri melati, "siapa kau?"

"aku adalah..." jaemin nampak ketakutan, "putra anda yang memintaku datang kemari."

"jeno? apakah ia sudah meratakan langit sooyoon dan menyejahterakan klan bulan?"

jeno yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka dari jarak jauh berdesis, "ia hanya bisa terus-menerus menanyakan hal ini."

"tuan raja bulan terdahulu, apakah anda mengenal kecapi ini?" jaemin membawa kecapi milik jeno ke hadapan pria tua itu. lee donghae menatap alat musik tersebut dengan tatatapan yang mengisyaratkan sedikit haru.

"tentu saja aku ingat."

"kalau begitu, apakah anda yang memperbaiki kecapi ini?"

donghae mengingat masa mudanya ketika ia memperbaiki benda itu dengan sihirnya sendiri tanpa diketahui oleh siapa pun.

"jeno mempersembahkannya padaku sebagai hadiah ulang tahun. tapi, aku malah melemparnya hingga hancur. hatiku terasa sangat pedih dan tidak tega."

"BOHONG!" jeno berteriak keras. sang putra berbalik ke arahnya dengan penuh kemarahan, "jika hatimu terasa pedih dan tidak tega, mengapa kau menghancurkannya dengan tanganmu sendiri?"

"jeno?" mata donghae membelalak begitu ia menyadari keberadaan putranya.

"sejak awal kau hanya menganggapku sebagai alat untuk membangkitkan klan bulan!" mata jeno sudah memerah, "kau membuatku merasakan penderitaan pencabutan tujuh perasaan duniawi. kau membuatku menerima makian sebagai binatang buas pembunuh ayahnya. kau membuatku menjadi monster yang dihindari oleh semua orang! apakah kau pernah merasa kasihan padaku sekali saja? atau merasa tidak tega sedikit saja?"

donghae nampak sedikit terkejut mendengar putranya yang semarah itu, "jeno, kau muda, kuat, dan sangat berbakat. ayah percaya kau pasti bisa menguasai api neraka. kau adalah harapan hidup bagi klan bulan."

"lagi-lagi alasan ini. dari dulu aku sudah muak mendengarnya. kalau begitu, sekarang aku tanya padamu. jika diulang kembali, apakah keputusanmu akan berbeda?"

ayahnya tidak langsung menjawab, membuat jeno semakin marah.

"JAWABLAH!"

"jika diulang kembali, aku tetap akan membuat keputusan yang sama."

jaemin menatap ayah dan anak itu bergantian. jawaban donghae membuat dirinya takut akan terjadi pertengkaran hebat di antara kedua pria tersebut.

"ternyata benar. tidak peduli bagaimanapun, membangkitkan klan bulan adalah tanggung jawabku. kau hanyalah seorang ayah yang tidak lebih dari binatang buas, maka itu kau bisa memiliki seorang putra yang tidak lebih dari binatang buas sepertiku."

"putraku, saat itu ayah... tidak berdaya. benar-benar tidak berdaya." donghae menggeleng-geleng sedih.

"kau tidak perlu menunjukkan ekspresi palsu semacam ini. bukankah kau adalah orang yang kejam dan semena-mena? apa maksudmu mengatakan semua ini sekarang?"

mata kedua raja bulan tersebut mulai berkaca-kaca. keadaan menjadi hening saat itu.

"yang mulia, lee youngheum memimpin prajurit peri untuk berperang. danau perak dan daratan selatan telah menghilang." raja yoo selatan berlutut sembari menunduk tanpa berani menatap donghae di hadapannya.

"yang mulia, sinjang utara jatuh ke tangan musuh. total 8.000 tentara kita semuanya musnah." raja yoo utara juga melakukan hal yang sama. donghae memejamkan mata dan mengurut dahinya ketika mendengar itu.

"ayahanda." bocah lelaki itu berlari-lari ke dalam aula dengan senyuman cerah, "kau sudah berjanji akan menemaniku bermain bola kayu."

lee donghae semakin sedih ketika mengingat momen mereka berdua.

"pada akhirnya, kau tetap saja menganggapku sebagai belati tajam yang tidak berperasaan, menganggapku sebagai alat untuk melawan klan khayangan." jeno berjalan mendekat. donghae segera menggeleng cepat.

"aku tidak tega."

"kau masih berkata tidak tega?! kau sudah sekejam ini, apa yang kau maksud tidak tega?!"

suasana kembali hening setelah sebelumnya suara jeno menggelegar di dalam bangunan.

"sejak saat itu, kau seharusnya membunuhku! tapi, lihatlah apa yang kau lakukan. kau membiarkanku ikut menderita. mati pun lebih baik daripada hidup."

"aku tidak tega. jadi, aku memilih agar kau yang membunuhku."

"kalau begitu, apakah kau pernah memikirkan perasaanku?!" napas lee jeno tak beraturan, "sekarang aku tidak ada waktu luang mendengarkan celotehan jiwa mati yang akan segera lenyap di sini."

jaemin yang merasa waktu mereka sudah tidak banyak lagi memutuskan membuka suara, "tunggu sebentar. raja bulan terdahulu, apa maksud anda membiarkannya membunuh anda? aku pernah membaca buku rahasia. di sana tidak tertulis hanya dengan membunuh keluarga menggunakan tangan sendiri baru bisa memusnahkan tujuh perasaan duniawi."

"itu karena perasaan sulit dipatahkan. setiap kali musnah pasti akan bangkit kembali. memerlukan waktu ribuan tahun untuk benar-benar memusnahkannya. selain dengan teknik rahasia yang membutuhkan waktu lama, jika bisa membunuh keluarga dengan tangan sendiri, dalam sekejap perasaan akan langsung terputus."

"jadi, anda memilih membiarkannya membunuh anda?" tanya jaemin hati-hati. donghae memejamkan mata mendengarnya.

"pengorbanan nyawaku ini sepadan. jeno, akar perasaanmu sudah pulih kembali. maka dari itu, kau bisa menderita seperti ini. aku tanya padamu. kau ingin menjadi raja bulan yang tidak terkalahkan dan membawa klan bulan menikmati kemuliaan lagi atau ingin menyia-nyiakan seluruh penderitaan yang kau alami sebelumnya?"

air mata jeno mulai menetes dari matanya walaupun ia berusaha menyembunyikannya.

"jika terus tenggelam dalam perasaanmu, kau tidak akan mampu melepaskan diri dari penderitaanmu. jeno, ayunkan pedang api nerakamu, hancurkan jiwaku. dengan begitu, maka kau bisa memusnahkan akar perasaan. cepat!" donghae merentangkan tangannya.

"aku tidak bisa melakukannya." ucap jeno dengan suara bergetar.

"kau bisa melakukannya. jeno, apa kau sudah lupa? sebelumnya kau pernah melakukannya. jangan takut untuk melakukannya lagi. anakku, jika kau tidak memusnahkan akar perasaan, kau akan terjebak dalam penderitaan selamanya. apakah kau mengerti?" air mata donghae mulai menetes, "apakah kau bersedia menerima penderitaan akibat membunuh ayah sebelumnya? ayo!"

jeno mengangkat kepalanya untuk memandang sang ayah, "beberapa hari ini, yang kupikirkan di siang hari dan yang kumimpikan setiap malam adalah kebahagiaan saat latihan pedang dan bermain cuju bersama dengan ayahanda. jadi, kali ini aku ingin membuat keputusan sendiri. aku lebih suka menerima penderitaan akibat membunuh ayah dan menerima semua penderitaan akibat cinta daripada melupakan semua perasaan ini."

pikiran tentang memori menyenangkan dan penuh kasih sayang bersama sang ayah serta momen di mana ia membunuh ayahnya muncul di kepala jeno, membuatnya semakin bersedih.

"jeno." donghae tak sanggup berkata-kata lagi. ia mulai terisak. jaemin segera mengambil kecapi milik jeno dan kini bahkan di tangan donghae juga terdapat bola kayu yang sering mereka mainkan dulu. pria tua itu meletakkan bola tersebut di lantai dan menendangnya pelan ke arah sang putra seperti yang pernah ia lakukan dulu. yang membedakannya hanyalah ekspresi mereka berdua yang dulunya tersenyum kini menjadi bersedih. jeno bahkan tak sanggup melakukan apa pun setelah itu.

"pria kaku, apa yang sedang kau pikirkan? cepat tendang." jaemin berubah panik ketika bunga lansi di altar sudah hampir melebur habis. waktu mereka benar-benar tidak lama lagi. namun, jeno masih tak sanggup bergerak. jaemin dan donghae nampak menunggunya, "pria kaku, jika melewatkan ini, kelak tidak akan ada kesempatan lagi. cepat tendang."

jeno akhirnya mendongak hanya untuk menemukan bunga lansi yang sudah melebur dan bayangan ayahnya yang sudah menghilang dari sana, "ayahanda..."

🦄

Continua llegint

You'll Also Like

185K 11.6K 22
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
1M 95.9K 31
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
770K 59.1K 31
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
3M 378K 64
[SILAHKAN FOLLOW SEBELUM BACA] *** Agnesia Aliandra Gadis yatim piatu yang sudah terbiasa hidup dalam kemandirian. Agnes hidup dan dibesarkan dipanti...