66 | nana

371 48 0
                                    

malam itu, jeno hanya bisa merenung di sisi tempat tidur jaemin sembari memandangi perinya yang tengah terlelap. sebetulnya ia juga butuh istirahat, tapi entah mengapa kekhawatiran terus menyelubungi hatinya. mungkin ia harus menjaga jaemin selama beberapa saat hanya untuk memastikan bahwa peri itu aman.

namun, jaemin mulai tak tenang dalam tidurnya di tengah malam menuju dini hari. gelang tulang melati yang melingkar di pergelangan tangannya kembali mengeluarkan cahaya merah.

"mengapa kau berbuat seperti ini padaku?"

mata bulat jaemin terbuka setelah mendengar bisikan tersebut. ia mengubah posisinya menjadi setengah berbaring sembari memandangi seisi kamarnya.

"pria kaku." panggilnya. tak ada yang menyahut. di sekitarnya samar-samar hanya terdengar suara tangisan penuh penderitaan.

"jangan pergi."

suara lirih itu kembali terdengar. sekali, dua kali, tiga kali. tangisannya juga semakin keras. jaemin mengambil lilin dari atas nakas di sebelah kasurnya dan memeriksa kamarnya dengan waspada.

"aku akan membunuhmu."

"mengapa kau membohongiku?"

"bukankah kau bilang kau sangat mencintaiku?"

peri melati mulai menutup telinganya dengan sebelah tangan ketika suara tanpa wujud tersebut terus menghantuinya. ia terus berjalan memasuki kegelapan yang tak berujung.

"mengapa harus dirinya?"

"jangan meninggalkanku!"

matanya terbelalak ketika melihat sosok yang sangat ia kenali beberapa meter di hadapannya. sosok itu berjalan mendekatinya sembari memegang lilin, sama seperti dirinya. jaemin juga maju untuk menghampiri sosok berpakaian putih tersebut.

"tuan muda chantae, ternyata kau masih hidup?"

"aku akan membunuhmu."

bisikan itu masih terdengar, membuat jaemin sedikit takut. lim chantae di hadapannya diam saja. bisikan-bisikan tersebut terdengar dari sekeliling mereka.

"tuan muda chantae, siapa pemilik suara-suara ini?" tanya jaemin.

"mereka adalah aku, tapi mereka juga bukan aku. mereka dan aku sama-sama hanyalah memori dari sebuah kehidupan."

"apa maksudnya?" jaemin terheran-heran.

"sudah tidak ada waktu lagi untuk menjelaskan padamu." tatapan chantae tampak waspada, "di sini aku hanya bisa mempertahankan kesadaran untuk sesaat. kau cepatlah kabur. jangan sampai dilahap oleh mereka. kuberitahu kau, nyawamu dan nyawaku saling berlawanan. jika nantinya aku bisa bangkit, maka hidupmu akan berakhir. semua rahasia ada di..." bayangan lim chantae menghilang, gema-gema suara kembali terdengar di telinga jaemin.

"tuan muda chantae?" peri itu merasa heran dan juga takut. ia melihat sekeliling untuk menemukan orang selain dirinya di tengah kegelapan tersebut, "pria kaku, tolong aku!"

rasanya jaemin ingin menangis saja. ia tak bisa keluar dari kegelapan itu walaupun ia sudah berjalan berputar-putar di sana.

"pria kaku, kau ada di mana?!"

"pria kaku, kau ada di mana?!"

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
fairy and devil | nomin, markminOnde histórias criam vida. Descubra agora