Should I Call It Love? [COMPL...

humuhumuismailaip

21.8K 1.9K 412

First pikir dia tidak akan jatuh cinta pada Khaotung, dan Khaotung pun berpikir demikian. Еще

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24. (Ending)

10.

746 74 28
humuhumuismailaip

Happy reading!!

First bangun cukup terlambat hari ini. Biasanya dia bisa bangun tanpa alarm karena Khaotung yang bangun lebih awal akan membuat kegaduhan yang mana First pun bisa ikut terbangun juga. Tapi, kali ini alarm ponselnya harus berdering setiap 5 menit sekali untuk membangunkannya.
Kemudian saat dia terbangun, tak ada Khaotung disampingnya maupun di sekitar kamarnya.
Tadinya sih First pikir Khaotung ada di luar kamar, tapi ternyata dia memang sudah pergi lebih dulu, bahkan Khaotung tidak memberinya pesan apapun kemana dia pergi saat ini. Tidak biasa, karena Khaotung sering kali memberinya pesan jika dia harus pergi lebih dulu.

Setelah itu, First pun kembali ke kamar untuk membawa rokok dan korek apinya. Lalu pergi ke balkon apartemen dan merokok disana dengan keadaan masih baru saja bangun tidur.
Semalam pun First masuk ke dalam kamar, Khaotung mendiamkannya.
Padahal mereka berencana untuk bermain game, tapi entah bagaimana pertengkaran itu bisa terjadi Semuanya menjadi berbeda di pagi hari ini.

Keduanya tidak sekali dua kali bertengkar untuk sesuatu yang sepele seperti malam tadi, tapi sebelumnya First maupun Khaotung selalu menganggap itu angin lalu. Mudahnya, mereka akan melupakan pertengkaran setelah bangun dari tidur, tapi kali ini Khaotung yang pergi tanpa berpamitan membuat First ragu. Apakah mereka sudah baik-baik saja atau Khaotung masih marah dan kali ini butuh penyelesaian?

"Jun."

Bingung membuat First terpikirkan untuk meminta tolong pada Jun.

"Kau di rumah atau di klub?" Tanya First dengan asap mengepul dari mulutnya.

"Tidak, aku akan mampir ke rumahmu sebelum berangkat ke kampus."

Setelah itu, First pun melanjutkan kembali merokok dengan pikiran kembali tertuju pada Khaotung, dia akan menghabiskan satu batang rokok sebelum pergi menemui Jun untuk konsultasi.
.
.
.
.

Rupanya Khaotung pergi ke kampus lebih dulu, padahal jam kelas siangnya belum dimulai. Tapi, dia berdalih ingin menunggu View selesai dengan kelas paginya alih-alih mengatakan bahwa dia bertengkar dengan First makanya ke kampus lebih awal.
View pun yang merasa perjalanan cintanya dengan Khaotung berjalan lancar terlihat bahagia melihat pria yang ia suka sudah duduk di meja kantin setelah memberinya pesan 30 menit lalu bahwa dia berada disana untuk menunggunya.

"Untukku?" View melihat minuman kesukaannya di atas meja, dan dia tak tahan untuk bertanya pada Khaotung.

"Tentu, bagaimana kelasmu?"

View mengatakan jika dia tidak mengerti apapun hari ini. Yang jelas, dia senang karena ada Khaotung yang menunggunya di kantin seperti ini.
Sepertinya Jay benar, jika dia tak perlu khawatir bila First pun sudah mengaku sebagai gay padanya. Selama Khaotung dan dia saling menyukai, View hanya harus fokus pada kisah cinta mereka. Karena di dunianya, First hanyalah peran pendukung.

"Kupikir aku juga akan menunggu kelasmu selesai, apa yang akan kau lakukan setelah kelasmu selesai?"

"Tidak ada," jawab Khaotung. Katanya, dia hanya akan rebahan di apartemen First sampai menunggu malam hari tiba, dia malam ini akan kembali bekerja di klub Jun.

"Mau menunggu malam di apartemenku saja?" Tawar Khaotung.

Senyum terlihat muncul di bibir Khaotung yang saat ini perasaannya masih tidak karuan karena First, ia pun menganggukkan kepalanya tanda setuju bahwa dia akan pergi ke apartement View.

"Tapi, View. Apa kau sering bercerita tentang kita pada First?"

View menganggukan kepalanya. "Ini seperti dia bahkan tau lebih awal jika kita saling suka, jadi aku sering bertanya padanya tentang dirimu. Dia cukup asyik diajak bicara."

Tak lama kemudian terlihat First yang sedang dibicarakan datang ke kantin, View dan Khaotung melihat kedatangannya dan First pun melihat keduanya yang duduk di meja tak jauh dari kedai minuman yang akan ditujunya.
Khaotung dan First pun saling melempar pandangan setelah tak sengaja saling tatap tersebut, membuat View heran karena tumbenan sekali bersikap asing seperti itu.

"First!" View pun akhirnya dengan sengaja memanggil First yang sedang memesan minuman.

"Duduk disini?" Tawar View menepuk bangku disampingnya.

"Tidak, kelasku akan segera dimulai." Setelah mengatakan itu, minuman yang dipesannya sudah jadi. First pun segera pamitan pada View saja untuk pergi ke kelasnya.

"Kalian bertengkar?"

Khaotung menganggukkan kepalanya, menceritakan masalah semalam hingga keduanya tetap saling diam seperti ini.
Mendengar First tadi malam pergi menemui Mix membuat View berpikir lagi, mungkin Mix sudah memberitahunya dan alasan lain kenapa dia bersikap asing hari ini juga karena dirinya? Karena View mengetahui jati dirinya secara tak sengaja.

"Aku tidak berpikir dia hanya menjauhimu," ucap View yang jelas membuat Khaotung tertawa, tak ada alasan bila First juga menjauhi View.

----

Khaotung menatap First yang mengambil bangku didekat Mix, Keduanya pun mengobrol dengan nyaman saling tertawa dan berbisik.
Khaotung memutuskan pergi ke bangku paling depan, setidaknya dia akan fokus pada pelajaran tanpa sibuk melihat First dan Mix yang dirasa rasanya semakin dekat saja.

Tak biasanya First terlihat ingin membuat masalah kecil menjadi sedikit membesar seperti ini.
Khaotung tidak pernah maju untuk menjelaskan dan meminta maaf bila bertengkar, selalu saja First yang mencoba menyelesaikan Semuanya. Tapi kali ini, First terlalu santai dan Khaotung tidak merasa salah dengan apa yang mereka perdebatkan malam tadi.
Tapi, pastinya adalah Khaotung semakin tidak suka dengan kedekatan First dan Mix.

'Apa kau cemburu?'

Pertanyaan itu sulit untuk dijawabnya, Khaotung memang cemburu tapi dia sedikit ragu pada siapa dia cemburu?
Mix yang ingin ia dekati tapi malah berteman dengan First, atau pada First yang mulai dekat dengan Mix dan menomorduakan dirinya.
.
.

View memiliki urusan saat sedang menunggu Khaotung keluar dari kelasnya, jadi dia memberi pesan pada Khaotung bahwa dia akan pergi dan jika sudah keluar dari kelas maka langsung pergi saja ke apartementnya.
Khaotung baru bisa membaca pesan itu saat dalam perjalanan keluar dari kelas.
Khaotung lalu mengangkat kepalanya, dan saat ia melihat First akan melewatinya segera dia tarik lengannya.
Jelas First terlihat terkejut, dia pikir Khaotung akan membiarkan dia seperti tadi saat di kantin.

"Ayo ikut aku," ujar Khaotung dengan suara kesal lalu menarik tangan First ke tempat yang lebih sepi.

Setelah berada di lorong, First pun terlihat tak mau membuka bibirnya untuk berbicara. Hanya Khaotung saja yang terus mempertanyakan sikap First saat ini, kesalahan apa yang dibuatnya hingga First mendiamkannya semalaman.

"Kau yang marah dan kau yang bertanya apa kesalahanmu?" Tanya First pada akhirnya.

"Awalnya aku mengira seperti itu, tapi ternyata ini kebalikannya."

First menghela napas. "Aku tidak marah."

"Lalu kenapa tidak menyapaku di kantin? Kenapa duduk dengan Phi Mix saat di kelas? Kau bahkan hendak pergi dari kelas padahal jelas-jelas aku ada disampingmu." Khaotung kembali memburu, dia selalu seperti ini bila bertengkar.

"Kau yang meninggalkanku di apartemen padahal kita memiliki kelas yang sama," balas First sama menggebunya. "Kau yang membuat masalah saat makan malam, pergi begitu saja padahal kita baru mulai makan.

Khaotung yang tadinya terlihat marah menjadi sedikit lebih bisa mengendalikan dirinya. Baiklah, dia bersalah karena dari awal tidak mengatakan langsung kenapa dia seperti itu malam tadi.

"Aku juga punya batas kesabaran, Khaotung. Selama ini aku selalu membiarkanmu saat kau bersifat menyebalkan. Tapi kali ini tidak lagi, jadi apa kesalahanku hingga kau sangat marah? Karena aku bertanya soal hubunganmu dengan View?"

Nafas First terlihat memburu, benar-benar emosi dengan sikap Khaotung yang selalu saja merasa benar. Mungkin First juga salah, dia tak seharusnya membiarkan Khaotung tidak mengetahui kesalahannya setiap kali keduanya bertengkar.

"Apa aku benar-benar tidak boleh tahu apa yang kau bicarakan dengan Phi Mix? Kau juga tidak membiarkan aku untuk tahu siapa mantan kekasihmu yang hanya di ketahui oleh Jun. Aku temanmu, kan? Hubungan kita bukan sekedar teman biasa, aku membicarakan semua hal denganmu tapi aku seperti tidak mengenalmu lagi."

"Aku memiliki hak untuk tidak membicarakannya denganmu."

"Benar, aku minta maaf karena terlalu ingin ikut campur. Aku tidak percaya kau kehilangan kesabaranmu hanya karena aku tidak menyelesaikan makan malam dan berangkat ke kampus sendirian."

Khaotung lalu pergi dari hadapan First dengan menyenggol bahunya, dan First tidak berniat menghentikan Khaotung.
Benar juga, alasan itu terlalu kekanakan untuknya memojokkan Khaotung sedemikian rupa.
Tapi dengan mengatakan yang sejujurnya, bahwa dia tak mau Khaotung pindah maka anak itu akan memiliki banyak pertanyaan.

Khaotung benar-benar pergi ke apartement View menghubungi bus, dia membuang rasa marah dan sedihnya disana.
Marah karena First seolah mengecualikannya dari lingkungan pertemanan, dan sedih karena First sangat jarang memarahinya untuk sesuatu kesalahan yang menurut Khaotung sepele.
Menurutnya, yang berhak marah itu justru dirinya tapi First justru terlihat paling marah hingga sesaat tadi Khaotung merasa memang dirinya keterlaluan.
Tapi jika dipikir-pikir lagi, Firstlah yang salah.

First rupanya mencoba menghubungi Khaotung, tapi Khaotung tentu menolak menjawab teleponnya.
Khaotung hanya memberinya pesan jika malam ini dirinya akan bermalam di apartemennya View.
.
.
.
.
First malam ini terlihat disebuah parkiran klub Jun, dia tidak bisa terus diam apalagi Khaotung terus menerus menolak mengangkat telepon darinya.
Setelah ingat jika malam ini Khaotung ada bekerja di klub, First pun langsung datang kemari.

"First."

First lalu menolehkan kepalanya, menatap View yang terlihat baru datang juga. Keduanya sempat bertukar pesan tadi, First juga memastikan perginya Khaotung ke klub dengan bertanya pada View.

"Harusnya kau bilang jika mau kesini, aku bisa menjemputmu."

View hanya tersenyum kecil. "Bisakah kita bicara?"

First menganggukkan kepalanya kemudian mengajak View untuk pergi masuk bersama ke dalam klub. Namun View menolaknya. Dia merasa  bahwa apa yang dia tanyakan pada Jun tempo hari tentang First akan membuat Jun sedikit tidak menyukai kehadirannya, bahkan View sudah tidak pernah lagi menghubungi dan menemui Mix, dia terlalu takut dengan pemikirannya sendiri bahwa teman-temannya First itu pasti akan membencinya.

"Aku serius tentang mengajak Khaotung untuk tinggal bersamaku, tapi sepertinya belum bisa mengiyakan karena kalian sudah setuju untuk tinggal bersama."

First menganggukkan kepalanya, mereka sudah berbicara cukup banyak tentang tinggal bersama. Bahkan Khaotung sudah memberinya setengah tagihan uang sewa untuk bulan depan.

"Kau ingin aku bagaiman?" Tanya First.

"Kau tidak apa-apa, kan? Jika Khaotung tinggal bersamaku?"

First menghela napas, kemudian mengatakan jika dia tak memiliki hak menahan siapapun untuk tetap tinggal. "Tapi, apa kalian sudah resmi berpacaran?"

"Jika dia setuju untuk tinggal bersamaku bukankah artinya kita sudah resmi?"

Benar juga, First pun menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku akan coba bicara padanya. Tapi hari ini kita bertengkar, jadi aku akan menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu."

First pun kembali melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam klub, tapi lagi-lagi View menahannnya dengan memanggil.

"First, kau tahu kau tidak perlu menyembunyikannya dariku, kan?"

First lalu kembali berbalik pada View, dan bertanya apa yang tak segarnya dia sembunyikan dari View.

"Alasanmu tidak ingin memberitahu Khaotung tentang pertemuanmu dengan Phi Mix karena itu soal identitasmu, kan? Soal aku yang mengetahui identitasmu sebagai penyuka sesama jenis."

First terlihat hanya diam menatap gadis tersebut hingga View melanjutkan kalimatnya. "Aku tidak khawatir lagi bahwa kau akan menyukai Khaotung, aku bodoh sekali khawatir kau akan suka padanya. Benar? Kau tak mungkin menyukainya, kan?"

"Kau takut aku menyukainya?"

"Aku hanya berjaga-jaga, aku tidak memiliki pengalaman-pengalaman berebut pria dengan pria, tapi aku mendengar banyak cerita."

First menghela napas, kemudian menjelaskan jika seharusnya View sadar jika First ingin bersembunyi makanya Mix tidak mengatakan ya atau tidak pada pertanyaannya kemarin, seharusnya View tidak perlu kesana kemari untuk mendapatkan bukti karena sesungguhnya itu bukan urusan View.

"Aku berharap kau tak bertanya padaku, karena aku tak suka pertanyaannya. Tapi siapa yang akan mengerti keinginanku, kan? Kau bertanya pada semua orang yang aku kenal, sampai-sampai mereka bertanya padaku untuk bertanya apa maksudmu. Kau tidak memikirkan betapa tidak nyamannya aku? Dan kau bilang aku tidak perlu menyembunyikannya darimu?"

Perasaan First saat ini benar-benar campur aduk, dia menjadi mudah marah semenjak Mix memberitahunya bahwa View mengetahui identitasnya. Dia mencoba untuk tetap biasa saja, tapi berakhir bertengkar dengan Khaotung dan kini dia pun harus menunjukkan emosinya pada orangnya langsung, View.

"Juga, kau harusnya lebih khawatir bagaimana jika dia yang menyukaiku karena perasaanku untuknya tak bisa kau halangi."

Setelah mengatakan itu, First lalu meninggalkan View yang langsung merasa jika dia benar-benar melainkan kesalahan dan ketakutan.
Dia tak pernah berpikir bahwa apa yang dia lakukan kemarin akan berefek hebat untuk First, View hanya ingin jawaban yang dia inginkan tanpa perduli bahwa First sebenarnya ingin bersembunyi.
Juga, apa maksudnya perasaan dia terhadap Khaotung tidak bisa dihalangi olehnya?

"Dia menyukai Khaotung, kan?" Tanya View pada angin. "Dan aku benar-benar akan bersaing dengan pria?"

----

Saat First masuk ke dalam klub, dia tak menemukan Khaotung di tempatnya biasa bekerja, hanya ada Jun yang sedang sibuk melayani pelanggan.
Kata Jun, saat ini Khaotung sedang membuang sampah yang lupa dibuang, harusnya itu dibuang saat klub belum buka.
First lalu memesan minuman sambil menunggu Khaotung, yang baru saja datang dengan tatapan pada First.

"Kau minum?" Tanya Khaotung sembari masuk ke dalam tempat bartender.

"Em, Jun sedang membuatkannya."

Khaotung lalu menganggukkan kepalanya, kemudian diam lagi sembari memperhatikan sekitar.

"Kau masih marah?" Tanya First.

"Bukankah kau yang marah?"

First menghela napas, itu benar. "Aku minta maaf, aku benar-benar tidak bisa mengontrol emosiku hari ini."

Khaotung menganggukkan kepalanya. "Aku juga minta maaf karena terlalu penasaran dengan pembicaraanmu bersama Phi Mix."

Setelah itu, Khaotung kemudian pamit untuk pergi ke toilet. Meninggalkan First yang terlihat bingung karena Khaotung tak terlihat seperti biasanya, mungkin masih kesal karena First sore ini memarahinya di kampus.

TBC.

Продолжить чтение

Вам также понравится

4.3K 314 9
Satu sekolah dengan pria yang selama ini di-idolakanya adalah suatu keberuntungan kan. Tapi jika pria yang di-idolakanya adalah seorang gay, dan bahk...
301K 22.9K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
126K 10K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
AMETHYST BOY AANS

Фанфик

459K 46.2K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...