Should I Call It Love? [COMPL...

By humuhumuismailaip

21.8K 1.9K 412

First pikir dia tidak akan jatuh cinta pada Khaotung, dan Khaotung pun berpikir demikian. More

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24. (Ending)

9.

634 74 7
By humuhumuismailaip

Happy reading!!

Kala itu, First baru saja berusia 15 tahun.
Saat itu dia belum mengenal Khaotung, tapi dia sudah dibuat bingung dengan jati dirinya.
Dia tidak suka berada disekitar perempuan, dan senang saat dipuji oleh teman laki-lakinya.
Seperti remaja kebanyakan, ada kalanya dia penasaran dengan video pasangan yang bersetubuh, tapi dia tak pernah terangsang saat menontonnya, rasa penasaran membawa dia pergi ke video yang sama dengan pasangan sesama jenis.
Katakanlah dia kurang perhatian keluarganya, tapi itu menjadi sejarah baginya.

Juga, menjadi gay bukanlah kesalahan kedua orangtuanya. Entah bagaimana, tapi dia tidak tertarik pada wanita.
First menjadi begitu pendiam sejak saat itu, kebingungan sendiri dan  pandai menyembunyikannya.
Dia juga tidak mudah stres, orang-orang mengatakan dia tak pernah berpacaran karena sangat fokus belajar, kebetulan juga First memang termasuk murid yang berprestasi jadi ayah dan ibunya meminta dia untuk lebih santai tentang sekolahnya dan bermainlah seperti remaja kebanyakan.

First tahu orang sepertinya akan dianggap salah. Bahkan kebanyakan meminta penyembuhan seperti penyakit, dijauhi seperti penyakit menular dan hal kejam lainnya.
Di sekolah SMP-nya, dia juga mengetahui bahwa ada orang sepertinya.
Anak itu ketahuan pernah berpacaran dengan pria dewasa, bahkan terjebak rayuan kakak kelasnya yang berakhir dibully.
First melihat bagaimana siswa itu di pukul, dihina, bahkan diperlakukan seperti kotoran l setiap hari.

First sudah tidak tahan lagi waktu itu, padahal dia berencana menjadi peran pendukung dalam drama yang menjadi siswa jahat juga karena diam walaupun tahu ada tindakan perundungan disekolahnya.
Suatu hari, First berhasil mendapatkan video dimana siswa itu itu dibully, tapi bukanya di usut, siswa tersebut malah disuruh pindah karena ketahuan Gay.
Walaupun dia berterimakasih pada First karena mencoba membantunya, First tetap merasa bersalah.

Karena itu, dia tidak mau berbicara pada orang-orang yang bukan bagian darinya, First merasa jika dia tak akan mendapatkan dukungan siapapun.
.
.
.
.

"Aku mungkin akan langsung pergi menemui View setelah ini, bisakah kau menurunkanku di sekitar gedung apartementnya?"

First masih berusaha mengeluarkan motornya dari padatnya parkiran penginapan, ditemani oleh suara Khaotung yang menunggu disisi jalan dengan helm terpasang sembari menjelaskan jika saat ini View benar-benar menunggu kedatangannya.

"Naik dulu," jawab First.

"Yang benar saja, kau setuju tidak? Kalau tidak mau kan aku bisa berhenti di halte bus terdekat nanti."

First menghela napas lalu mengangguk setuju, jadi dia segera meminta Khaotung untuk segera naik ke motornya dan mulai perjalanan pulang.
Keduanya memutuskan untuk pulang pagi ini, walaupun tadi malam keduanya bergadang tapi tidak terlalu malam sih, mungkin Khaotung dan First tidur saat jam 2 pagi dan bangun pada jam 9 pagi, cukuplah untuk First supaya tidak mengantuk saat berkendara.

First sebenarnya masih memikirkan soal View yang mengetahui identitasnya, entah apa yang akan dia lakukan dan entah bagaimana sikapnya setelah mengetahui bahwa First adalah gay. Ada rasa gugup, karena View menjadi orang pertama yang mengetahui jati dirinya.
Bagaimana sikap View nanti akan menjadi patokan untuk First agar tetap bersembunyi atau berani berbicara seperti Mix.

First tidak bisa melihat dengan jelas seperti apa View itu, waktu mereka berteman masihlah baru dan View hanya memperlihatkan kebaikannya selama ini jadi First memiliki sedikit harapan bahwa mungkin View akan memandangnya tanpa perbedaan.

"Apa rencanamu hari ini?" Tanya Khaotung dengan suara begitu keras.

"Tidur? Aku akan sangat mengantuk setelah sampai di apartemen."

"Baiklah, aku akan pulang membawa makan malam nanti."

First tidak lagi menjawab atau mencari pembahasan lain untuk tetap bisa berkomunikasi dengan Khaotung, saat ini pikirannya dipenuhi oleh kemungkinan kemungkinan apa saja yang akan terjadi bila View bertanya padanya, bagaimana bila semakin banyak orang yang mengetahui dan bagaimana Khaotung jika menjadi salah satunya?

Perjalanan pulang yang sunyi itu sudah hampir setengah perjalanan, First lalu berhenti saat lampu menunjukkan warna merah.

Duk

First menolehkan kepalanya ke belakang saat secara tiba-tiba helmnya beradu dengan helm Khaotung, rupanya anak ini tidur dengan nyaman dibahunya, First bahkan harus sedikit membungkuk untuk memberikannya lebih kenyamanan pada Khaotung.

"Dia kenapa selalu seperti ini," gumam First melihat kedua lengan Khaotung melingkari pinggangnya dengan erat.

----

"Kau harus benar-benar tidur setelah sampai di apartemen," ujar Khaotung sembari memberikan helmnya pada First.

"Apa kau akan kembali pada malam hari?"

Khaotung menganggukkan kepalanya, dia merasa jika pembicaraanya dengan View saat ini akan memakan banyak waktu. Toh besok mereka memiliki kelas siang.

"Kau harus istirahat juga, Khao."

Khao mendecih tidak bisa membedakan kapan First menyindir dan mengkhawatirkannya, sepanjang perjalanan Khaotung sepertinya hanya tidur saja, jadi dia merasa sudah cukup istirahat.

"Aku benar-benar akan membawa makan malam, jangan beli apapun."

Khaotung pun melambaikan tangannya pada First, yang dibalas First dengan anggukan singkat saja.
.
.
.
View rupanya sudah menyiapkan banyak hal tentang kedatangan Khaotung, dia memiliki banyak makanan cepat saji di meja dapurnya, bahkan untuk pertama kalinya Khaotung melihat isi rumah View lebih bersih.
Khaotung bahkan bercanda jika saat ini View seperti seorang istri yang menyambut kedatangan suaminya dari luar kota.

"Latihan, siapa tahu kau benar-benar memiliki pekerjaan di luar kota."

Khaotung yang memulai, dia juga juga yang salah tingkah saat View menanggapi candaaanya.

"Apa kau ingin langsung makan apa berbicara lebih dulu?" Tanya View.

"Lebih baik berbicara dulu lalu makan bersama setelahnya," jawab Khaotung.

View lalu mengajak Khaotung untuk pergi ke sofa ruang tengah, keduanya duduk dengan nyaman sembari menatap satu sama lain cukup lama.
Sudah beberapa hari ini memang keduanya tidak saling kabar atau bahkan bertemu pun terasa asing, tapi hari ini keduanya kembali saling melempar senyum dengan rindu yang lepas disana.

"Aku merindukanmu, sungguh."

"Aku juga," balas Khaotung. "Aku menahan diriku sebaik mungkin untuk tidak menghubungimu dan berakhir pergi bersama First ke pantai lebih awal."

View lalu melanjutkan jika hari pertama Khaotung menjauhinya itu menjadi hari penuh kemarahan, View merasa Khaotung terlalu mengekangnya bila nanti bersama sebagai pasangan, tapi kemudian dihari hari berikutnya View mulai berpikir jika Khaotung mungkin ada benarnya jika ia tidak seharusnya membiarkan seorang pria menginap disaat dirinya sudah menentukan rasa sukanya terhadap Khaotung, View juga mulai berpikir bahwa dia harus melepaskan beberapa teman prianya untuk menjaga perasaan Khaotung yang mudah cemburu itu.

Mendengar penjelasan View tentang bagaimana perasaannya di hari-hari Keduanya memutus untuk saling menghindar, Khaotung merasa bahwa dirinya sangat buruk.

"Aku sebelumnya berbicara dengan rasa marah karena cemburu, jadi jika dipikir lagi aku benar-benar egois. Jadi aku ingin minta maaf padamu, aku benar-benar mudah cemburu tapi jika memintamu untuk tidak memiliki banyak teman pria aku merasa sangat buruk, sungguh. Aku bahkan berpikir mungkin kau akan berhenti menyukaiku."

View tersenyum. "Aku juga berpikir sama, kau mungkin tidak akan mau menemuiku lagi jadi aku mencoba menghubungimu lebih awal. Untunglah kau langsung menjawabnya dan aku kembali berharap."

Khaotung menganggukkan kepalanya berulang kali, lalu menghela napas lega karena sekarang ini permasalahan antara dia dan View sudah selesai dan bisa kembali melanjutkan perkenalan lebih dalam terhadap View.
Setelah itu, View lalu mengajak Khaotung untuk makan.
View juga tidak bisa memasak, tapi katanya dia akan mulai belajar memasak dan Khaotung harus menjadi juri untuk masakannya.

"Kau pasti sangat lelah saat ini, mau tidur siang di kamarku?"

Khaotung terlihat terkejut dengan tawaran View.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya View.

"Seperti ini kau menawarkan teman priamu untuk tidur dikamarmu?"

"Tidak, aku tak membiarkan mereka tidur dikamarku, banyak ruang kosong disini kenapa aku harus memberikan kamarku?"

Khaotung kembali dibuat salah tingkah dibuat View. "Aku pikir aku bisa kenyang dengan semua yang kau katakan."

----

View terlihat mengintip ke kamarnya untuk melihat Khaotung yang sudah terlelap dikasurnya.
Setelah itu, View pun kembali menutup pintu kamarnya.
Terlihat View yang berjalan menuju ruang tengah dengan ponsel ditangannya, kontak First terlihat dilayar. Sepertinya, View berpikir untuk menelpon First namun ada rasa ragu membuatnya untuk sesaat berdiam diri begitu saja di sofa.

'Halo, View. Ada apa?'

View akhirnya benar-benar menghubungi First tapi suara yang diberikan First terdengar biasa saja, View berpikir kemungkinan Mix dan Jun belum bercerita apapun padanya bahwa View kemarin menelusuri soal indentitasnya.

"Ah tidak, kenapa kau tak ikut bersama Khaotung kesini? Aku membeli banyak makanan."

'Benarkah? Kau hanya mengajak Khaotung jadi aku langsung pulang saja setelah menurunkannya di depan gedung apartementmu.'

"Kau sangat pengertian, aku memiliki pembicaraan serius dengannya disini. Kita baik-baik saja sekarang."

'Syukurlah, aku banyak menghiburnya di pantai kemarin.'

"Sepertinya kita akan Benar-benar bisa bersama, dia bahkan tidur dikamarku saat ini. Sepertinya kau akan kehilangan teman tidurmu~"

----

'Sepertinya kau akan kehilangan teman tidurmu~'

First menjilat kulit bibirnya dengan ekspresi kesal. Apa maksudnya?

"Benar, aku akan sangat sedih karena sepertinya dia akan lebih sering menginap di apartemenmu."

Ada perasaan iri dan kesal yang dikeluarkan First, entah karena dia tahu bahwa View mengkhawatirkan keberadaannya sebagai perebut Khaotung atau sebenarnya First benar-benar meradang karena View seolah pamer bahwa Khaotung berada di apartemennya.

'First, bisakah kita bicara nanti malam? Di klub Jun?'

First melihat jam sebentar, Khaotung malam ini tidak akan pergi ke klub walaupun besok dia memiliki kelas siang, mungkin dia ingin beristirahat penuh atau bermain game bersamanya malam ini.
Juga, First masih belum memiliki keberanian untuk berhadapan dengan View.

"Aku ada urusan malam ini, kau bisa bertemu denganku di kampus jika ingin berbicara soal Khaotung."

'Kita memiliki banyak waktu, baiklah.'

Setelah itu, View lalu mematikan sambungan teleponnya.
First saat ini tidak lagi bisa untuk tidur, View kemungkinan akan berbicara soal identitasnya.
First menyimpan kembali ponselnya ke meja belajar lalu berjalan menuju ranjangnya untuk kembali rebahan, tapi belum juga sampai ke ranjang ponsel First kembali berdering.
Kali ini, Mix yang menelponnya.
Dia meminta First untuk menemuinya di sebuah restoran yang dulu mereka datangi sebagai interaksi pertama mereka setelah sekian lama.

Mungkin Mix ingin meminta maaf karena secara tak sengaja membuat View mengetahui identitasnya. First pun menyetujui pertemuan tersebut, apalagi katanya Mix juga akan membawa Min sebagai pelaku lain yang ceroboh membicarakan First di publik.
First Mungkin bukan siapa-siapa, tapi klub Jun adalah tempat yang sepertinya didatangi banyak mahasiswa dari kampusnya.
.
.
.

Khaotung kembali sebelum makan malam, dia benar-benar membawa makan malam untuknya dan First. Tapi, First tidak berada di apartemennya saat ini.
Khaotung memang memegang kunci cadangan apartement milik First, diberikan secara sengaja karena Khaotung adalah roomate tidak resminya kala itu.

"Dimana kau?"

Khaotung terlihat menyimpan belanjaanya ke atas meja makan dengan ponsel ditelinganya.

'Aku sedang bersama Phi Mix, kau sudah pulang ya.'

"Phi Mix?" Khaotung terlihat mengerutkan dahinya, tumben sekali. "Ada sesuatu yang kalian bicarakan?"

'Tidak ada, hanya nongkrong saja.'

"Ah, jangan makan berat. Kita akan makan malam bersama."

Setelah memperingati First untuk tidak makan malam bersama Mix, Khaotung lalu mematikan sambungan teleponnya.
Terlihat sekali dia agak kesal, mungkin karena lapar dan dia tak bisa makan sendiri. Juga mungkin karena First semakin dekat dengan Mix?
Dulu, Khaotung merasa senang bila Mix menyapanya dan pamer pada First bahwa dia bisa berteman dengan Mix, tapi fakta jika First dan Mix berteman sejak masa sekolah SMA perasaan iri itu berubah menjadi cemburu. Cemburu karena First memiliki teman lain untuk diajak berbicara selain Jun dan dirinya.

Khaotung bahkan sering kali merajuk bila First terlalu tertutup padanya tapi pada Jun sangat terbuka.
Sudah dijelaskan jika Khaotung orangnya mudah cemburu, dia seperti ini pada First juga View tapi dalam konteks yang berbeda.

"Dia selalu membuatku menunggu," gumam Khaotung lalu mulai menuangkan semua yang dia beli ke dalam mangkuk dan piring.

Setelah itu Khaotung kemudian duduk di depan meja makan dengan pikiran pergi pada saran View, yang menyuruhnya untuk tinggal disana dan berbagi tagihan dengan View.
Itu sebenarnya terdengar menarik, Khaotung juga tipe orang yang suka tinggal bersama kekasihnya jika memang ada tempat dan kesempatan. Tapi, dia terlanjur mengatakan bahwa akan berbagi tagihan bersama First dan juga sebenarnya untuk saat ini dia lebih suka tinggal disini.

Cukup lama Khaotung menunggu kedatanganya Khaotung didapur, hingga akhirnya dia berpindah ke depan televisi sembari bermain ponsel.
Dia terlihat seperti pasangan yang sedang menunggu kekasihnya pulang dari bekerja lembur.
First baru pulang saat dia hampir saja jatuh tertidur, dia pulang membawa cemilan pencuci mulut.

"Kenapa kau sangat terlambat." Khaotung berjalan lebih dulu masuk ke dapur melewati First.

"Macet tadi," jawab First lalu menyimpan tasnya ke kursi meja makan kemudian menyimpan cemilan yang dibelinya juga ke atas meja.

"Aku menunggu sangat lama," balas Khaotung lagi sembari menuangkan air minum ke dalam gelas masing-masing.

First pun dengan enteng menjawab jika Khaotung sebenarnya bisa saja makan malam tanpanya, Khaotung untuk alasan tidak jelas menjadi sedikit kesal. "Kau tahu aku bilang ingin makan malam bersama, kenapa kau menyuruhku seperti itu?"

First yang terlihat tidak menyangka dengan reaksi Khaotung hanya bisa mengangguk dan meminta maaf, niatnya bercanda sih.
Keduanya pun mulai makan malam dengan suasana hening, juga dengan First yang masih belum peka jika saat ini Khaotung benar-benar kesal.

"Apa yang kau bicarakan dengan Phi Mix?" Tanya Khaotung, mencoba untuk tidak terlihat kesal.

"Rahasia," jawab First.

Khaotung lalu menatap First dengan wajah datar, mulutnya tidak berhenti mengunyah dengan tampang menyeramkan seperti itu, tapi First masih saja tidak menyadarinya.

"Lalu, apa pembicaraanmu dengan view?"

Khaotung mendecih lalu kembali menunduk untuk fokus pada makanannya. "Siapa kau ingin tahu informasi tentang hubunganku."

First lalu mengatakan jika memang Khaotung tidak mau memberitahunya pun tidak masalah, ada View yang akan sukarela memberitahunya apapun soal hubungan Keduanya.

"Kenapa kau menyebalkan malam ini?"

First juga tidak tahu, ucapan View siang tadi yang mengejeknya soal Khaotung kemungkinan tidak akan jadi teman kamar lagi membuatnya menjadi sedikit mudah kesal hari ini.

"Aku menunggumu lebih dari satu jam untuk makan malam bersama, aku kesal jadi aku mencoba mencari pembahasan denganmu supaya aku tidak kesal lagi, tapi kau malah membuatku semakin kesal saat aku bertanya soal pertemuanmu dengan Phi Mix."

"Apa kau cemburu?" Tanya First setelah mendengarkan semua keluhan Khaotung yang pajang kali lebar tersebut.

Khaotung kemudian mengatup bibirnya, lalu menghela napas sembari mengatakan jika dia selesai makan malam dan menyuruh First untuk membereskan meja makan.
Tanpa mencoba mencegah, First membiarkan Khaotung pergi begitu saja ke kamar mereka.

"Aku juga cemburu," gumam First lalu kembali memasukan makanan yang dibeli Khaotung itu ke dalam mulutnya.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

6K 323 13
⚠️WARNING⚠️ JANGAN SALAH LAPAK WOI kusus fujosi dan fudan yah kawan 🏳️‍🌈🏳️‍🌈 bxb⚠️🏳️‍🌈 bl⚠️🏳️‍🌈 boyloves⚠️🏳️‍🌈 Mengandung kekerasan ya kak...
6.1K 329 10
"Apakah kau malu mempunyai adik yang cacat seperti ku" -Fot "Tidak, sampai ku tau kau bukan darah daging ayah dan kau telah membunuh ibu" -Gem "Jika...
24.7K 2.5K 31
Sudah menjadi rahasia umum sejak buku harian Nanon yang tidak sengaja tertinggal di dalam kelas, dan ditemukan oleh teman satu kelasnya. Nanon menyuk...
459K 46.2K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...