Should I Call It Love? [COMPL...

By humuhumuismailaip

25.4K 2.1K 422

First pikir dia tidak akan jatuh cinta pada Khaotung, dan Khaotung pun berpikir demikian. More

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24. (Ending)

8.

767 78 16
By humuhumuismailaip

Happy reading!!

Khaotung berakhir tidur di kasur sedangkan First di sofa.
Khaotung menjadi orang pertama yang bangun dari tidurnya kemudian bangun dari tempat tidur dan berjalan melihat laut di dekat sofa dimana saat ini First masih terlelap.
Dia tidur terasa sangat lama tapi saat melihat jam sebenarnya sore pun belum masuk, mendadak ngantuk yang dirasanya semakin menjadi. Tanpa pikir panjang, Khaotung menidurkan tubuhnya disamping First dengan menggunakan lengan sang sahabat sebagai bantalnya.

First yang memiliki kebiasaan terbangun karena pergerakan kecil pun membuka matanya saat Khaotung tidak berhenti menyamankan posisinya berdempetan dengan First.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya First dengan suara paraunya.

"Aku masih mengantuk," jawab Khaotung sama paraunya.

First pun menyuruh Khaotung untuk kembali ke kasur jika memang masih mengantuk, tapi Khaotung malah merengek jika dia sudah terlalu malas pergi ke kasur. Toh sebentar lagi keduanya akan bangun untuk pergi mencari restoran untuk makan malam.
First pun hanya bisa menghela napas sembari memiringkan tubuhnya guna Khaotung memiliki lebih banyak ruang lagi di sofa yang sempit itu, First bahkan menarik pinggang Khaotung supaya lebih menempel, takut-takut dia terjatuh mengingat Khaotung banyak bergerak saat tidur.
Khaotung terlihat tidak terganggu, dia justru kembali menyamankan posisi tidurnya dengan lengan First di pinggangnya dan satu lagi ada di bawah kepalanya.

Setelah beberapa detik berlalu, First yang sudah kehilangan rasa kantuknya sejak Khaotung mengangkat tangannya berakhir membuka mata secara perlahan.
Kemudian yang First lihat adalah tengkuk Khaotung yang hampir menempel pada hidungnya.
Sadar atau tidak, tapi First secara perlahan mendekatkan hidungnya pada tengkuk Khaotung kemudian mencium aroma tubuh pria pendek itu dengan kedua mata terpejam sesaat.

Cukup lama First melakukan kegiatan tersebut hingga akhirnya dia mungkin merasa ada yang salah, segera dia melepaskan tangannya dari pinggang Khaotung untuk mengusap wajahnya, mencoba untuk tetap waras walaupun hati dan pikirannya menjadi kacau dalam sesaat.

"First, mau makan apa nanti?" Tanya Khaotung, sepertinya dia juga mulai kehilangan kantuknya, hanya rasa malas untuk bangun saja yang membuat dia bertahan menutup matanya, memaksakan diri untuk tetap mengantuk.

"Sesuatu yang manis."

Suasana sebenarnya agak hening, Khaotung yang malas terdengar enggan untuk berbicara tapi ingin memiliki obrolan dengan First, setelah mendengar jawaban First terdengar tawa kecil keluar dari bibirnya, dia mengatakan jika rasanya dia mendengar First ingin makan sesuatu yang manis itu setahun 3 kali.

"Ayo makan dessert kalau begitu," ujar Khaotung lalu bangun dari tidurnya di atas lengan First.

"Aku akan pergi mandi lebih dulu," sambungnya lalu pergi memasuki kamar mandi penginapan meninggalkan First yang langsung menutup wajahnya dengan bantal.
First seperti menyesali keputusannya untuk setuju pergi kesini hanya berdua dengan Khaotung saja.

Ini seperti memberikan ujian untuk First yang masih ragu dengan hatinya bahwa dia menyukai Khaotung. Menurutnya, itu sesuatu yang tak bisa terjadi dan First merasa pertahanannya akan semakin lemah jika dua hari disini bersama Khaotung dengan sikap clingy-nya.

----

View pun semakin khawatir dengan rasa takutnya jika First benar-benar seorang Gay dan memiliki potensi besar untuk menyukai Khaotung.
Rasanya View ingin pergi ke tempat dimana Khaotung dan First saat ini berlibur kemudian memperbaiki hubungannya dengan Khaotung. Sayang sekali, dia tak memiliki kendaraan dan tidak tahu lengkapnya mereka liburan ke pantai mana.
Jadi View hanya bisa terus khawatir dan mencari banyak bukti tentang First.

View tahu jika selain Khaotung, First memiliki beberapa teman satu angkatan di SMA-nya yang memasuki kampus yang sama, hanya berbeda jurusan saja.
Setelah bertanya kesana dan kemari akhirnya View bertemu dengan seorang pria yang mengaku sebagai teman First di masa sekolahnya.

"First adalah gay?" Terdengar rasa tidak percaya dari pertanyaan yang diajukan AKk (teman First).

"Tidaklah, dia memiliki kekasih perempuan kalau tidak salah saat sekolah dulu."

View menganggukkan kepalanya. "Itu kan dulu, bagaimana dengan Sekarang?"

Akk kemudian menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu karena sudah tidak lagi berhubungan secara intens dengan First maupun Khaotung. "Tapi lucunya, First dan Khaotung dulu sering diledek sebagai pasangan gay."

View ikut tertawa, dia juga mendengar beberapa temannya menggunakan lelucon yang sama untuk menggoda First dan Khaotung, bahkan dia sendiri pun sering melakukannya dan View kini merasa bahwa dia sangat bodoh.

"Kalau begitu terimakasih ya sudah mau bertemu denganku, kita bisa bertemu kembali dilain waktu."

Akk tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Tentu, kita bisa bertemu kapan saja. Tapi, View. Bukankah tidak masalah jika First yang saat ini ternyata seorang Gay?"

View menganggukan kepalanya. "Aku hanya takut bahwa aku dan First mungkin menyukai pria yang sama, itu sangat penting untukku, jauh lebih penting dari identitasnya sekalipun."

Setelah mengatakan itu, View pun langsung pergi dari tempat pertemuan mereka.
Kini, View hanya perlu melakukan cara terakhir untuk mencari kebenaran soal identitas First. Bertanya langsung pada Mix, View akan melakukannya karena semua hal sudah dia lakukan tapi tidak mendapatkan jawaban apapun.

Sembari berjalan menuju mobil Jay yang saat ini menunggunya di parkiran kampus, View mengirim pesan pada Mix untuk bertemu dengannya di klub Jun malam ini.
Setelah mengatakan itu, View pun langsung masuk ke dalam mobil Jay dengan wajah sedikit kusut.

"Kau benar-benar melakukan segalanya untuk membuktikan temannya Khaotung itu gay? Kenapa kau khawatir pada sesuatu yang belum pasti?" Sepertinya View juga bercerita pada Jay tentang masalahnya.

"Tidakkah menurutmu aku melakukan hal baik?" Tanya View.

"Mencegah memang lebih baik, tapi jikapun dia terbuktikan sebagai Gay dan menyukai Khaotung, bukankah kau akan tetap jadi pemenangnya karena Khaotung jelas straight dan menyukaimu. Kalian saling suka, lalu apalagi? Dia tak memiliki celah apapun untuk merusak hubungan kalian."

View menggelengkan kepalanya. Tidak, dia setidaknya harus memberi peringatan kecil pada First untuk tidak menyukai Khaotung, karena dengan begitu maka View tidak akan lagi memiliki kekhawatiran yang tak berdasar.
.
.
.
.

Setelah makan malam di restoran lokal tersebut, First dan Khaotung memutuskan untuk pergi ke minimarket untuk membeli banyak jenis cemilan dan kembang api.
Mereka berencana bergadang di pinggir laut sembari menyalakan kembang api.

"Jangan banyak-banyak kembang apinya, gila kau ya." First mengembalikan kembang api yang disimpan Khaotung ke dalam keranjang belanja ke tempat semula. First tidak pernah pelit mengeluarkan uangnya untuk Khaotung, tapi dia menjadi sensitif jika Khaotung membeli sesuatu yang tak bisa dimakan secara berlebihan.

"Tapi kita akan begadang," ujar Khaotung, menolak untuk pindah ke tempat makanan karena ingin menambah jumlah kembang api yang akan dibeli First.

"Kalau begitu gunakan uangmu sendiri," balas First.

"Polusi juga bodoh, jangan banyak-banyak."

Khaotung hanya mendecih kemudian memilih menurut dan pergi ke rak makanan dan minuman.
Khaotung bahkan menyarankan untuk mabuk saja malam ini, tapi lagi-lagi idenya ditolak oleh First. Dia tidak mau mengalami mual dan pusing di pagi hari nantinya, dia ingin melihat matahari terbit dengan baik.

"Pantas saja kau tak memiliki teman banyak, kau buruk dalam berpesta."

First mendecih, Khaotung menjadi sombong karena memiliki banyak kegiatan yang melibatkan banyak orang setelah mengenal View, padahal dia sendiri pun tak terlalu suka kegiatan hal semacam itu.

"Biarkan aku minum beer sendiri kalau begitu, aku tidak peduli pada matahari terbit." Khaotung memilih membangkang kemudian memasukan beberapa minuman kaleng beralkohol ke dalam keranjang yang dibawa oleh First.

---

First dan Khaotung saat ini berada di sekitar pinggir laut, beralaskan pasir keduanya menikmati cemilan Snack sembari mengobrol tentang masa orientasi sebagai mahasiswa baru. Mereka dulu melakukan banyak kegiatan di pantai seperti ini, Khaotung dan First sudah dikenal sebagai kembar tak terpisah sejak awal masuk kuliah, keduanya saling bergantung.

"Aku tidak suka suara yang dikeluarkan kembang api jenis ini." Khaotung mengeluarkan kembang api yang hanya menyala di tempat, itu terdengar seperti bom menurutnya.

"Aku akan memberikannya padamu setelah menyala," ujar First.

Keduanya lalu berdiri dengan First mulai menyalakan koreknya.
Keduanya sama sama terkejut saat kembang api itu mengeluarkan suara letupan kecil sebelum akhirnya muncul percikan-percikan api yang terlihat cantik.

"Apa kau tahu? Seseorang bisa mengambil foto dengan cahaya yang dikeluarkan kembang api ini?"

First hanya tertawa saat melihat Khaotung memundurkan langkahnya kemudian menggerakkan tangannya secara random seolah dia sedang menggambar.
Keduanya membeli banyak sekali jenis kembang api, ada yang meledak di langit ada juga yang meledak ditanah dimana Khaotung dan First harus berlari sejauh mungkin untuk menghindari suara yang dihasilkan.

"Ini menyenangkan, First."

First tak bisa berhenti tersenyum melihat Khaotung yang benar-benar tidak bisa mengendalikan kebahagiaannya tentang kembang api, dia pun senang jika Khaotung senang.
Saat ini Khaotung kembali menunggu First yang menyalakan kembang api, terlihat menggemaskan karena Khaotung terlihat takut untuk mendekat namun tidak sabar untuk mengambil alih kembang api tersebut yang mulai mengeluarkan percikan api cantiknya.

"Kau bisa menyalakan dua sekaligus seperti ini," ujar First lalu menyalakan kembang api lainnya di kembang api yang sudah menyala, seperti kau menyalakan rokokmu menggunakan rokok lagi karena tidak ada korek api.

"Aku bisa menggambar benang kusut dengan ini."

Khaotung kembali menjauhi First beberapa langkah, kemudian kembali menunjukkan pertunjukan menggambar yang lucu.
Pemandangan ini seolah berjalan begitu lambat Dimata First, matanya tidak berkedip untuk merekam Khaotung untuk ia ingat nantinya.
Ini semakin parah, jantung First saat ini bahkan bisa berdetak dibatas normal hanya dengan membayangkan jika status keduanya saat ini adalah pasangan kekasih.

Perasaan ini terasa familiar untuk First, perasaan gugup seperti bagaimana dulu dia jatuh cinta untuk pertama kalinya pada Mix kini menjadi milik Khaotung. Perasaan gugup yang tak bisa dia sembunyikan ketika Khaotung saat ini tiba-tiba saja memeluknya.
Membeku dan tidak mau membalas pelukan Khaotung, First masih dalam pikirannya saat kenyataan membuatnya kembali sadar bahwa keduanya hanyalah teman biasa.

"Aku benar-benar berterimakasih padamu, ucapanmu siang tadi membuatku berpikir untuk berbaikan dengan View. Aku akan menerimanya yang memiliki banyak teman pria, jika aku menyukainya maka aku akan memperjuangkannya, benar?"

First tidak menjawab, rasanya dijatuhkan kembali ke tanah sesaat setelah dia menyentuh lembutnya Awan putih di langit kebahagiaan.

"Em, benar." First menunjukkan senyuman kecilnya lalu kembali duduk dan mulai membuka salah satu beer milik Khaotung.

Khaotung pun ikut duduk disamping First, seperti biasa dia langsung menyenderkan kepalanya tanpa beban ke bahu lebar First.
Suasana menjadi hening seketika, hanya ada suara air laut yang menyapa bibir pantai dengan iringan lagu yang berasal dari sebuah restoran tak jauh dari pinggir laut.

"Apa kau benar-benar tidak mau memberitahuku siapa sosok yang membuatmu sulit lepas dari kisah masalalu itu?" Tanya Khaotung.

"Kenapa kau ingin tahu?"

"Itu mengganguku, aku ingin menjadi Jun yang mengetahui semuanya tentang dirimu dan menjadi sandaran saat kau seterluka itu," balas Khaotung.

First menolehkan kepalanya pada Khaotung, kemudian menghela nafas setelah menyadari jika saat ini Khaotung sudah setengah mabuk. Anak ini selalu menjadi sedikit dramatis dan melankolis saat mabuk.

"Badanmu pendek, sulit bersandar di bahumu."

"Kalau begitu biarkan aku memelukmu," sambung Khaotung,  lalu meminta First untuk tidak terluka lagi.

----

Jun membiarkan Mix menggunakan lantai tiganya untuk mengobrol dengan View.
Mix mengetahui jika View bertanya soal identitas asli First, jadi ini seperti dia sudah menyiapkan diri bahwa View pasti akan datang padanya untuk bertanya.

"Jun mungkin sudah memberitahumu bahwa aku akan bertanya soal identitas First."

Mix menganggukkan kepalanya, memang benar. "Kalau begitu, kenapa kau bertanya padaku alih-alih bertanya langsung pada First?"

"Bagaimana bisa aku melakukannya?" Tanya View dengan sedikit tawa.

"Karena itu, bagaimana bisa aku mengungkapkan identitas seseorang begitu saja hanya karena kau ingin tahu?" Tanya Mix balik.

View menghela napas lalu mengatakan jika Mix adalah penolong terakhirnya, dia memiliki ketakutan dengan identitas First dan juga pemikirannya bahwa dia akan menyukai Khaotung. Pikiran dangkal yang sebenarnya bisa saja terjadi, tapi perbandingan ya seperti 1% melawan 99%.

"Kau mengenal Jun dengan baik dan First bahkan bisa dibilang mengenal Jun jauh lebih baik, kekasih Jun pun mengenal First dan aku yakin kau juga mengenal kekasihnya Jun. Kalian memiliki banyak koneksi untuk tetap saling berhubungan sebagai teman, kenapa baru-baru ini kalian kembali berinteraksi? Karena kalian memiliki masa lalu yang menyedihkan, benar? "

Mix terlihat kesal, ini terlalu jauh. Kenapa View ingin tahu masa lalunya.

"Phi, kau hanya perlu menjawab Ya atau Tidak. Apa First  sepertimu?"

"Aku memiliki hak untuk tidak menjawabnya," balas Mix.

"Padahal kalian yang melakukan kesalahan, membicarakan identitas seseorang yang disembunyikan dipublik, dan sekarang kau mengatakan kau memiliki hak untuk tidak menjawab pertanyaanku."

"Bahkan jika iya First menyukai Khaotung, kau tak bisa menyuruhnya untuk berhenti. Itu akan disebut kompetisi, saling suka saja tidak cukup untuk bersama."

View menganggukan kepalanya beberapa kali lalu berterimakasih atas jawaban terakhir yang Mix berikan padanya, ia akan menyimpulkan jika jawaban Mix tadi bahwa First memang Gay dan dia adalah mantan kekasihnya.

---

First dan Khaotung baru saja sampai di penginapan saat Mix tiba-tiba saja menelpon First. Setelah membantu Khaotung menidurkan tubuhnya ke kasur, buru-buru First mengangkat telepon sang mantan.

"Ada apa Phi?" Tanya First sembari sedikit menjauh dari kasur, takut Khaotung terganggu.

'Aku ingin bicara denganmu sekarang, kau dimana?'

"Ah, aku sedang berada di pantai dengan Khaotung saat ini, Phi."

Lalu terdengar suara helaan napas dari sebrang sana membuat First langsung meminta Mix untuk membicarakannya di telpon saja sekarang.

'View mengetahui bahwa kau gay, sepertinya aku dan Min tidak sengaja membicarakanmu di klub, maafkan aku. Aku harus bagaimana untuk membantumu?'

First diam sebentar, Mix bahkan perlu memanggilnya beberapa kali untuk kembali menyadarkan First dari keterkejutannya.

'First?'

"Tidak apa-apa, Phi. Jangan minta maaf, aku akan mengurusnya sendiri."

Setelah itu, First lalu mematikan sambungan telponnya.
Kemudian, dia menoleh pada Khaotung yang sudah tidur. First pun memutuskan untuk keluar dari kamar penginapan dengan membawa rokok dan korek apinya.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

436K 32K 47
TAMATIN DULU BARU REVISI!! Yuhuuuu... After Death! Aku datang!!! #geminifourth
8K 537 10
//abo/fluff/ mature relationship// Sebuah cerita sederhana bagaimana Jimmy, seorang dokter bertemu dengan atlet badminton.
YES, DADDY! By

Fanfiction

288K 1.6K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
7.3K 451 10
bercerita tentang Satya seorang murid yang introvert dan jarang disorot, tetapi tiba-tiba mendapat rumor yang tidak mengenakkan bersama sang murid po...