SECOND CHANCE (END)

By kaneboorenyah

3.4M 247K 4K

Tak pernah terpikirkan dalam benak Keana, jika ia akan kembali ke masa putih abu-abu. Harusnya Keana bahagia... More

Prolog
Bagian Satu
Bagian Dua
Bagian Tiga
Bagian Empat
Bagian Lima
Bagian Enam
Bagian Tujuh
Bagian Delapan
Bagian Sembilan
Bagian Sepuluh
Bagian Sebelas
Bagian Dua Belas
Bagian Tiga Belas
Bagian Empat Belas
Bagian Lima Belas
Bagian Enam Belas
Bagian Tujuh Belas
Bagian Delapan Belas
Bagian Sembilan Belas
Bagian Dua Puluh
Bagian Dua Puluh Satu
Bagian Dua Puluh Dua
Bagian Dua Puluh Tiga
Bagian Dua Puluh Empat
Bagian Dua Puluh Lima
Bagian Dua Puluh Enam
Bagian Dua Puluh Tujuh
Bagian Dua Puluh Delapan
Bagian Dua Puluh Sembilan
Bagian Tiga Puluh
Bagian Tiga Puluh Satu
Bagian Tiga Puluh Dua
Bagian Tiga Puluh Tiga
Bagian Tiga Puluh Empat
Bagian Tiga Puluh Lima
Bagian Tiga Puluh Enam
Bagian Tiga Puluh Tujuh
Bagian Tiga Puluh Delapan
Bagian Tiga Puluh Sembilan
Epilog
Extra Part 1
Extra Part 3
Extra Part 4 (End)
COMING SOON

Extra Part 2

56.8K 3.9K 54
By kaneboorenyah

Keana menggeleng cepat. "Gue ... gue juga kembali ke masa lalu!" Cicitnya.

"Apa?!"

Keana didesak untuk menelan saliva. Dengan membawa serta keraguan dan rasa sesal dalam dirinya, Keana mulai menjelaskan kehidupan pertamanya yang masih tercetak jelas dalam kepala. Keana juga menjelaskan alasan kenapa dirinya ingin berubah, dan sangkut pautnya dengan Sebastian.

"Gue nggak tau kalo perubahan gue juga nyakitin lo, Bang."

Keana kian terisak. Padahal awalnya Keana hanya ingin melihat Sebastian bahagia dengan kehidupan barunya, dan nantinya Keana akan pergi secara perlahan. Namun kehangatan yang Keana rasakan lagi membuatnya enggan untuk benar-benar menjauh, terlebih saat ia menemukan akar permasalahan yang bisa dicabut, guna memperbaiki kehidupan keluarganya termasuk Sebastian.

"Maaf karena gue udah nyakitin lo."

Sebastian terenyuh. Tanpa mengatakan apapun ia menarik tubuh Keana dalam pelukannya, juga memberikan beberapa tepukan ringan pada punggung Keana. Terakhir Sebastian memberi satu ciuman singkat pada puncak kepala Keana, sebelum menumpukan dagunya pada kepala Keana.

"Tugas lo dari dulu kan cuma ngrepotin gue, jadi nggak usah sedih."

"Bangke!"

Sebastian terkikik geli. Lucu juga bisa membuat Keana marah ditengah-tengah tangisannya, meski begitu Sebastian tetap merengkuh tubuh mungil Keana. Sebenarnya momen kecil seperti ini selalu masuk dalam harapan Sebastian, hanya saja amarah yang ia bawa dari kehidupan pertamanya membuat Sebastian kalap. Karena itu Sebastian kerap mengedepankan gengsinya, ketimbang keinginan yang sudah lama terkubur dalam hatinya.

"Jadi karena lo juga berasal dari masa lalu, lo berinisiatif buat bawa Agnes ke kehidupan kedua kita?"

Keana mengangguk, tanpa melepas pelukan mereka. "Dulu cuma Kak Agnes yang selalu ada buat lo. Karena itu gue bawa dia buat kerja disini, jadi lo bisa deket lagi sama dia."

Sebastian mengangguk paham. "Pantesan aja," gumamnya membuat Keana tersadar.

Dengan cepat ia melepas pelukan mereka. Tanda tanya yang mengisi benak Keana kian bertambah, kala Sebastian terlihat tak senang dengan jawaban Keana. Dan jika diingat-ingat kembali, hingga detik ini hubungan Sebastian dan Agnes tidak mengalami kemajuan. Justru sebaliknya. Keduanya kian menjauh, padahal awalnya Sebastian bisa jatuh cinta lagi dengan Agnes.

"Bang,"

Sebastian mengangkat kedua alisnya. "Hm?"

"Lo kan mengulang waktu kaya gue, tapi kenapa lo bersikap seolah-olah nggak kenal sama Kak Agnes?"

"Kalo gue langsung akrab, bukannya lebih aneh ya?"

"Oh, iya juga sih."

Sebastian tersenyum lucu. Tapi senyum itu terlihat palsu, lantaran netra laki-laki itu memancarkan kekosongan. Bahkan sentuhan Sebastian pada puncak kepala Keana tak kunjung melunturkan kekosongan itu.

"Ada masalah, Bang?"

"Masalah apa?" Sebastian balik bertanya bingung.

"Kalo dipikir-pikir, kenapa lo nggak deket lagi sama Kak Agnes?"

Sebastian sempat diam, tak lama ia mendesah panjang. Tangannya juga ia tarik menjauh dari jangkauan Keana.

"Harusnya lo nggak pernah bawa Agnes ke hidup gue." Gumamnya.

"Kenapa?" Tanya Keana, tanpa bisa mengenyahkan hasrat keingintahuannya.

"Agnes buat cewek baik-baik, dia mata-mata yang dikirim seseorang buat ngawasin gue. Dia deketin gue juga karena ada tujuan lain, meskipun sampe sekarang gue nggak tau siapa orang yang udah mempekerjakan Agnes."

Keana terperanjat kaget. "Lo serius?!"

Sebastian bergumam sambil mengangguk pelan. "Alasan gue bunuh diri juga karena Agnes. Jadi gue nggak suka liat tuh cewek ada di rumah kita. Bahkan awalnya gue heran kenapa lo bisa kenal Agnes, bahkan bawa dia balik ke rumah ini." Balasnya, menerawang jauh.

Benar. Dimasa lalu hidup Sebastian sangat sengsara karena Keana, juga pengkhianat yang Agnes lakukan. Padahal dulu Sebastian sudah percaya bahkan memberikan seluruh hatinya bagi Agnes. Namun nyatanya Agnes lebih memilih untuk menikam jantung Sebastian, lantaran posisi Sebastian tak lebih dari brankas informasi untuk kelangsungan misi Agnes. Saat hari kematian Sebastian tiba pun, Agnes menjadi satu-satunya orang yang menyaksikan proses menyakitkan itu dengan sebuah senyum.

Agnes mengkhianati dirinya. Karena itu Sebastian tak bisa menunjukkan senyumnya saat melihat Agnes di kehidupan keduanya, terlebih saat Keana dekat dengan Agnes. Awalnya Sebastian berpikir Agnes berupaya memanipulasi kepala Keana, karena itu Sebastian berusaha membayar Agnes dengan sangat tinggi agar perempuan itu mau meninggalkan adiknya. Nyatanya Agnes menolak. Hingga Sebastian tak memiliki cara lain. Tepat setelah Keana pergi ke Amerika, saat itulah Sebastian membongkar pengkhianatan Agnes.

Sialnya Agnes berhasil kabur, jejaknya juga lenyap ditelan bumi. Meski begitu Sebastian yakin Agnes masih mengawasinya, lantaran hingga detik ini Sebastian belum bisa membongkar siapa orang yang mempekerjakan Agnes. Orang yang memiliki kepentingan dengan keluarga Maximilian.

"Agnes pernah bilang dia bakal bawa lo pergi jauh dari gue, dulu juga dia satu-satunya saksi mata pas gue bunuh diri. Gue inget banget kalo waktu itu Agnes bilang gue nggak bisa digunakan lagi, karena lo udah nggak ada."

"Jadi gue yakin Agnes dibayar karena ada kaitannya sama lo. Pasti orang yang membayar Agnes punya dendam tersendiri sama lo!" Sebastian menambahkan.

Keana menunjuk dirinya sendiri. "Sama gue?" Beonya.

Keana tercengang. Rupanya ia salah menilai orang lain, dan secara tak langsung di kehidupan kali ini pun ia menuntun Sebastian pada maut.

"Kalo gitu, lo curiga sama seseorang atau nggak?"

"Evron!"





***


"Gue udah berhasil menjalankan perintah, tapi kenapa lo ... ,"

"Emang gue ngasih perintah apa?"

Laki-laki berwajah dingin itu menatap malas Agnes yang saat ini dipaksa untuk bersimpuh diatas lantai, dengan kedua tangan terikat kebelakang. Sedangkan dirinya sibuk menghisap ujung rokoknya dengan damai, sebelum membuang asapnya tepat di hadapan Agnes dan sukses membuatnya terbatuk kecil.

"Kalo gue, uhuk,"

Agnes kembali terbatuk, saat dirinya kembali menerima sumbangan asap rokok secara cuma-cuma.

"Kalo gue membunuh Bastian. Hubungan lo sama, uhuk,"

Agnes dibuat kesulitan bernafas, lantaran asap rokok yang menyapa wajahnya enggan untuk berhenti. Bahkan semakin banyak kata yang dia keluarkan, semakin banyak pula asap yang Agnes dapat.

"Kalo gue membunuh Bastian, hubungan lo sama Keana pasti bakal baik-baik aja!" Agnes berucap cepat.

"Percaya diri banget lo?" Ejeknya dengan smirk yang tercetak nyata.

Agnes menggelengkan kepalanya. Wajahnya kian bertambah pucat saat laki-laki yang begitu ia segani menatapnya dengan tajam, seolah Agnes adalah perempuan paling hina yang pernah ditemuinya. Padahal momen semacam ini sering Agnes dapatkan, namun ia tetap merasa marah dan terhina. Apa lagi usahanya tak pernah diapresiasi, hanya karena gadis ingusan bernama Keana Madeline.

"Gue nggak bohong, Bastian udah curiga sama gue. Dan gue yakin dia bakal ngasih tau Keana soal semuanya!"

"Jadi maksudnya lo mau membunuh Bastian, demi gue?"

Agnes mengangguk cepat, bahkan ia tak sungkan untuk mengembangkan garis bibirnya. "Kalo gue berhasil membunuh Bastian, pasti hubungan lo sama Keana akan berjalan lancar. Itu yang selalu jadi impian lo, iya kan Evron?"

Tatapan mata Evron kian menajam, bahkan rokok yang selalu digunakan sebagai penenang tak lagi mampu menekan kegelisahan pada dadanya. Memang benar jika Evron yang memerintahkan Agnes untuk mencuri informasi perihal Keana. Meski Evron merasa dongkol akan perlakuan Sebastian terhadap Keana, namun dia tak pernah memerintahkan Agnes untuk melenyapkan Sebastian.

Evron sadar hubungan Sebastian dan Keana tak akan hancur begitu saja, pasti akan ada salah satu pihak yang rela merendahkan kepala lantaran ikatan darah diantara mereka. Jika Evron bersikap impulsif dan tak segan untuk menghancurkan Sebastian, maka dirinyalah yang akan hancur.

Padahal alasan kenapa hubungan gue sama Keana nggak pernah maju, karena lo. Tapi bisa-bisanya lo pake nama gue sebagai alibi?!.

Rahang Evron mengatup rapat. Menurut pernyataan Kanaya beberapa menit lalu, Keana sudah memaafkan Sebastian dan Virgo, bahkan meminta keduanya untuk kembali. Jadi bisa dipastikan jika Sebastian akan membongkar tabiat Agnes, termasuk kecurigaan yang Sebastian miliki antara dirinya dan Agnes. Dan jika Keana menerima kabar itu, bisa jadi alasan Evron berjalan sejauh ini akan kandas.

Evron sedikit memutar wajahnya ke samping, hingga maniknya mampu menangkap siluet pria yang berdiri tepat dibalik punggungnya.

"Keana udah balik ke Indo kan?"

"Benar, bos. Bahkan kabarnya Mbak Kea sendiri yang menjemput Sebastian dan Virgo,"

Mendesah lirih. Evron menghempaskan puntung rokoknya diatas lantai, sebelum menginjaknya hingga padam. Jika Evron tetap berdiam diri, bisa dipastikan Keana akan membencinya. Padahal dari dulu Evron tak pernah memerintahkan anak buahnya menyakiti Sebastian, dan hanya Agnes saja yang mengambil keputusan berdasarkan hasrat pribadinya.

Gue nggak bisa nunggu lebih lama lagi, Keana nggak boleh jatuh ke tangan Virgo!.

Evron beranjak dari duduknya dan berniat untuk pergi, namun langkahnya terhenti saat Agnes bersimpuh di awal kakinya hingga memaksa ayunan kaki Evron untuk terhenti.

"Tunggu Evron!"

"Apa yang ... ,"

Evron mengangkat tangan kirinya, dan sukses menghentikan anak buahnya. Sayangnya di mata Agnes tindakan Evron adalah bentuk aksi heroik untuk menyelamatkannya, karenanya Agnes tak tahan untuk tidak mengembangkan kurva bibirnya.

"Evron ... ,"

"Akhirnya lo sadar, kalo tempat lo nggak lebih dari ini!" Evron berucap tajam, diikuti senyum pongah yang membuat Agnes tertegun.

Menggeleng kecil. Tidak, Agnes tidak bisa gegabah sekarang. Jika dia membuat Evron murka, maka bukan tidak mungkin jika dirinya akan dibuang. Evron juga pasti akan melenyapkan dirinya, termasuk bagian dimana Evron bahagia dengan Keana.

"Tolong dengerin gue, Evron. Gue melakukan semua ini demi lo, gue nggak mau hubungan lo sama Keana ... ,"

"Sejak awal kan lo memanfaatkan gue untuk menghancurkan Sebastian sama Keana, supaya lo bisa menggantikan posisi Keana. Tapi kenapa kesannya kaya gue yang jahat dan membutuhkan bantuan lo ya?!" Sinis Evron, tersenyum mengejek.

Buru-buru Agnes menggelengkan kepalanya. "Nggak Evron, bukan gitu ... ,"

"Urus dia!"

"Baik!"

Agnes menggeleng cepat. Susah payah ia memberontak dari cekalan anak buah Evron. Ia juga berteriak histeris kala Evron mengayunkan kakinya dengan santai, tanpa mempedulikan kondisi Agnes yang saat ini sudah dikerumuni oleh banyak pria.

"Bos,"

"Terserah mau lo apain tuh cewek, asal jangan pernah meninggalkan jejak yang bakal mempersulit kita!"

"Baik!"

***

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

244K 755 9
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
2.5M 276K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1.3M 63.9K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.3M 18.7K 38
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...