Halilintar Aฬถrฬถgฬถaฬถnฬถtฬถaฬถrฬถaฬถ...

By adleskarina

104K 3.6K 656

[๐—ง๐—”๐—›๐—”๐—ฃ ๐—ฃ๐—จ๐—•๐—Ÿ๐—œ๐—ฆ๐—› ๐—จ๐—Ÿ๐—”๐—ก๐—š] "๐˜›๐˜ถ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ซ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ด๐˜ช ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข... More

WARNING โš ๏ธ
Introduction 1
[ Prologue ]
1. | Sahabat Hali |
2 | Caper |
3. | Jealous |
4 | Benci |
5. | Gue iri, kak |
6. | Belajar |
7. | Akhirnya tenang |
8 | Mimpi Halilintar |
9. | Gempa cari masalah|
11. | Tamparan tak kasat mata |
12.| Penyesalan Halilintar|
13. | Hilangnya Solar |
14. | Sifat Sebenar Thorn |
15. | Hukuman |
16. | Curiga |
17.| Debat gk bermutu |
18. | Suster gila |
19. | Masalah Baru |
20. | Makan Malam |
21. | Membingungkan? |
22. |Dream's Gempa |
INFO PENTINGโ€ผ๏ธ

10. | Terungkit kembali |

1.5K 137 13
By adleskarina

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...




Happy reading🦋


"Maafin gue belum bisa jadi kakak yang baik buat lo."


⎯ Halilintar Argantara ⎯

Ketukan pintu samar-samar terdengar, Halilintar yang tengah belajar sambil mendengar musik klasik, melepaskan earphones yang menutupi pendengarannya.

Pintu tidak diketuk lagi, Halilintar pikir mungkin salah dengar. Tepat saat ia ingin memakai kembali earphones suara Mara terdengar.

"Kak? Lo tidur?"

Ia tak langsung membukakan pintu. Gempa menunggu sampai suara Halilintar terdengar lagi.

"Kak? Kak Hali? Lo udah tidur ya?"

Tidak ada sahutan dari sang empu.

"Yaudah deh kalau lo udah tidur. Padahal gue udah buatin makanan kesukaan lo. Selamat tidur kak--"

"Kenapa, Gem?" Halilintar bersender pada kusen pintu. Sebelum membukakan untuk Gempa, ia sengaja mengacak rambutnya agar terkesan baru bangun tidur.

Gempa mengulas senyum yang membuat lubang pemanis di pipinya muncul. "Anu, itu, gue udah masak makan malam buat kita. Lo mau coba ndak?"

"Makan aja. Masakan lo bukan selera gue."

"Tapi gue udah tanya ke mama masakan kesukaan lo. Kata mama, lo juga belum makan bang, jadi sekarang lo turun makan dulu."

"Gue udah bilang kan, Gem. Gue sama sekali nggak selera makan. Dan gue sama sekali nggak sudi makan masakan lo!" balas Halilintar ketus kemudian beranjak dan berjalan lebih jauh ke lantai bawah.

Gempa yang geram segera menyusul. "Lo tuh gatau diri ya, bang. Udah diperhatiin bukannya bersyukur malah kayak gitu!" sungutnya setengah berteriak karna Halilintar berada sudah cukup jauh. "Cepat amat tuh anak turunnya. Nggak takut kepeleset apa, lantai licin gini! Kak, Tunggu Kak?"

Tak menghiraukan panggilan Gempa, Halilintar terus menuruni anak tangga. Tak tahu juga dari mana asalnya, dari arah yang tidak ia duga, seorang maid menabraknya, membuatnya berhenti melangkah. "Aduh, kalo pake mata dong, jangan cuma pake kaki."

Maid perempuan itu hanya mengangguk kecil kemudian segera membersihkan gelas kaca yang berserekan. Halilintar hanya membatin, bisa-bisanya maid itu menabraknya, bagaimana bisa orang tuanya membiarkan maid tak tahu sopan santun berada disini, apa diluar sana sudah tidak ada orang lain lagi?

Sementara di belakang, dada Gempa berdebar tak karuan karena merasa aneh dengan apa yang ia lihat. Ia melihat Halilintar di depan sana bicara sendirian sambil tangan terkepal. Segera menyusulnya. Baru saja hendak melontarkan pertanyaan, Halilintar malah menyergah.

"Ngapain sih ngikutin gue?!"

"K-Kak...."

"Apa lagi? Masih mau nawarin gue makan? Gem, dengar ya, gue udah terlanjur nggak bisa percaya sama lo termasuk untuk makan masakan lo."

Seperti mendapatkan ketertarikan pada isu, Gempa pun terpancing untuk menanggapi. "Lo nggak bisa terus-terusan ngehindar sama gue atas apa yang terjadi di masa lalu, Kak! Itu nggak adil buat gue!"

Kaki Halilintar maju ke depan, cowok itu sedikit mengangkat dagunya. "Lo bilang gue ngehindar? Lo pikir, lo siapa sampai gue ngehindarin lo?" tanya Halilintar yang mengintimidasi. "Lagi pun yang ngehindar itu elo bukan gue, bahkan saat lo tau kebenarannya pun lo menghindar dari gue. Kenapa? Kenapa sekarang lo jadi nuduh gue?"

Gempa tertegun bukan main apa yang dikatakn Halilintar. Seakan-akan kakaknya sendiri mengorek luka lamanya. Setelah beberapa saat diam, ia pun membuka suara. "Situasi kita beda, Kak. Lo menolak kenyataan. Sedangkan lo menghindar tanpa alasan! Bahkan di saat gue berusaha perbaiki semuanya. Lo malah bertingkah seolah semua ini salah gue! Apa posisi lo di rumah masih belum cukup, Hah? Apa lagi yang lo mau??"

Air mata itu tetes demi tetes membasahi pipi Halilintar. Bodohnya dia. Mengapa ia tak bisa menahan lidahnya. Pasti sakit diingatkan pada luka yang tak bisa diobati. Tentu saja melihat bayangan masa lalu kembali berputar di memorinya. Barangkali hubungan dirinya dengan Gempa bisa seindah Solar dan Thorn bukan hanya mereka adalah kakak-beradik, tapi kehidupan keluarga yang nyaris berantakan, membuat mereka harus saling menguatkan satu sama lain.

"M-maafin gue, Gem. Gue ngingetin lo sama luka lama lo. G-gue..."

Gempa tertawa sarkastik mendengar kata maaf meluncur dari bibir Halilintar. Apa semudah itu mengucapkannya setelah membuat hidup seseorang hancur lembur?

"Lo," tunjuk Gempa. "Bacot!" lanjutnya. Mengambil langkah, dia berlalu meninggalkan Halilintar yang masih belum beranjak dari tempatnya.

"Dimana sopan santun lo, brengsek?!" tanya Halilintar setengah berteriak agar Gempa mendengarnya.

Gempa mendengkus, lalu berjalan kembali tanpa menghiraukan Halilintar. Laki-laki itu terus melangkah keluar apartment. Sampai diluar, laki-laki itu langsung masuk ke dalam mobil, lalu mobil pun melaju meninggalkan apartment.

"Gempa!" Halilintar berteriak sedikit menggeram kesal, ia hendak berlari mengejar mobil Gempa tapi kali ini ada yang menahan tangannya.

"Jangan, Den. Ini sudah malam, biarkan saja dengan Gem pergi," kata maid Hilda dengan tidak tahu malunya memeluk lengan Halilintar dan menaruh kepalanya di pundak tegap Halilintar.

Plak!

Maid Hilda terpatung di tempat saat sebuah tamparan mendarat di pipinya begitu kuat.

"Bangsat! Ngapain lo peluk-peluk gue?" desis Halilintar tajam sambil membersihkan sisa jejak jalang tadi.

Belum sempat berbicara, Halilintar malah menyergah.

"Menjauh dari gue. Jangan sampai gue lupa posisi lo." Peringatan tegas dari Halilintar, membuat maid Hilda mengambil langkah mundur meninggalkan Halilintar seorang diri.

"Shit! tangan gue jadi ternodai!" Halilintar terus mengusap lengannya. Rasanya sekarang ia sudah tidak suci lagi.

Perlakuan ART sialan itu seringkali membuat Halilintar geram.

Pernah sekali, ART atau maid disana hampir melecehkannya. Beruntungnya saat itu, Gempa datang menyelamatkannya, jika tidak, entah bagaimana nasibnya sekarang.

Halilintar bergidik ngeri, ketika rekaman tak senonoh yang nyaris merenggut kesuciannya kembali terputar di memorinya.

Arghhh tolong siapa saja hilangkan ingatan Halilintar tentang kejadian malam itu.

Bersambung...

Jangan lupa vote and coment nya

SEE YOU NEXT PART💕

Continue Reading

You'll Also Like

4.6K 413 10
"Ada seseorang berkata kepada saya. Tuhan adalah hakim sempurna. Apapun keputusan yang dia ambil pasti akan memberi keadilan pada orang yang meminta...
1.8K 126 10
"semua orang mempunyai harapan bukan ? hh begitu pula juga aku "( Supra bin amato ) by elementalofficial8 Selamat membaca ๐Ÿ™๐Ÿ˜Š
104K 6.8K 61
[FAN FICTION] (First book belum direvisi, jadi bahasanya masih cupu) The series Boboiboy Halilintar Yang suka liat Hali ternistakan ngumpol sini -A...
21K 2.9K 25
[FAN FICTION] Part kedua dari Abdelol sebelumnya. Ketololan para adik halilintar berlanjut! Lebih drama, lebih tolol, lebih bodoh, lebih gila, bahkan...