fairy and devil | nomin, mark...

By jaeminuman

50.8K 6.1K 702

"aku hanya suka pada dewa minhyung!" -na jaemin, little fairy "kau takut aku membunuh minhyungmu itu?" -lee j... More

0 | king of the moon
1 | sasung temple
2 | sooyoon sky
3 | hatae tower
4 | unsealed
5 | mysterious world
6 | god minhyung
7 | flower
8 | withered
9 | life saver
10 | sunrise
11 | fairy donghyuck
12 | fairy test
13 | ilcho
14 | nono & jasmine
15 | fantasy crystal
16 | disenchanted
17 | lee jeno, moon clan
18 | moon vs sky
19 | changyoon sea
20 | anger
21 | swapping bodies
22 | fairy = devil
23 | patricide
24 | checkmate
25 | ambush
26 | turnover
27 | flower in the moon clan
28 | foxy ideas
29 | worldly feelings
30 | injoon
31 | thousand-level illusion
33 | demesne
34 | homicide
35 | riddle
36 | the beginning of destruction
37 | pinkish heart
38 | ice cream mode
39 | live your own life
40 | yoonmi pool
41 | party at the mansion
42 | good boy gone bad
43 | pairs
44 | a miss
45 | useless great trick
46 | comradery
47 | banquet
48 | clownery things
49 | literally a clown
50 | what if...
51 | where does broken heart go?
52 | connexion
53 | knotty
54 | gloomy
55 | the wedding
56 | horror
57 | sugar-coat
58 | do not kick up a row
59 | the union of hearts
60 | fairies who commit sins
61 | supreme lord's sacrifices
62 | jasmine fairy's sacrifices
63 | wheel
64 | dreadful
65 | tears & kindness
66 | nana
67 | a world full of poison
68 | the war
69 | it looks like an ending, but it's not
70 | for the sake of love
71 | the illusion of the dozens of skies
72 | rebirth
73 | the guardian gods of the three worlds
74 | seo
75 | the broken hearts of the knights
76 | story at the heeyoo pavilion
77 | the contrarian of fate
78 | the king's death
79 | epilogue
hi! it's been a week

32 | falter

508 74 8
By jaeminuman

"ehhh." jaemin memanggil jeno ketika mereka sudah keluar melalui kolam teratai milik wookhee dan kini berada di paviliun leepan. raja bulan itu menoleh hanya untuk melihat jaemin yang membuka mulutnya, lalu menutupnya kembali seperti sedang berusaha mencari topik pembicaraan karena tahu sang raja kini sedang marah padanya, "kita keluar dari kolam ini..."

melihat jaemin yang berbicara tak jelas sembari tersenyum bodoh membuat jeno semakin kesal. ia langsung berjalan kembali dengan langkah panjang-panjangnya.

"tuan raja bulan, tunggu aku." jaemin memajukan bibir bawahnya sedih dan berusaha mengejar jeno dengan langkahnya yang tidak sepanjang raja itu, "terima kasih karena tadi kau sudah menyelamatkanku."

"MENGAPA KAU KABUR SEMBARANGAN?!" jeno menarik lengan jaemin dengan keras hingga peri itu membelalak ketika mereka sudah keluar dari paviliun dan kini berada di reruntuhan hahun, "bukankah aku sudah pernah bilang kau tidak boleh menghilang dari pandanganku?! dengan kekuatan sihir selemah ini, kau masih berani pergi sembarangan?! jika hari ini aku terlambat datang sedikit saja, kau pasti sudah mati! apakah kau tahu?!"

"aku tidak berpikir untuk kabur. aku pernah berjanji padamu bahwa aku akan menyembuhkan pohon tujuh perasaan duniawi milikmu. aku akan menepati janjiku itu. aku tidak akan kabur. aku hanya ingin membantu injoon—"

"aku tidak peduli apa alasanmu! kukatakan sekali lagi! mulai sekarang, kau tidak boleh menghilang dari pandanganku setengah langkah pun! ke mana pun kau ingin pergi, kau harus memberitahuku! paham?!"

jaemin mengangguk sembari menatap jeno dengan mata bulatnya, "aku paham."

melihat tatapan jaemin, jeno berusaha menetralkan napasnya dan melepaskan cengkeramannya pada lengan peri itu, kemudian berjalan mendahuluimya guna menghancurkan tungku pelebur jiwa yang berdiri kokoh di tengah reruntuhan hahun untuk kedua kalinya. jaemin berlindung di balik lengannya ketika hawa iblis dari dalam tungku itu menyebar keluar. namun, anehnya hawa-hawa hitam itu tak menghampiri mereka sedikit pun.

langit gelap kota laut segera diterangi cahaya setelah benda pusaka itu hancur lebur. jeno tersenyum tipis sedangkan jaemin tersenyum lebar melihatnya.

"kabut dan badai saljunya sudah hilang. ternyata karena tungku pelebur jiwa ini membentuk hawa iblis setiap hari hingga membuat kesedihan, kemarahan, dan rasa putus asa orang yang sudah meninggal tidak bisa menghilang, maka langit kota laut hampir selalu berkabut dan mengalami badai salju. setelah kau menghancurkan tungku itu, kabut dan badai saljunya menghilang dengan alami." jaemin menggeser posisinya ke hadapan jeno dan tersenyum untuk merayunya agar tak marah lagi, "tuan raja bulan, bukankah sekarang aku baik-baik saja? buku kehidupan juga tidak hilang. bukan hanya tidak hilang. aku juga sudah memperbaikinya. coba kau lihat."

jeno menatap mata jaemin, lalu menatap buku kehidupan yang diserahkan peri itu menggunakan kedua telapak tangannya.

"tak kusangka ternyata benar-benar sudah diperbaiki." jeno mengambil buku kehidupan itu.

"betul. bukankah setiap hari kau menanti saat di mana aku bisa memperbaikinya? bagaimana? apakah sekarang kau merasa senang?"

jeno mengerutkan dahi, "mengapa kali ini kau memperbaikinya secepat ini?"

"aku..." jaemin menurunkan pandangannya, "demi membantu tuan raja bulan—"

"katakan dengan jujur."

peri itu mendadak murung, "kepala kota laut itu begitu jahat dan licik. ia menyamar menjadi dewa minhyung dan menipuku untuk segera memperbaiki buku kehidupan itu."

jeno mengangguk-angguk kesal, "biasanya aku selalu menyuruhmu memperbaikinya dan kau selalu menghindar serta mengeluarkan segala trikmu. begitu disuruh oleh minhyung, kau langsung berusaha sangat keras untuk memperbaikinya."

"aaa, tuan raja bulan, dengarkan aku dulu!" jaemin menghalangi jalan jeno ketika pria itu hendak meninggalkannya, "apakah kau tahu bagaimana caraku menyadari kejanggalan ketika di kuil sasung tadi? ketika kau tinggal di kuil sasung waktu itu, kau telah merusak peralatan membuat kue dan mejaku. apakah kau masih ingat? namun, saat di kuil sasung tadi, aku malah melihat meja dan peralatan itu utuh dan tidak rusak sama sekali. karena itu akhirnya aku dapat membongkar rencana busuk mereka. di dunia ini, hanya kita berdua yang tahu tentang benda-benda di kuil sasung itu."

jeno tak menjawab. ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"oh ya, kepala kota laut itu berkata bahwa ada ribuan tingkat pada ilusi tadi. itu artinya ada ribuan pantulan diriku yang sama persis. bagaimana kau bisa menemukanku secepat itu?"

"jangankan trik kecil seperti itu. sekalipun aku harus menebak dirimu di antara ribuan bunga melati yang sama persis, aku juga bisa menemukanmu dalam sekejap. jadi, kelak kau tidak boleh melarikan diri. sekalipun kau kabur ke ujung neraka atau ke tempat yang sangat jauh di dunia, aku pasti bisa menemukanmu. apakah kau mengerti?"

jaemin tak menjawab. ia hanya meneteskan air mata sambil tersenyum.

"kau... mengapa kau menangis lagi?"

"aku merasa sangat bahagia. sebelumnya guruku pernah mengatakan hal yang sama padaku. bagiku, guruku adalah orang yang paling dekat denganku dan paling kucintai. sementara kau..."

jeno dengan sigap langsung menangkap tubuh jaemin yang tiba-tiba lemas dan tak sadarkan diri.

💓

jurang geureon, gunung si

deokjun terengah. tubuh besar wookhee berada di papahannya. kepala paviliun leepan itu meletakkan tubuh lemas atasannya di atas batu panjang.dua lilin merah menyala tak jauh dari kepala wookhee. deokjun segera bersujud hormat menghadap bagian paling dalan gua di tepi jurang itu.

"yang mulia dilukai orang hingga terluka parah. deokjun memberanikan diri ke tempat ini untuk memohon kepada dewa kejahatan agar menolongnya menggunakan kekuatan gaib."

gemuruh besar langsung terdengar dari dalam gua tersebut. api hitam yang sangat besar dengan kilatan-kilatan merah muncul dari dalam gua beserta suara seorang pria yang bergema.

"ada hawa iblis yang melingkupi tubuhnya. siapa orang yang bisa melukainya?" tanya dewa kejahatan taesoo yang tak terlihat wujudnys itu.

"lee jeno." jawab deokjun dengan penuh dendam.

"lee jeno? awalnya, aku mengira selain kaisar langit tidak ada lawan yang sebanding denganku lagi di tiga dunia. namun, saat ini, kelihatannya orang itu sedikit menarik."

deokjun memejamkan mata ketika asap hitam dari dewa kejahatan taesoo mengerubungi wookhee yang sudah pucat. kepala kota laut itu sadar kembali dan berucap dengan susah payah, "terima kasih untuk pertolonganmu. tenang saja. aku sudah menemukan reinkarnasi dari dewa kecil silim. tidak lama lagi aku aku akan membawanya ke jurang geureon untuk membantumu keluar dari kurunganmu."

💓

hutan ansong, laut changyoon

"di mana ini?" tanya jaemin ketika matanya baru saja terbuka dan masih membiasakan cahaya yang masuk.

"kemah pemburu." jawab jeno dari luar. jaemin bangkit dari tempat tidur dan menghampiri raja yang kini sedang duduk di depan api unggun itu, "mengapa kebanyakan pemburu di sini adalah wanita? sebaliknya, pria hanya beberapa saja."

jeno tak menjawab. ia memilih fokus dengan ikan bakarannya. melihat itu, jaemin memiringkan kepalanya untuk melihat ekspresi jeno dan tersenyum dengan lembut.

"apakah kau masih marah?"

"tidak." jawab jeno dengan nada rendah.

jaemin meluruskan kembali kepalanya sembari memajukan bibir, "jelas-jelas iya."

lagi, jeno tak menjawab, bahkan tidak menatap jaemin sehingga peri itu mendekatkan posisi duduknya dengan sang raja dan berbicara dengan lembut.

"pria kaku, aku sudah tahu aku salah. kelak aku pasti tidak akan pergi sembarangan lagi. aku berjanji, ke mana pun aku pergi, kau adalah orang pertama yang kuberi tahu. bagaimana?"

jeno menatap jaemin tajam. ia masih tidak menjawab, tetapi ia menyodorkan ikan bakarannya yang sudah matang ke depan mulut sang peri, "makanlah."

peri melati mengambil ikan yang ditusuk dengan kayu kecil itu dengan senang hati dan langsung melahapnya, "bagaimana kau tahu bahwa aku sudah lapar?"

"tubuhmu merasa sedikit terkejut saat memperbaiki buku kehidupan. selain itu, kau juga pingsan. benar-benar tidak berguna!"

"mmm, enak sekali." jaemin masih mengunyah ikannya tanpa begitu memedulikan perkataan jeno. sang raja bulan kini menatapnya yang makan dengan lahap, kemudian menyadari sesuatu di balik poni dan rambut tebal peri jaemin.

"dari mana datangnya bandanamu itu?"

mata jaemin sedikit terbelalak. ia menghentikan makannya sejenak, "injoon meminjamkannya padaku. ini benda kecil yang tidak berharga."

begitu jaemin kembali melahap ikannya, tangan kanan jeno sudah mengarah ke atas kepala jaemin, namun peri itu langsung memundurkan tubuhnya sedikit.

"apa yang ingin kau lakukan?" ekspresi jaemin menjadi sedikit memelas, "kau adalah seorang raja bulan yang bermartabat dan kekayaanmu sangat berlimpah. kau tidak mungkin menginginkan harta benda milik peri kecil sepertiku ini, 'kan?"

tatapan jeno menelisik benda di kepala sang peri melati hingga membuat peri itu sedikit terintimidasi, "bandana changshin ini adalah alat sihir yang dibuat oleh nenek moyang klan bulan, leeteuk. sekarang malah menjadi harta pribadi milikmu?"

jaemin tak berani menatap jeno, namun ia tetap menolak ketika jeno sudah memajukan tangannya dengan telapak tangan menghadap ke atas, meminta bandana itu.

"tidak bisa. benda yang aku pinjam tetap harus dikembalikan. jika injoon memintaku untuk mengganti rugi, sekalipun aku dijual, aku juga tidak sanggup membayarnya."

jeno kembali menarik tangannya, "boleh saja jika kau ingin menyimpannya. namun, kau tidak bisa memakainya. lepaskan."

peri itu sudah mengangkat tangannya ke atas kepala sembari cemberut, namun ia menurunkan tangannya lagi, "aku tidak mau."

"kenapa?"

"tidak ada apa-apa."

"kenapa?" jeno meninggikan nada suaranya.

"tidak ada apa-apa." jaemin pun ikut meninggikan suaranya.

"sebenarnya kenapa?!" raja bulan itu mulai kesal.

"karena..." peri melati membuang muka, "karena aku tidak ingin kau mengetahui apa yang hatiku pikirkan setiap saat."

"jika aku mengetahui perasaanmu setiap saat, aku bisa melindungimu tepat waktu. apa yang tidak baik dari hal ini?" jeno melirik ke bandana di kepala jaemin, "karena bandana ini, kau hampir saja mati."

"aku tetap ingin memakainya. lagipula, kau tidak bisa masuk ke dalam hatiku dengan sesuka hatimu. hal ini seperti kau pergi ke rumah orang lain tanpa mendapatkan persetujuannya."

"aku bisa pergi ke rumah siapa saja sesuka hatiku. aku akan merebut apa yang aku inginkan." sorot mata jeno berubah tajam. jaemin langsung bangkit berdiri dengan kesal karenanya.

"kau!" peri itu menghela napas, "intinya aku bilang tidak boleh. sekalipun kau adalah raja bulan juga tidak boleh. sekalipun suatu hari jika aku bertemu bahaya, kau yang datang menolongku juga tidak boleh. orang tidak bisa tidak punya rahasia."

jeno ikut bangkit berdiri, "namun, mengapa dulunya boleh? dulu kau sama sekali tidak keberatan jika aku mengetahui perasaanmu."

"dulu itu dulu." nada suara jaemin meninggi.

"lalu, apa bedanya dulu dengan sekarang?" jeno juga ikut meninggikan nada suaranya.

peri itu tak menjawab. jeno memandanginya yang membuang muka selama beberapa saat, kemudian raja bulan itu masuk ke dalam kemah sembari memukul bagian depan tenda walaupun tidak terlalu keras. ia merebahkan dirinya di atas kasur sementara jaemin mendudukkan diri kembali di depan api unggun. mereka sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing.

💓

"mari, biar aku keringkan."

"kuletakkan di sini ya."

"ini harus dilakukan pelan-pelan."

"pegang ini dengan baik."

"ikat yang baik."

"kemari. aku ikatkan untukmu lagi."

jaemin tersenyum sembari menghirup udara pagi di hutan ansong. para pemburu berpakaian hitam khas klan bulan sibuk mempersiapkan segala hal, baik itu berburu, memasak, maupun hal-hal lainnya. anak-anak mereka yang memakai pakaian dengan warna senada tertawa dan berlarian dengan gembira.

sang peri melati berjongkok untuk menghirup aroma bunga tak jauh dari kemahnya. ia mengambil satu kuntum bunga berwarna putih yang cantik dan hendak memakainya di kepala. namun, salah seorang pemburu yang berada di dekat situ langsung menegurnya.

"jangan memakainya. kau seorang tuan muda. tidak boleh sembarangan memakai bunga ini."

"mengapa tidak boleh dipakai?" jaemin memandangi bunga di tangannya, "apa ada sesuatu tentangnya?"

"ini adalah bunga garam." jelas sang pemburu sembari sibuk mempersiapkan makanan, "di suku kami, hanya yang suaminya telah mati yang memakainya."

jaemin sedikit terkesiap begitu menyadari banyak pemburu yang memakai bunga tersebut di kepala mereka, "kalau begitu, kalian semua..."

"selama bertahun-tahun, raja-raja itu terus menerus berperang. hampir semua pria telah pergi ke medan perang. saat ada berita kematian yang datang, yang memakai bunga ini akan bertambah satu. sekarang hampir semua wanita dan lelaki omega di suku kami memakai bunga ini."

"maaf, aku telah mengungkit kesedihanmu."

"tidak apa-apa. di tahun-tahun awal, aku juga menangis sepanjang hari. tapi, suamiku sudah meninggal. apa gunanya menangis? kami juga harus hidup." wanita itu bangkit dan mengantarkan makanan ke rekan-rekannya. tepat saat itu, jeno keluar dari kemah dan beradu tatap dengan jaemin. sang raja memilih untuk kembali lagi ke dalam kemah dan duduk di ranjang karena masih agak kesal. sementara sang peri mengembalikan kembali bunga di tangannya ke pohonnya dengan kekuatan sihir.

"bunga bisa hidup kembali, tapi manusia tidak bisa. aku sungguh berharap keluarga mereka juga bisa kembali."

💓

"sudah terjatuh, 'kan? jangan lari lagi!"

hari semakin siang. anak-anak yang bermain-main di dalam hutan ansong semakin banyak. beberapa di antara mereka membawa hewan-hewan peliharaan untuk diajak makan.

"yang mulia." salah seorang wanita membelalakkan mata begitu melihat jeno berjalan menyusuri hutan tempat mereka beraktivitas. beberapa langkah di belakangnya, peri melati mengikuti.

"salam, yang mulia." pemburu-pemburu lain langsung bersujud dengan serempak begitu mendengar suara wanita itu.

"salam, yang mulia."

"salam, yang mulia."

perhatian jeno mengarah pada wanita tua yang sama sekali tidak memberi salam padanya, "mengapa kau tidak memberi salam saat bertemu denganku?"

wanita tua itu mendekat dengan berani, "ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada yang mulia. setelah menanyakannya dengan jelas, aku akan langsung memberi salam."

"nenek tae, jika menyinggung yang mulia, kita semua akan mati." salah seorang dari mereka menjadi panik.

"bertanyalah." jeno tak menatap wanita tua itu.

"yang mulia, ke mana kau pergi selama 30 ribu tahun ini? laut changyoon memburuk menjadi tanah sampah. rakyat sudah cukup menderita. setiap keluarga menjadi miskin dan tidak memiliki rumah. saat kami kehilangan keluarga, yang mulia, ke mana kau pergi menelantarkan kami?" nenek tae mulai terisak.

"mohon ampun, yang mulia! nenekku telah pikun karena tua. ia mengatakan omong kosong. kami akan membawanya pulang sekarang juga."

"yang mulia, ampun."

"kita akan menyeretnya keluar sekarang. mohon ampun."

jeno menghentikan para pemburu tersebut, "biarkan ia melanjutkan perkataannya."

"sepanjang hari kami menunggumu pulang untuk menyelamatkan kami dari lautan api. tapi, kau tidak pulang. sekarang saat suami dan anakku telah tewas di medan perang kau malah pulang."

jeno dan jaemin yang berdiri di belakangnya hanya mampu terdiam. nenek tae berjalan lebih dekat kepada sang raja.

"yang mulia, aku sudah sangat lama melihatmu. saat kecil, saat kau setinggi ini," nenek tae menggambarkan tinggi badan jeno saat itu menggunakan tangannya, "ayahmu membawamu kemari untuk berburu. kau juga bermalam bersama suku ini. cucuku seumuran denganmu. ia menemanimu berburu seekor kelinci liar. kemudian, ia bergabung dengan pasukan, ikut berperang bersamamu, dan terkurung di dunia misterius selama 30 ribu tahun. sekarang kau sudah pulang, tapi ia tidak pulang."

jeno masih terdiam. napasnya sedikit tak beraturan. wanita tua yang wajahnya penuh air mata itu memundurkan tubuhnya dan menunjuk salah satu wanita yang masih bersujud.

"yang mulia, coba kau lihat. ia adalah menantuku. putraku memang tidak bisa pulang lagi karena sudah meninggal, tapi putranya masih bisa pulang karena hanya terkurung di dunia misterius. aku tahu aku telah menyinggung yang mulia dan harus mati. aku sudah tua dan sudah hidup lama. jadi, itu tidak masalah. tapi, meskipun hari ini aku mati, yang mulia juga harus berjanji padaku. waktu itu bagaimana kau membawa mereka pergi, seperti itu jugalah kau harus membawa mereka pulang."

"mohon ampun, yang mulia!" para wanita yang masih bersujud menjadi panik ketika mendengar perkataan nenek tae yang semakin menyinggung jeno. raja itu hanya menatap nenek tae dengan tajam, kemudian pergi tanpa mengatakan apa pun. tatapan nenek tae kini beradu dengan tatapan jaemin. namun, peri itu segera menunduk dan mengikuti ke mana jeno pergi.

🦄

Continue Reading

You'll Also Like

10.1M 1.2M 62
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...
536K 55.7K 60
note: jumlah kata setiap chapter akan terus bertambah seiring berjalannya cerita. __________________________ Menceritakan kisah tentang Elvian Jhonso...
131K 9.6K 45
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
995K 93.6K 30
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...