SECOND CHANCE (END)

By kaneboorenyah

3.5M 254K 4.2K

Tak pernah terpikirkan dalam benak Keana, jika ia akan kembali ke masa putih abu-abu. Harusnya Keana bahagia... More

Prolog
Bagian Satu
Bagian Dua
Bagian Tiga
Bagian Empat
Bagian Lima
Bagian Enam
Bagian Tujuh
Bagian Delapan
Bagian Sembilan
Bagian Sepuluh
Bagian Sebelas
Bagian Dua Belas
Bagian Tiga Belas
Bagian Empat Belas
Bagian Lima Belas
Bagian Enam Belas
Bagian Tujuh Belas
Bagian Delapan Belas
Bagian Sembilan Belas
Bagian Dua Puluh
Bagian Dua Puluh Satu
Bagian Dua Puluh Dua
Bagian Dua Puluh Tiga
Bagian Dua Puluh Empat
Bagian Dua Puluh Lima
Bagian Dua Puluh Enam
Bagian Dua Puluh Tujuh
Bagian Dua Puluh Delapan
Bagian Dua Puluh Sembilan
Bagian Tiga Puluh
Bagian Tiga Puluh Satu
Bagian Tiga Puluh Dua
Bagian Tiga Puluh Empat
Bagian Tiga Puluh Lima
Bagian Tiga Puluh Enam
Bagian Tiga Puluh Tujuh
Bagian Tiga Puluh Delapan
Bagian Tiga Puluh Sembilan
Epilog
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 4 (End)
COMING SOON

Bagian Tiga Puluh Tiga

60.3K 5.1K 83
By kaneboorenyah

"Bahkan anjing pun akan mengingat jasa dari orang yang memberinya pertolongan, tapi bisa-bisanya seekor anjing melakukan hal yang jauh lebih baik daripada Anda. Benalu hidup yang mendapat sokongan selama belasan tahun dari keluarga Maximilian!!"

Nara hendak menimpali, namun Keana lebih dulu menggerakkan jari kelingking dan tengahnya ke udara. Dan di detik itu pula seluruh lampu di kediaman Maximilian mendadak padam, hingga membuat semua orang memekik kaget. Di detik ketiga sebuah proyektor direfleksikan pada dinding di dekat mereka, dan sukses menarik perhatian banyak pihak. Terlebih karena tayangan itu memperlihatkan rekaman CCTV dari setiap inci Universe High School yang tak pernah terjamah.

Rekaman diawali ketika Elysa mengancam inti Erector, di kandang mereka sendiri. Rekaman itu pun di dapat dengan campur tangan Virgo, yang sudah lama menyimpan bukti utama untuk kejadian semacam ini. Kemudian rekaman itu berlanjut saat Elysa mengancam Lavina di salah satu gudang di Universe High School, sebelum diakhiri oleh fakta yang dibeberkan Cassandra beserta teman-temannya.

Rekaman itu juga menunjukan bagian dimana Elysa berusaha mencelakai Lavina, agar gadis itu bersedia menjalankan perintah yang Elysa turunkan. Bahkan ada kutipan video yang memperlihatkan betapa angkuhnya Elysa saat mengatakan jika Arlo adalah ayah kandungnya, sesuai hasil tes DNA yang ditemukan di salah satu laci meja rias Nara.

"Sejak awal saya sudah bilang, hancurkan hasil tes DNA itu. Tapi kenapa kertas itu masih ada hingga sekarang?!" Arlo mendesis marah.

"Kami sudah berbaik hati untuk melindungi harga diri kamu, Nara. Bahkan kami membiayai hidup kalian, tapi berani-beraninya kamu membiarkan bukti itu menyakiti anak kami!" Kanaya menimpali marah.

Nara menelan ludahnya bulat-bulat. Ada sensasi sesak dan sakit saat mengingat rentetan kejadian di masa lalunya, terlebih karena Nara harus membongkarnya di hadapan banyak orang. Ditambah lagi Nara juga harus mempertimbangkan amarah Arlo dan Kanaya, yang jika salah ditanggapi bisa berdampak besar pada kehidupannya dan Elysa.

"Saya akui jika saya lalai, karena tidak langsung menghancurkan bukti itu. Tapi apa kalian tidak bisa berbaik hati dan memperlakukan Elysa dengan baik, karena bagaimanapun juga kalian ada sangkut pautnya dengan masalah ini!"

"Kau pikir siapa dirimu?!" Ejek Kanaya, mulai melangkahkan kakinya lebih dekat pada Nara.

Begitu kedua perempuan paruh baya itu berhadapan, Kanaya menyempatkan diri untuk menelisik penampilan Nara dari ujung kepala hingga kaki dengan gerakan teratur. Setelahnya Kanaya mulai memamerkan sorot mata meremehkan, yang selama ini tak pernah muncul di permukaan. Tak ayal ekspresi Kanaya sukses membungkam orang-orang disekitarnya.

"Suami saya sudah berbaik hati dengan mengorbankan namanya saat pengajuan tes DNA. Jika kamu tau terima kasih, seharusnya kamu segera menghancurkan hasil tes itu, agar masalah seperti ini tidak pernah terjadi!"

"Padahal Ayah biologis Elysa tidak ada sangkut pautnya dengan kami, tapi kami tetap menopang hidup bahkan martabat kalian agar tidak jatuh di mata masyarakat. Tapi lihat apa yang kami dapat?"

"Rupanya kalian menyalah artikan kebaikan kami, Nara Calista?!"

Nara menggigit kuat bibirnya. 18 tahun lalu Nara yang masih berusia 25 tahun dinyatakan hamil, oleh salah seorang anggota BEM ditempatnya berkuliah. Dan kebetulan pada masa itu Arlo adalah ketua BEM, yang merasa bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuatnya anggotanya. Terlebih karena pelaku memilih kabur saat hendak dimintai pertanggung jawaban.

Tak hanya memberikan bantuan berupa uang, terkadang Arlo dan Kanaya pun datang menjenguk Nara sekaligus menghibur perempuan yang saat itu harus bekerja banting tulang disela kegiatan kuliahnya. Sampai tiba saat dimana mata-mata yang Arlo sewa menemukan titik terang akan keberadaan pelaku. Awalnya mereka hanya meminta pelaku bertanggung jawab, namun pelaku menolak dengan dalih dirinya telah menikah dengan perempuan yang dijodohkan oleh orang tuanya.

Nara yang syok dengan kabar itu terpaksa dilarikan ke rumah sakit, lantaran Nara juga mengeluh sakit pada perutnya. Tekanan darahnya juga melonjak tinggi, hingga membuat para medis sedikit kewalahan. Alhasil mereka terpaksa melakukan operasi caesar untuk menyelamatkan bayi Nara. Dan dalam kondisi ini pun pelaku masih meragukan bayi yang Nara lahiran, alhasil mereka memaksa pelaku untuk melakukan tes DNA.

Namun berhubung pelaku adalah anak dari seorang perwira TNI yang mempertimbangkan harga diri keluarganya, jadi Arlo meminta untuk mengambil jalan tengah. Arlo meminta secuil rambut pelaku yang nantinya akan dicocokkan dengan bayi Nara. Kala mengajukan permohonan tes DNA, identitas pelaku diganti dengan nama Arlo. Hingga beberapa hari kemudian hasil akhirnya menyatakan jika DNA pelaku dan Elysa sangatlah cocok.

Sayangnya bukti itu sekaligus menjadi penutup, lantaran pelaku kembali menghilang, bahkan menghapus segala rekam jejaknya. Alhasil Nara harus putus kuliah dan fokus pada Elysa. Dan atas permintaan Kanaya, Arlo bersedia membantu finansial Nara dengan syarat perempuan itu bersedia menghapus hasil tes DNA yang mencantumkan namanya.

Elysa menggeleng kuat. "Nggak mungkin, Ayah pasti Ayahnya Elysa!" Bentaknya tak terima.

"Lo segitu penginnya jadi anggota keluarga ini ya?" Ejek Keana, menyeringai tajam.

"TUTUP MULUT LO!"

"Jangan berani bentak Adek gue!" Ucap Raven dan Sebastian bebarengan.

"Omong kosong!"

Elysa tak peduli. Ia berlari cepat mengambil pisau di atas meja, dan mengayunkannya ke arah dada Keana. Namun refleks Keana jauh lebih bagus. Ia berhasil mencengkeram tangan Elysa hingga genggaman pada pisaunya terlepas. Tak berhenti sampai di sana saja. Ditengah teriakan panik yang melanda kedua gadis itu, Keana memutar tangan Elysa dan menguncinya di belakang punggung.

"LEPASIN GUE JALANG!"

Keana terkekeh tajam. "Astaga, dari dulu mulut lo tuh emang sampah ya. Persis kaya tingkah laku lo!"

"GUE BILANG LEPAS!"

Elysa berontak, bahkan tak segan menarik rambut Keana dengan tangannya yang bebas. Alhasil Keana sampai harus memekik kesakitan.

"Keana!"

Anggota keluarga yang hendak menolong segera dihentikan, kala Keana berhasil memutar keadaan dengan memukul tengkuk Elysa menggunakan sikunya. Pekik kesakitan langsung menggema, namun Keana tak memiliki cukup inisiatif untuk berhenti. Keana kembali bergerak, bahkan ia tak ragu untuk membanting wajah Elysa ke atas meja dengan cukup keras.

"ELYSA!"

Nara hendak membantu putrinya, namun gerakannya berhasil dicegat oleh Kanaya. Bahkan Kanaya memaksanya untuk memutar pandangan, hingga wajah mereka kembali dipertemukan.

"Kalian semua harus menerima hukuman yang setimpal, karena sudah menyakiti anak-anak saya!"







***


Lavina beringsut takut, saat menyaksikan bagaimana brutalnya keluarga Maximilian. Terlebih ketika Kanaya mengatakan ingin membalas semua orang yang sudah menyakiti Keana, dan artinya Lavina juga termasuk dalam bagian itu. Saat hendak pergi, punggung Lavina tak sengaja menabrak dada seseorang. Ketika menoleh, kelopak matanya kembali melebar.

"E ... Evron?!" Pekiknya dengan nafas tercekat.

"Bukannya calon mertua gue udah bilang ya, semua orang yang nyakitin Keana harus menerima hukuman setimpal!"

"Tapi aku nggak sengaja ... ,"

Evron tertawa renyah. "Lo kan kesayangan Erector, dan karena lo, Keana harus keluar bahkan jadi korban bullying para bajingan itu. Walaupun lo nggak turun langsung, tapi lo seneng kan bisa dapet perhatian para bajingan itu?"

Evron sedikit merendahkan tubuhnya, agar wajahnya sejajar dengan telinga Lavina.

"Lo menikmati kursi yang Keana tinggalkan, iya kan?"

"A ... apa maksud kamu, Evron? Aku nggak paham," cicit Lavina takut.

Senyum lebar Evron makin ketara, kala punggungnya kembali di tegakkan. Dengan salah satu tangan yang dimasukkan pada saku celana, Evron menelisik penampilan Lavina dari ujung kepala hingga kaki. Setelahnya ia sempat berdecih kasar seraya membuang wajah ke sisi lain, sebelum akhirnya dipaksa untuk kembali bersitatap dengan gadis itu.

"Oh iya, dari dulu gue penasaran sama satu hal. Lo kan jago berenang tuh, tapi kenapa waktu itu lo bisa tenggelam ya?"

Bola mata Lavina membulat lebar. Pertanyaan Evron tak hanya membuatnya membeku, namun turut mendatangkan sesak lantaran laki-laki itu berhasil mengubah atmosfer di sekeliling mereka. Seolah tak cukup dengan tekanan yang diterimanya, Evron kian menyudutkan Lavina dengan senyum misterius dan tatapan tajamnya.

"Sebelum berenang, gue liat lo pemanasan dulu kok. Eh tapi kalo nggak salah, waktu itu lo juga sempet ngobrol sama Elysa. Iya kan?"

Evron mengusap bibir bawahnya dengan lembut. Ditengah keheningan yang ia ciptakan, Evron menyempatkan diri untuk mengukir seringai begitu mendapati wajah pucat Lavina.

"Jadi ... lo beneran tenggelam, atau ini salah satu rencana kalian biar Keana lepas kendali?"

Evron mengangkat bahunya acuh. "Yah, lo tau sendiri kan kalo dulu Keana tuh tempramen banget. Jadi gue sempet mikir kalo lo tuh pura-pura tenggelam supaya bisa dapet nafas buatan dari Morgan, karena Morganjing kan orang yang paling peduli sama lo."

"Dengan mendapat nafas buatan dari Morgan, secara nggak langsung lo memancing amarah Keana. Karena itu Keana yang cemburu sampe berani nyakitin lo pake silet,"

"Eh tapi, kalo dipikir-pikir lagi agak janggal sih. Keana kan punya riwayat jantung tuh. Walaupun dia punya sabuk hitam, tapi kalo waktu itu lo ngelawan dia, pasti tangan lo nggak bakal jadi korban."

"Nah, jadi pertanyaan terakhir gue. Lo pasti sengaja nggak ngelawan kan, karena lo tau Keana nggak bakal berani ngelakuin itu."

Mulut Lavina kian terkunci. Penuturan beruntun Evron tak hanya mengguncang mentalnya, tapi turut membuatnya kehilangan fokus. Bahkan Lavina tak menyadari jika Evron mulai mengayunkan kakinya pergi. Seolah laki-laki itu sengaja bermain dengan kata-kata untuk melihat seberapa jauh Lavina bisa merespon. Namun baru beberapa langkah Evron pergi, ia dipaksa untuk memutar kembali wajahnya.

"Oh iya, gue lupa satu hal. Hubungan lo sama Morgan nggak bakal pernah berubah. Dia cuma menganggap lo sebagai tanggung jawab yang harus dilindungi, jadi mustahil lo mampu menyingkirkan Keana dari kepala bajingan itu!"

***

Double up soalnya bentar lagi tamat donggg

Jadi kalian mau happy end atau sad end aja nih?

Kalo happy end maunya gimana?
Kalo sad end maunya gimana?

Vomen ya

Continue Reading

You'll Also Like

391K 22K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
1.1M 112K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
362K 28K 59
Elviro, sering di sapa dengan sebutan El oleh teman-temannya, merupakan pemuda pecicilan yang sama sekali tak tahu aturan, bahkan kedua orang tuanya...
948K 87.9K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...