jaemin menunggu dengan resah di kamar raja bulan. ia langsung menyambut jeno dengan pertanyaan begitu raja bulan itu membuka tirai yang membatasi pintu kamar dan tempat tidur.
"kau membuat kesalahan?"
jeno memasang ekspresi arogan yang dibuat-buat, "huh! memangnya kau pikir siapa aku? aku bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dan akhirnya lolos."
jaemin berdecih, "tak disangka kau memahami isyaratku. ternyata kau tidak terlalu bodoh."
sang raja bulan tersenyum dengan sangat bangga.
🗡️
"kau pantas menjadi bawahan kepercayaan kakak. kekuatan sihirmu benar-benar hebat."
"yang mulia sungchan lebih kuat dari kuanlin. kuanlin mengagumi yang mulia." jelmaan imoogi itu memberi hormat sebelum meninggalkan adik sang raja bulan di gerbang istana. sungchan memandang kepergiannya itu, lalu berbalik menghadap bawahannya di sisinya dengan tatapan datar.
"ia bukan lee jeno. ia adalah orang lain yang menyamar."
"bagaimana yang mulia mengetahuinya?"
"tebasan hitam. lee jeno tidak pernah mengajarkan jurus itu padaku. saat kecil, aku mengganggunya setiap hari untuk memohon padanya agar mengajarkan jurus itu padaku. tapi, ia selalu berkata, setelah aku dewasa, ia akan mengajarkanku." nada suara sungchan merendah, "tapi, aku bahkan belum dewasa saat itu dan ia sudah membunuh ayah. kami berdua tidak pernah dekat lagi sejak saat itu. ia tadi bahkan tidak mengetahui hal ini. ia pasti bukan lee jeno."
"kalau begitu, di mana raja bulan yang sebenarnya?"
"pasti merupakan orang yang selalu berada di sisi gadungan itu, orang yang selalu menjaganya karena takut ia melakukan kesalahan karena raja bulan juga tahu, begitu ketahuan," sorot matanya berubah kejam, "dirinya pasti akan mati."
🗡️
hutan ansong, laut changyoon
hari sudah gelap ketika wookhee, deokjun, sungchan, dan para bawahan mereka mengadakan pertemuan secara diam-diam. perhatian mereka terpusat pada guci hitam di tangan wookhee yang begitu ia buka tutupnya, asap hitam segera muncul dari sana, terbang ke arah salah satu pengawal, membuatnya mengerang kesakitan, dan jatuh tak sadarkan diri.
"benda apa ini?" tanya sungchan heran.
"ini adalah senjata yang bisa membantu yang mulia membunuh lee jeno." jawab wookhee, sang pria bertopeng.
"tak disangka ada benda sejahat ini." sungchan menatap pengawal yang kini terbaring di tanah.
"ini adalah hawa iblis atau hawa bulan. jika dalam kondisi seperti biasa, lee jeno akan bisa menahannya. tapi, saat ia lemah seperti sekarang dan tubuhnya dimasuki oleh hawa bulan, membunuhnya akan menjadi semudah membalikkan telapak tangan."
"bagus. bagus sekali. ternyata aku tidak salah mengerahkan seluruh tenagaku untuk membantumu membangun kota laut saat itu." sungchan terlihat sangat berambisi.
🗡️
jeno mendekati jaemin yang sedang memandangi pemandangan malam dari balkon kamarnya. ia berpikir sejenak sebelum membuka suara, "sebenarnya kau bisa menebaknya dengan baik atau tidak? kau lihat bulan yang terang itu. apakah terlihat seperti akan terjadi hujan petir?"
"aku sudah mengamatinya. seharusnya tidak akan salah. tunggu sebentar lagi."
jeno berjongkok, menangkup pipi dengan kedua tangannya, dan memajukan bibir, "jika kita bertukar tubuh kembali, apakah kau akan mengurungku lagi?"
"jika kau menurut, aku bisa saja tidak mengurungmu."
"sungguh?" mata jeno berbinar. ia langsung bangkit berdiri, "bagaimana jika kau membohongiku?"
"aku adalah raja bulan. aku tidak pernah menarik perkataanku dan selalu menepati janji." ucap jaemin dengan nada rendah.
"kalau begitu, kau harus bersumpah." jeno mengangkat jari kelingkingnya, "jika kau membohongiku, kau tidak boleh mandi selama sepuluh ribu tahun."
"baik." jawab jaemin malas.
"sepakat."
"lalu, bagaimana denganmu? jika setelah bertukar tubuh kembali dan kau masih ingin kabur, apa yang akan terjadi padamu?"
jeno mendadak merengut, "apakah kau benar-benar tidak bisa membiarkanku kembali ke langit sooyoon?"
"sebenarnya apa bagusnya langit sooyoon?"
"langit sooyoon adalah rumahku. apakah kau akan mempermasalahkan jika rumahmu bagus atau tidak?"
"ya." jawab jaemin tegas, "jika rumahku tidak bagus, aku akan merebut tempat bagus milik orang lain."
"kau hanya tahu membunuh dan merebut. aku tidak sepertimu. aku hanya ingin pulang ke rumah."
"hilangkanlah keinginanmu ini. selama kau masih hidup, kau harus tinggal di laut changyoon."
"kalau begitu, meskipun aku mati, aku juga ingin dikuburkan di tanah langit sooyoon."
mereka berdua sama sekali tidak bertatapan lagi setelah membahas topik yang menyebalkan bagi keduanya. jeno baru membuka suara ketika langit berubah menjadi gelap, penuh gemuruh, dan petir kecil muncul di sana.
"petirnya sudah datang!" raja bulan itu menunjuk langit dengan penuh semangat.
"ayo pergi ke hutan ansong agar lebih dekat dengan petirnya." jaemin mengambil kunci di laci dan berjalan keluar dengan diikuti oleh jeno yang berlari-lari kecil.
beberapa meter di belakang mereka, dua orang pengawal klan bulan jatuh tak sadarkan diri ketika sihir biru muda mengenai dada mereka. minhyung langsung masuk ke dalam istana untuk mencari keberadaan jeno dan jaemin, namun tak menemukan mereka di mana pun.
🗡️
hutan ansong, laut changyoon
jaemin membuka pintu gerbang menuju hutan dengan kunci yang dibawanya sedangkan jeno tercengang memandangi petir yang terus bersahutan.
"ayo cepat." jeno dan jaemin baru berjalan beberapa langkah ketika dua orang berpakaian hitam menghadang mereka, "lagi-lagi kalian."
wookhee yang mengenakan topeng dan deokjun yang berdiri di sebelahnya memandang mereka tanpa takut. jeno langsung maju ke depan tubuh jaemin dan mengangkat dagunya searogan mungkin, "aku peringatkan kalian. selagi aku tidak ingin membunuh kalian sekarang, cepat pergi saja."
"diam!" gertak deokjun.
"kau masih ingin berpura-pura?" suara berat wookhee terdengar dari balik topengnya, "raja bulan saat ini sangat mungkin hanya merupakan seorang peri tak berguna."
"bagaimana ini? sepertinya mereka sudah tahu tentang kita." bisik jeno pada jaemin yang ada di belakangnya.
asap hitam besar keluar dari tangan sang kepala kota laut. mata jaemin membelalak melihat itu. ia segera maju ke hadapan tubuh jeno dan merentangkan tangan untuk melindunginya.
"aaa!" jeno menjerit dan menutupi wajah menggunakan lengannya. mereka benar-benar di ambang kematian hingga sesuatu tiba-tiba menahan asap hitam itu agar tak mengenai mereka.
"dewa minhyung!" jeno berteriak sambil tersenyum lebar.
sihir minhyung menahan serangan hawa iblis dari wookhee, namun di detik-detik terakhir, ia terjatuh juga karena serangan kepala kota laut itu begitu kuat.
"dewa minhyung!"
jaemin segera menarik lengan jeno yang hendak berlari menuju dewa perang yang kini berusaha menahan sisa-sisa hawa iblis di tanah dengan sihirnya. mulutnya sudah mengeluarkan darah.
"kau cepat pergi." perintah jaemin pada jeno dengan tatapannya yang masih mengarah pada wookhee. jeno menghempas lengannya yang ditahan oleh jaemin dan segera berlari ke arah dewa kesayangannya.
"dewa minhyuuuuung!"
dengan sigap, jaemin langsung melemparkan batu ajaib ke hadapan jeno sehingga ia berlari masuk ke tempat lain. raja bulan itu kebingungan ketika tiba-tiba ia tersungkur ke bagian lain dari hutan ansong.
"dewa minhyung?! lee jeno?!" jeno segera bangkit dan mengelilingi hutan dengan panik.
"yang mulia, bunuh dia." di sisi lain, deokjun sudah hendak maju, namun wookhee menahannya. minhyung perlahan bangkit di hadapan mereka setelah memuntahkan darah. di belakangnya adalah peri melati yang masih terpaku.
"jika ada aku, siapa dari kalian yang berani menyentuhnya?" geram minhyung dengan suara serak.
"ia terkena hawa iblis. jangan melukainya lagi. mengejar dewa kecil adalah hal yang terpenting." ucap wookhee dengan suara pelan pada deokjun sebelum mereka menghilang di balik asap hitam.
setelah keadaan sudah kondusif, minhyung segera menghampiri jaemin.
"melati, aku akan membawamu pulang."
tatapan jaemin begitu berbeda dengan jaemin yang biasanya. minhyung sebenarnya menyadari itu.
"kau baik-baik saja, 'kan? apakah orang klan bulan menindasmu?"
jaemin tetap tak menjawab. senyuman remeh yang tipis tercetak di bibirnya ketika tangan besar minhyung bergerak untuk menangkup pipinya. jaemin segera menggigit tangan itu dan mendorong dada minhyung dengan kuat hingga sang dewa mundur beberapa langkah. jaemin memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur.
"melati!"
🗡️
"dewa minhyung!" jeno berlari-lari sambil berteriak, "di mana kau?!"
GREP
jeno langsung mundur ketika jaemin menangkap lehernya.
"bukankah aku menyuruhmu pergi yang jauh? mengapa kau ke sini lagi?"
"kau lepaskan aku! dewa minhyung dalam bahaya! aku harus pergi mencarinya..." jeno memukul-mukul tangan jaemin di lehernya. peri melati itu melepaskan cekikannya, kemudian beralih menarik kerah baju jeno.
"sekarang kau berada di dalam tubuhku. jika kau menemui minhyung, bahkan ketika kau belum sempat membuka mulut, mungkin saja kau sudah ditusuk dengan pedangnya. kita bertukar dulu saja." jaemin menyerang bibir jeno dengan agresif, tetapi raja bulan itu menghindar dengan cepat dan membawa mereka berputar-putar. jaemin berusaha sekuat tenaga untuk mendorong tubuh besar jeno ke batang pohon yang telah tumbang dan langsung menindihnya.
"tunggu. apa yang akan terjadi setelah kita bertukar tubuh?" jeno menahan wajah jaemin, "apakah kau bermaksud memanfaatkan kesempatan untuk membunuh dewa minhyung? walaupun dewa sudah melukai hatiku, aku tidak akan membiarkanmu melakukan itu."
jaemin tak peduli. ia tetap berusaha mempersatukan bibir mereka bagaimana pun caranya.
"melati, di mana kau?!"
peri melati langsung menutup mulut raja bulan dengan keras ketika mendengar suara minhyung yang semakin mendekat.
"dewa minhyung!" jeno berteriak dalam redaman tangan jaemin.
"diam. kau tidak boleh pergi."
jeno tidak menyerah begitu saja. ia tetap berteriak dan memukul-mukul tangan jaemin.
"baiklah. kau hampiri minhyungmu itu saja. begitu ia melihatmu, ia akan langsung membunuhmu. lalu, ia akan menganggapku sebagai dirimu dan membawaku ke langit sooyoon. asalkan bisa dekat dengannya, cepat atau lambat aku akan bisa membunuhnya." jaemin melepaskan tangannya dari mulut jeno.
"kau..."
"bersembunyilah."
"kalau begitu, berjanjilah padaku. kau tidak boleh menyakitinya."
"cepat."
jeno segera berlari, namun ia kembali dan menggoyang-goyangkan lengan jaemin, "ji... jika kau tidak menepati janjimu, aku akan bunuh diri supaya kau terkurung di dalam tubuhku selamanya."
🗡️
sementara itu, gerbang istana dal terbuka dengan paksa. para prajurit berjalan dengan gagah bersama pemimpin mereka yang berada di tengah-tengah mereka.
🗡️
"melati..." minhyung berpegangan di batang pohon ketika ia mulai terbatuk lagi. ia terus berjalan hingga senyumannya kembali terbentuk ketika jaemin muncul di hadapannya, "melati, akhirnya aku menemukanmu. ayo. aku akan membawamu pulang."
jaemin memundurkan tubuhnya dan menyembunyikan tangannya ke belakang tubuh ketika minhyung hendak menggandengnya.
"melati, kau jangan takut. aku datang untuk membawamu kembali ke langit sooyoon. aku percaya kau bukan mata-mata."
dewa minhyung percaya padaku. ia bahkan datang ke laut changyoon khusus untuk menyelamatkanku padahal aku bukan siapa-siapa. mengapa ia sebaik itu padaku?
jeno yang kini bersembunyi di balik pohon menunduk sedih.
"silakan dewa kembali saja. aku sudah terbiasa tinggal di istana dal, laut changyoon. aku tidak ingin meninggalkan tempat ini."
"kau... apa maksud ucapanmu itu?" minhyung nampak tak percaya. ia semakin mendekati jaemin yang terus mundur, "melati, apakah ada yang mengancammu? jangan takut. beri tahu aku. aku akan melindungimu."
"tidak ada orang yang mengancam dan memaksaku." ucap jaemin dingin, "ini adalah keinginanku sendiri. sejak aku datang ke laut changyoon, aku makan dengan baik, tinggal dengan baik, para tabib menggunakan obat spiritual yang terbaik untuk mengobati lukaku. aku juga bukan peri tingkat rendah yang kecil dan tidak layak di mata kalian. aku lebih senang menjadi diriku sendiri dan berkhianat demi klan bulan dibandingkan dengan hari-hari di mana orang selalu menindasku di langit sooyoon. di sini berkali-kali lipat lebih baik."
kau jangan bicara sembarangan. aku tidak berpikiran seperti itu.
jeno memajukan bibirnya dari balik pohon.
"melati, kau mengatakannya karena masih kesal, 'kan? kakakku waktu itu hanya salah paham, jadi ia menyakitimu."
"setelah aku kembali denganmu, apakah kau bisa menjamin aku akan bebas dari tuduhan berkomplot dengan klan bulan?"
"aku..."
"jika dewa yoonoh bersikeras untuk tetap memberikanku hukuman, apakah kau berani melawannya? jika ia menggunakan takdir atau aturan langit untuk memaksamu, apakah kau bisa melindungi keselamatanku? jika siapa pun berani menyakiti dan menghakimiku, apakah kau bisa membinasakannya?"
minhyung tak bisa langsung menjawab. jeno yang sedari tadi mendengarkan percakapan itu mendadak tertunduk sedih.
"selama ini kakakku selalu adil dan tidak memihak, aku percaya ia pasti akan menyelidiki kebenarannya."
jaemin tersenyum remeh, "aku tahu kau tidak mampu. bahkan sebuah kata yang indah saja, kau tidak bersedia mengatakannya padaku. tapi, tuan raja bulan mampu melakukan semua itu. ia bersedia melindungiku dan tidak akan membiarkan siapa pun menyakitiku. jadi, aku sangat bersedia tinggal di sini."
"kau baru saja menyebutnya tuan raja bulan?" minhyung tak menyangka, "jangan-jangan kau benar-benar berkomplot dengan klan bulan? ini mustahil. kau adalah peri langit sooyoon. bagaimanapun juga, aku akan membawamu kembali ke langit sooyoon. ayo."
"sudah kukatakan aku tidak akan pergi." jaemin semakin menjauhkan tubuhnya dari minhyung.
"melati?!" minhyung mulai putus asa.
SRAK
"siapa?!" dewa perang itu langsung mengeluarkan sihirnya dan hendak mengarahkan sihir itu ke arah jeno yang berada di balik pohon dan tak sengaja membuat suara.
"berhenti!" jaemin sesegera mungkin menahannya. sayangnya sihir itu melesat terlalu cepat walaupun pada akhirnya seseorang segera menangkisnya.
"wookhee?" minhyung menatap sahabatnya yang muncul secara tiba-tiba dari jarak beberapa meter di hadapan mereka. lelaki itu telah mengubah penampilannya kembali menjadi dewa langit sooyoon dan bukan lagi sebagai kepala kota laut.
"kau pergi dari langit sooyoon sendirian. mana mungkin aku bisa tenang?" wookhee bergeser sedikit ke arah kanan menggunakan sihirnya. ia mengulurkan tangan dan tersenyum lembut pada jeno yang terduduk. jeno yang polos langsung menyambut tangan itu dan berdiri di sisi dewa wookhee. minhyung menatapnya tak percaya sedangkan jaemin hanya mampu memegang dahinya.
🦄