Pet Me, I'm Your Wolf!

By Raessyyy_

3.4M 163K 13.4K

"Jilat aku, aku menginginkannya! Bagian bawahku juga! Aku ingin merasakan mulutmu di sana, cantik." ... More

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 39
BAB 40
BAB 41
BAB 42
BAB 43
BAB 44
BAB 45
BAB 46
BAB 47
BAB 48
BAB 49
BAB 50
BAB 51
BAB 52
BAB 53 (END)
[S2] BAB 54
[S2] BAB 55
[S2] BAB 56
[S2] BAB 57
[S2] BAB 58
[S2] BAB 59
[S2] BAB 60
[S2] BAB 62
[S2] BAB 63
[S2] BAB 64
[S2] BAB 65
[S2] BAB 66
[S2] BAB 67 (END)
CERITA BARU!!

[S2] BAB 61

16.8K 945 72
By Raessyyy_

EHEHEHE MAAP BARU UPDATEE

SENENG BGT BAB KMRN KOMENNYA BNYK♥️♥️

LOV YOU ALL *EHEM DI BAB INI JG DONG😇🌝

ENJOYY

-------

"A-aku hamil? Darimana kau mengetahuinya, Al?" tanya Natalie dengan mulut yang menganga. Tangannya sontak menyentuh perut dan matanya menatap ke arah sana dengan lekat, membuat senyumku terbit.

Perutnya memang masih rata, namun entah mengapa aku bisa merasakan kehadirannya. Pasti perempuan cantik seperti Natalie—lebih tepatnya memang harus perempuan!

Aku tidak akan menerima bayi laki-laki, lebih baik diberi saja pada orang lain yang lebih membutuhkan.

Mendengar pertanyaannya, spontan aku memeluk tubuh mungilnya semakin erat. Kepalaku masuk ke ceruk lehernya dan menghirup kulit putihnya dengan kuat.

Harumnya dua kali lebih pekat dibanding biasanya, sangat memabukkan hingga mataku tanpa sadar tertutup.

"Wangimu berbeda, sayang, sangat enak. Kau pun merasakannya, kan, sifatmu menjadi lebih manja," bisikku dengan suara serak ke arah telinganya. Tangannya sudah melingkari leherku dan kepalanya mendongak sempurna. Jangan lupakan juga kulit kami yang semakin menyatu.

Namun, tidak berapa lama, matanya menatapku tajam. Tubuhnya mendorongku dan jari telunjuknya menodong padaku, seakan tidak terima dengan ucapanku.

"Tidak! Kau yang manja, aku tidak," sanggahnya dengan pipi mengembung. Mulutku menyeringai melihatnya yang sangat imut. Aku memang menanti responnya yang seperti ini.

"Dan sensitif," lanjutku sambil menelusuri punggungnya yang tidak tertutupi apapun.

Badannya terasa menegang dengan mata yang sudah merem melek. Hanya dengan menyentuhnya sedikit saja, wanginya semakin harum menandakan gairahnya.

Kepalanya menumpu pada dadaku dengan bibir yang maju seperti bebek.

"Kau yang memancingku duluan!" ucapnya tidak terima, membuat tawa renyahku bergema. Padahal memang kenyataannya seperti itu, Natalie tidak biasanya bernafsu semudah ini. Kemarin-kemarin saja aku harus menyentuhnya hingga ke bawah baru dia menginginkannya.

Tanganku mengelus rambutnya yang panjang dan memasukkan jariku ke beberapa helainya. Aku jadi rindu momen menarik rambutnya sambil melihat dia mendesah.

Akan tetapi, untuk saat ini tidak mungkin. Yang bisa ku lakukan hanyalah memeluknya erat hingga nafsuku meredam. Sudah ku bilang, aku tidak akan menyentuhnya untuk sementara waktu, kan.

"Apa badanmu sakit, sayang? Sudah ku bilang untuk tidur di kamar, kau tidak mau," tanyaku dengan nada khawatir.

Tubuhku saja terasa tidak nyaman tidur di sofa sempit ini, apalagi berdua dengannya. Ku yakin Natalie hanya mendapatkan ruang yang sedikit untuk tidur.

Mendengar pertanyaanku, kepalanya menggeleng tegas dengan senyum lebar yang tersungging di bibirnya.

"Kasurku di sini, untuk apa aku ke kamar lagi," ungkapnya menepuk-nepuk badanku seakan itu adalah tempat tidurnya yang empuk.

Bukankah seharusnya lebih sakit tidur di dada bidang? Jawabannya berhasil membuatku berdetak lebih kencang saja. Aku benar-benar gemas padanya, otakku berkelana memikirkan ingin cepat-cepat memakan tubuhnya hidup-hidup.

"Kalau badanmu pegal-pegal, katakan padaku. Aku akan memijitmu, cantik," ucapku yang langsung ditatapnya dengan berharap. Sontak keningku mengerut bingung.

"Apa termasuk bagian bawahku juga?" tanyanya dengan polos.

Kaki ku memeluknya seperti guling dan membalikkan badannya hingga menjadi di bawahku. Tangannya yang masih melingkari leherku, tidak menutupi tubuhnya yang masih telanjang.

Sejak kapan Natalie menjadi se-pemberani ini? Matanya saja sudah menatapku dengan bergairah.

Namun, aku tetap menggeleng, tidak mau terpancing dengan godaannya.

"Tidak, hanya bahu dan punggungmu, sayang," jelasku yang membuatnya cemberut.

Tiba-tiba saja tangannya mendorongku kencang dan Natalie merubah posisinya menjadi duduk. Tidak tanggung-tanggung, dia sampai menjaga jarak dariku.

Selimut yang entah sejak kapan sudah berada di bawah lantai, dia ambil dengan cepat untuk menutupi kemolekan tubuhnya. Spontan aku bernapas lega dibuatnya.

Siapa yang sanggup melihatnya secantik itu? Tanganku saja sampai mengepal, menahan diri untuk tidak menyentuhnya saat ini juga.

"Kalau begitu tidak usah!" seru nya dengan kencang. Tatapan matanya tajam dan wajahnya menengok ke samping, tidak ingin melihatku.

Begini saja, sudah sangat menggemaskan.

Tanpa aba-aba, aku menarik tangannya hingga terjatuh ke dadaku. Tubuhnya yang jauh lebih kecil dariku, ku angkat dengan ringan ke pangkuan.

Masih merajuk, dia tidak mau menatapku sama sekali. Sontak ku taruh daguku mendekati rambutnya sambil menghirup wanginya dengan kuat.

"Kenapa kau sangat ingin disentuh hmm?" tanyaku penasaran.

Padahal biasanya boro-boro meminta hal itu, mengungkitnya saja jarang sekali. Sebisa mungkin Natalie tidak mau membicarakannya denganku. Katanya aku cepat terpancing dan tidak dapat menahan nafsuku.

Namun, lihat sekarang siapa yang seperti cacing kepanasan? Rasanya aku puas sekali menggodanya.

"Jangan ajak aku bicara!" ucapnya singkat dengan tangan bersedekap di dada. Wajahnya masih menoleh ke samping dan matanya menyipit sebal.

Menahan tawa, aku sampai menutup mulut tidak ingin Natalie tahu bahwa aku menertawakannya. Siapa suruh harus imut? Aku ingin menggigit pipinya yang bulat itu.

Menurunkan ego, akhirnya tanganku membawa wajahnya untuk menatapku. Ku cium bibirnya sekilas, tanpa sempat Natalie menyadarinya.

Rautnya merenggut sebal, akan tetapi aku tetap tidak akan mengulanginya. Bisa bahaya jika kami melakukannya dengan lama.

"Kau ingin aku menyentuhmu dimana, cantik?" tanyaku yang membuat matanya membulat.

Jari-jarinya saling bertaut dengan kening yang mengerut, seperti sedang memikirkan ucapanku. Namun, pada akhirnya kepalanya tetap menggeleng tidak mau.

"Au ah, males!" tolaknya dengan alis yang menyatu. Padahal masih dapat ku lihat matanya yang mengedip berulang kali, seakan ingin aku segera melakukannya.

Menyeringai puas, jangan kira aku akan menuruti keinginannya. Natalie sudah menolaknya dan aku tidak akan memberikannya kesempatan kedua.

Tanpa aba-aba, aku membawa tubuhnya untuk duduk di sampingku dan menjauhinya dengan perlahan. Badanku bangkit dari sofa dan tanganku menyatu ke atas, merenggangkan badan.

"Kalau begitu, aku harus segera pergi ke kantor. Ah iya aku lupa bilang padamu, perjanjian kita batal. Kau tidak harus berdiam diri lagi di rumah, aku sudah membebaskanmu," ucapku dengan senyum lebar yang dipaksakan.

Setelah ku pikirkan semalaman, sepertinya memang lebih baik seperti itu.

Natalie bisa bosan jika terus menerus ku kurung dan ibu hamil sepertinya harus menghirup udara segar juga. Aku hanya ingin wanitaku tidak merasa stres sama sekali.

Namun, seperti tidak menyukainya, matanya menatapku tajam dengan mulut yang menganga, tidak percaya.

"Kenapa?" tanyanya sambil mengerucutkan bibir.

Tidak ku sangka reaksinya akan seperti ini. Padahal ku kira Natalie akan langsung tersenyum bahagia dan mengucapkan terima kasih berulang kali.

Masih ku ingat beberapa hari yang lalu, wajah suntuknya yang menatapku penuh amarah. Aku seperti melihat Natalie yang berbeda saja. Entah apa yang bisa merubahnya secepat ini.

"Kau bilang jenuh melihatku terus. Karena itu, sepertinya kita perlu bersosialisasi dengan orang lain. Kau pun tidak harus di kamar saja, aku mengizinkanmu untuk kembali berkuliah, sayang," jelasku yang membuatnya semakin menunduk.

Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya, akan tetapi tidak ada raut bahagia sama sekali, seakan aku sudah mengatakan hal yang salah.

Tidak, tidak ada yang salah, kemarin saja dia memohon-mohon padaku agar bisa kembali berkuliah.

Sudah berulang kali Natalie bilang bosan denganku dan jujur saja hal itu membuatku sangat overthinking.

Pilihan yang bagus memang melepaskannya. Namun, jangan kira aku benar-benar membiarkannya sendirian di kampus. Tentu saja sudah ku siapkan mata-mata yang akan memantau seluruh kegiatannya.

Aku hanya harus bersabar untuk tidak egois meminta waktu Natalie sepenuhnya.

Namun, jawabannya terdengar menyedihkan. Matanya sayu dan berkaca-kaca tanpa alasan. Natalie seperti anak kecil yang sedang merajuk saja, terlihat sangat menggemaskan dengan ucapannya yang posesif.

"Kenapa harus batal? Kan janjinya masih ada dua minggu lagi. Terus itu bersosialisasi apalagi? Alex kan udah punya Natalie, kenapa harus cari yang lain lagi? Nanti waktu Alex kebagi dong, ga boleh! Di rumah aja, ga mau keluar-keluar!"

--------

WKWKWK JADI KEBALIKAN, NATALIE YANG KEPENGEN🌝🌝

PADAHAL ALEX UDH TOBAT LOH GAIS😇

BTWWW SIAPA YG KANGEN ROLF?? BIANG MASALANYA MALAH NGILANG YAH

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YAA BIAR GUE CEPET UPDATEE

LOVE YOUUU🤍

Continue Reading

You'll Also Like

9.2K 1.4K 55
gadis cantik yang selalu terlihat ceria , bahagia dan sedikit bertingkah bar" ,namun sebenarnya sikap yang ia tunjuk kan kepada semua orang jauh dari...
659K 57.9K 91
Rate 18+!!! Bagaimana perasaan mu dikejar-kejar oleh pria-pria aneh dan bertemu dengan pria tampan yang ternyata bukan lah manusia. Dan tinggal dirum...
16.6K 1K 16
KARYA PERTAMA🎉 "Sekarang lo ikut gue!". ucap Dika Angel mengerutkan keningnya lalu berkata "Kemana?" "RUMAH SAKIT JIWA!". tegas Dika "APA?". teriak...
140K 13.9K 24
Girl and Big Ben sequel. Bukankah kini semuanya tampak seperti terulang kembali seperti piringan hitam usang yang memutar jalan kita dalam roda, hing...