ENJOYYY
-------
Natalie POV
Mataku terbuka dengan susah payah karena rasa mual yang teramat sangat. Darah Rolf yang amis masih terasa pekat di tenggorokan. Entah apa yang ku pikirkan beberapa jam yang lalu, akan tetapi aku menyetujuinya.
Rolf mencakar dirinya sendiri dan memberikanku darahnya. Alhasil tubuhku terasa panas dan tidak nyaman, seperti orang demam.
Menepuk kasur di samping, keningku mengerut tidak merasakan kehadiran seseorang di sana. Padahal Alex yang membawaku saat pingsan di sungai tadi. Bahkan dia juga menaruh kain hangat di atas dahiku.
"Cepat sembuh, cantik," bisiknya yang masih terngiang di kepalaku.
Dengan tidak sabar, aku turun dari kasur. Mencari di balkon, tidak ada. Di kamar mandi, tidak ada. Perasaanku tidak enak dibuatnya. Tidak biasanya dia keluar dari kamar.
"Al? Alex?" panggilku serak. Jalanku terseok-seok hingga harus menyentuh dinding sebagai pegangan. Aku tidak tahu jika darah Rolf bisa sebegitu kuatnya, dibandingkan darah Alex, aku hanya pusing sebentar saja.
Menuju ruang tamu, aku menemukannya tengah menatap televisi dengan pandangan kosong. Bajunya masih tampak basah dan rambutnya memercikkan rintik-rintik air. Sepertinya dia tidak berganti baju sejak berubah menjadi manusia lagi.
Merasakan kehadiranku, sontak kepalanya mengarah ke samping.
Tidak ada senyum lebar di bibirnya, auranya terasa dingin, dan tatapan tajamnya menghunusku. Aku seperti melihat orang yang berbeda.
"Ah, kau sudah bangun, ya," ucapnya singkat yang dengan cepat pula mengalihkan pandangannya, seakan tidak ingin menatapku lama-lama.
Hanya senyum tipis yang tersungging di bibirnya. Tidak ada rayuan, rajukan, ataupun lainnya. Bahkan mendekatiku saja tidak.
Penasaran, aku pun berjalan ke arahnya. Hidungku mengendus-endus, mencium wangi yang sangat enak menguar dari tubuhnya. Bau lavender yang memabukkan.
Tanpa aba-aba, aku duduk di pangkuannya. Rasanya sangat nyaman hingga tanpa sadar kepalaku mencari-cari sumber wangi tersebut. Semakin ku mendekat ke bahunya, semakin kuat aromanya.
Sontak aku mengalungkan tangan, melingkari lehernya.
"Kenapa tidak di kamar? Aku mencarimu, Al," tanyaku sambil memejamkan mata. Kepalaku sudah bersandar di bahunya dan kadang kala lidahku menjilat kulitnya. Nikmat sekali, seperti makan eskrim.
Namun, tidak bertahan lama karena tiba-tiba saja Alex berdiri dari duduknya dan membuatku oleng. Gerakannya terburu-buru sekali hingga keningku terasa semakin berdenyut-denyut.
"Istirahatlah, badanmu masih hangat," suruhnya dengan tidak mau menatapku sama sekali. Alex berpindah posisi menjadi duduk di sofa yang lain.
Tidak mau kalah, aku pun kembali mengikutinya.
Mana bisa aku jauh-jauh dari wangi ini, rasanya aku ingin memakan dagingnya dan merasakan setiap cairan tubuhnya. Lebih nikmat daripada makanan manusia yang pernah ku cicipi sebelumnya.
Alex duduk di pojokan sofa dan aku tepat berada di sebelahnya. Kepalaku tanpa sadar mendongak, ingin lebih dekat dengan lehernya.
Dengan sigap, Alex menahan keningku dengan telunjuknya.
"Ga boleh dekat-dekat!" peringatnya yang tidak ku mengerti sama sekali. Tumben sekali seorang Alex tidak mau disentuh. Ditambah lagi dengan sikap manjanya yang hilang entah kemana, aku jadi merindukan Alex yang kemarin.
"Kenapa?" tanyaku dengan mengerucutkan bibir.
Semakin tertantang, aku mendorong Alex hingga dia bersandar pada kepala kursi dan duduk di pangkuannya lagi. Kali ini kaki ku mengangkang dan memeluknya seperti koala.
Namun, tentu saja kekuatanku tidak ada apa-apanya dibanding Alex. Dia menahan tanganku yang akan menyentuhnya dan menjatuhkanku sampai terbaring di sofa.
Posisinya kini berada di atasku dengan matanya yang sudah sayu, entah mengapa aku merasakan nafsu yang sangat besar. Aku jadi penasaran bagaimana harumnya di bawah sana.
Sayangnya, aku tidak bisa bergerak sama sekali. Hanya kaki ku yang bisa menariknya semakin dekat hingga milik kami bersatu.
"Kenapa Alex ga mau nemenin Natalie di kamar?" tanyaku sekali lagi.
Alex menggeleng berulang kali dan tidak berbicara apa-apa. Matanya hanya menatapku tajam dengan geraman kencang seakan tengah menahan sesuatu.
Aku tidak mengerti apa yang dirasakannya, pikirannya kosong dan tidak ada yang dapat ku baca. Ini semua membuatku frustrasi.
Apalagi setelah tangannya melepaskanku dan bangkit dari sofa. Kaki nya melangkah cepat ke arah dapur dan menjauhiku begitu saja.
Mengerut bingung, aku masih kekeuh mengikutinya. Melihat Alex yang tengah meminum air putih dengan nafsunya, menimbulkan pertanyaan.
Kenapa tidak menyentuhku? Maksudku tadi kami sudah sangat nanggung dan di posisi yang pas.
"Aku akan tetap di sini, kau kembalilah ke kamar," ucapnya, kembali mengusirku.
Padahal ku lihat miliknya sudah sesak di bawah sana. Cengkramannya pada gelas terasa menguat hingga memperlihatkan urat-urat di tangannya.
Anehnya lagi, pikiranku malah melayang saat tangan kekarnya itu meraba tubuhku. Kurasa wangi ini benar-benar membuatku gila, seperti ada zat perangsang di dalamnya.
Aku ingin terus berada di dekatnya.
Menggeleng, aku tidak mau kemana-mana. Aku berjalan ke arahnya dan memeluk tubuhnya yang berotot itu. Hanya menenggelamkan wajah ke dadanya saja aku merasa seperti sedang di ladang bunga.
"Kau sangat wangi, aku menyukainya," ucapku dengan seyum lebar di bibir. Belum sempat Alex menolak, aku sudah menyandarkan kepalaku di sana.
Tidak tanggung-tanggung, aku loncat dan memeluk pinggangnya menggunakan kaki ku. Biar saja tidak bisa dilepaskan, siapa suruh selalu menghindar dariku.
Mencium wanginya yang sangat pekat, mataku berbinar melihat lehernya tepat berada di hadapanku.
Meneguk ludah kasar, aku ingin mencicipi darahnya.
"Jangan menyentuhku!" tolaknya dengan kepala yang menghindar, menjauhi bibirku.
Tangannya tidak balas memelukku hingga aku harus menopang berat badanku sendiri. Alisnya menyatu dan mengernyit tidak suka dengan tindakanku.
"Alex kok sombong? Kan biasanya suka," tanyaku, merajuk.
Padahal sebelumnya dia yang selalu bersikap seperti ini, bersentuhan dan bersetubuh adalah dua hal kesukaan Alex. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja dia menjauhiku dan menolaknya. Aku merasa sangat tidak nyaman dengan hal itu.
Dengan langkah tegas, Alex setengah berlari ke kamar. Napasnya memburu dan beberapa kali juga miliknya menekanku. Sontak kepalaku mendongak, merasakan kenikmatan. Apalagi kulit kami sekarang bersentuhan, membuatku lupa diri.
Tidak ku sangka, Alex menurunkanku dengan sedikit kasar dan menahan tanganku di atas kepala. Terlihat sekali gairahnya yang sudah berada di ujung tanduk.
Bukannya takut, aku malah tidak sabar. Mencium wanginya yang nikmat, menimbulkan banyak pikiran liar di otakku.
Namun, wajahnya yang mengeras dan tatapan tajamnya berbanding terbalik dengan yang ku bayangkan. Alex tampak bernafsu, akan tetapi tidak ada tanda-tanda dia ingin menyentuhku.
"Diam di sini, Natalie! Jangan mengikutiku lagi!" ucapnya dengan nada berat seakan sedang menahan amarahnya.
Setelah sekian lama, aku mendengar namaku disebut olehnya. Biasanya Alex akan memanggilku dengan panggilan yang manis. Tubuhnya mengurungku dan tangannya mencengkramku dengan kuat sebagai ancaman.
Tidak, Alex tidak mungkin seperti ini.
Mengingat kejadian kemarin, apa aku terlalu berlebihan menolaknya? Aku seperti tengah menjilat ludahku sendiri. Mengejek Alex nafsuan, pada kenyataannya aku pun tidak dapat menahannya.
Perasaanku jadi tidak enak dibuatnya, ditambah lagi dengan ucapannya yang benar-benar ingin menjauh dariku.
"Kalau tidak mau disentuh, lebih baik kita menjaga jarak, Nat! Ini semua menyiksaku, berada di sekitarmu sungguh membuatku gila. Kau tidak akan tahu bagaimana rasanya, karena itu jangan mendekatiku jika tidak ingin ku makan. Ini peringatan!"
------------
HEHEHE GANTIANN, ALEXNYA NGAMBEK
BTW SEASON 2 INI GUE BUAT RINGAN YA GAIS, MOHON MAAP KALAU GAADA KONFLIK YG BERAT BGT :((
INIII SPOILER BAB SELANJUTNYAAA
JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YAAA
LOVE YOUUU🤍