The Season When Everything is...

By littlemixberry

647 57 14

Cassiopeia Autumn adalah gadis blasteran Indonesia-Italia yang mendapatkan beasiswa ke Florence, Italia. Ia m... More

PROLOG
CHAPTER 1 - Wounded Stranger
CHAPTER 2 - Attachment To Fate
CHAPTER 3 - Welcome Party
CHAPTER 4 - Meet U Again
CHAPTER 6 - The Rival
CHAPTER 7 - The Truth
CHAPTER 8 - Feeling Something

CHAPTER 5 - Watching You

49 8 2
By littlemixberry

Bila kalian mampir kemari, jangan lupa untuk memberikan vote+komen ya. Terima kasih 🤍

Happy Reading...

______________

Sejauh mata memandang yang dilihat oleh keduanya adalah sebuah perbukitan dengan hamparan rumputnya yang berwarna hijau, dengan pohon cemara yang menghiasi sisi jalan. Di samping perbukitan itu ada kebun anggur yang membuat pemandangan di sana semakin indah dipandang.

Cassie menatap ke samping di mana seorang lelaki berwajah dingin memandang lurus ke depan, seperti sedang memikirkan sesuatu. Cassie tidak tahu di daerah mana ini, karena sepanjang perjalanan dia tidak banyak bertanya kepada Caspian. Dan di sinilah mereka saat ini, memandangi indahnya perbukitan dengan kebun anggur.

Mereka sudah tiba di tempat itu sekitar 15 menit yang lalu. Namun tidak ada obrolan sejak mereka sampai, membuat Cassie yang merasa tidak enak hanya diam saja, memulai obrolan. Lelaki di sampingnya ini terlalu dingin untuk bisa memulai pembicaraan dengan lawan jenisnya.

"Caspian, sebenarnya apa yang ingin kau katakan padaku?" Tanya Cassie memulai obrolan

Mendengar gadis di samping memanggilnya, Caspian langsung melirik ke arah Cassie. Tatapannya sangat serius, manik berwarna biru lautan itu seolah menusuk pandangan Cassie, membuatnya seperti terhipnotis kala dipandang Caspian.

"Kau dalam bahaya, orang asing." Jawab Caspian. Jawaban itu membuat Cassie mengernyitkan dahinya, tidak mengerti.

"Apa maksudmu aku dalam bahaya?" Tanya Cassie

Caspian menghembuskan nafasnya. "Kau menolong orang yang salah, Autumn. Pada saat kau menolongku, saat itu jugalah kau dalam bahaya." Jelas Caspian

Lelaki itu selalu memanggil Cassie dengan Autumn. Sebelumnya tidak ada yang memanggil Cassie dengan sebutan itu. Karena bagi Cassie, nama belakangnya itu nampak aneh ketika diucapkan. Tapi tidak oleh lelaki ini, dia memanggilnya Autumn.

Mendengar penjelasan Caspian, Cassie kembali bertanya. "Mengapa bisa seperti itu? Bukannya ketika ada orang yang terluka aku harus segera menolongnya? Bagaimana jika nyawamu terancam?" Tanya Cassie

Caspian menatap Cassie dengan mata menyipit. Gadis ini, sejak mereka pertama kali bertemu memang sudah cerewet. "Bisakah kau untuk tidak banyak bertanya? Kukatakan sekali lagi, kau benar-benar cerewet." Ungkap Caspian dengan nadanya yang jengkel dan dingin

Cassie mengerucutkan bibirnya, mendengar ungkapan dari Caspian. Memang mengapa jika dirinya cerewet dan banyak bertanya? Bukankah bagus orang yang banyak bertanya itu? Pikirnya.

"Aku hanya merasa aneh saja. Bisa-bisanya kau mengatakan jika aku dalam bahaya hanya karena menolongmu. Ini diluar perkiraan cuaca." Jawab Cassie dengan nada bicara yang terdengar jenaka

Caspian mengernyitkan dahinya, merasa aneh dengan gadis ini. Dia sama sekali tidak merasa takut ketika dirinya menjelaskan bahwa dia dalam posisi bahaya.

"Aku lebih aneh lagi melihat sikapmu. Masih bisa-bisanya kau bercanda. Padahal aku mengatakan yang sebenarnya dan ingin kau lebih berhati-hati." Ungkap Caspian dengan nada serius

Cassie tersenyum, "Sebenarnya aku tidaklah aneh. Aku sengaja membercandai penjelasanmu, karena menurutku tidak akan ada bahaya kepada diriku." Jawab Cassie

Caspian menggeleng, "Kau salah, Autumn. Kau tidak tahu apapun di kota itu." Ungkap Cassie

"Kalau begitu jelaskan, biar aku mengerti. Ada apa sebenarnya?" Jawab Cassie kekeuh.

Caspian menghembuskan nafas lelah, seperti malas menjelaskan. "Sudahlah, kau tidak usah banyak bertanya lagi. Kau hanya perlu mendengarkan perkataanku. Kau harus berhati-hati untuk ke depannya. Mengerti?" Tanya Caspian

Nada bicara Caspian seperti sebuah perintah yang harus diikuti. Cassie pun tidak kembali menjawab, hanya bisa mengangguk saja. Gadis itu menatap Caspian dari samping, pikirannya lalu melayang kepada kejadian pertama di blok jalanan dan mengingat perkataan si supir taxi, tentang anggota geng itu. Dia merasa jika Caspian memang salah satu anggota dari geng tersebut, tapi lelaki itu tidak ingin membongkar rahasianya. Akhirnya Cassie memutuskan untuk tidak akan kembali bertanya kepada Caspian, dia akan langsung mencari tahunya sendiri. Dirinya tahu tujuannya kemari adalah untuk menggapai impian, tapi sepertinya takdir menuntunnya untuk bisa memecahkan masalah ini. Apalagi lelaki itu bilang, dia juga ikut dalam bahaya karena sudah menolongnya.

"Dan masalah uangmu itu... Orang tuaku sudah mentransfer nominalnya." Ucap Caspian santai

"Darimana mereka tahu nomor rekeningku?" Tanya Cassie terkejut, karena ada orang yang bisa tahu nomor rekeningnya padahal dia tidak pernah memberitahu siapapun.

"Itu mudah bagi keluargaku. Coba kau cek saja." Jawab Caspian dengan santai, seolah-olah itu bukanlah hal yang susah untuk keluarganya cari.

Cassie menggeleng tidak mengerti. Sebenarnya siapa keluarga dari Caspian ini. Jika dilihat dari kediaman lelaki ini, sepertinya memang keluarganya cukup terpandang di kota Florence. Mengesampingkan kembali rasa penasarannya, Cassie kembali berkata.

"Sebenarnya aku ikhlas menolongmu. Kau tidak perlu menggantinya." Ucap Cassie

Lelaki yang sejak tadi kembali memandangi hamparan rerumputan itu, menjawab. "Keluargaku tidak pernah ingin berhutang kepada siapapun, begitu juga aku." Jawabnya

Keluargamu memang sepertinya orang yang berpengaruh. Batin Cassie berkata ketika Caspian menjelaskan

"Baiklah kalau begitu. Terima kasih, karena sudah memaksa untuk mengganti." Ucap Cassie

Caspian hanya mengangguk saja. Dia tidak melihat kembali ke arah Cassie, fokus pandangannya hanya lurus ke depan. Sedangkan, pikirannya sedang fokus menyusun rencana.

Aku harus menyelesaikan semuanya. Batin Caspian

"Ohiya, sekali lagi terima kasih karena sudah mau menolongku." Ucap Cassie

"Bukan masalah." Jawab Caspian dingin

Hening.

Keduanya tidak ada yang kembali berkata apapun. Caspian lebih memilih untuk menyalakan rokoknya, sedangkan Cassie sibuk dengan pikirannya sendiri. Namun, ketika Caspian baru saja menyesap rokoknya, dia mendengar suara perut gadis di sampingnya yang berbunyi.

"Kau lapar?" Tanya Caspian, sambil membuang rokok yang baru disesapnya.

"Sedikit." Jawab Cassie, malu. Dia merasa suara perutnya terdengar oleh Caspian.

Gadis itu menelan rasa malunya. Biarlah, mau bagaimana lagi, ini kan panggilan alam. Dia tidak bisa mengontrol rasa laparnya sehingga perutnya berbunyi, mengisyaratkan jika sudah waktunya diisi kembali. Lelaki itu pun tidak berkomentar apapun dengan perutnya yang bunyi.

Caspian melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 12 siang. Pantas saja gadis itu merasa lapar, pikirnya.

"Ayo." Ajak Caspian sambil menaiki motornya

"Kita akan kemana lagi?" Tanya Cassie

"Mengisi perutmu yang sedari tadi keroncongan. Kita akan mencari tempat makan di sini. Terlalu jauh jika harus makan siang di kota." Jawab Caspian

Jarak tempuh menuju kota Florence dari perbukitan yang letaknya berada di Tuscany ini memang cukup memakan waktu. Maka dari itu Caspian akan mencari tempat makan di sekitaran sini.

"Baiklah." Jawab Cassie, sedikit kikuk mendengar jawaban Caspian.

Segara dia menaiki motor Caspian. Setelah keduanya sudah berada di atas motor, Caspian mulai melajukan motornya untuk menjauhi tempat itu.

Disepanjang perjalanan ketika mereka mencari tempat makan, Cassie tersenyum bahagia. Gadis itu merasa bahagia karena melihat pemandangan yang indah disetiap sudut jalanan yang mereka lalui. Dia mencoba merentangkan kedua tangannya untuk menerima terpaan angin yang mengenai tubuhnya dengan mata terpejam, meresapi terpaan angin yang membuat jiwanya merasa damai.

Tanpa Cassie sadari. Dari balik kaca spion, Caspian memperhatikannya yang tengah asyik dengan kesenangannya. Seulas senyuman terbit di wajahnya yang selalu dingin itu. Caspian tersenyum ketika melihat Cassie tersenyum. Senyuman gadis itu seperti menularkan kebahagiaan pada dirinya, hingga ia pun ikut tersenyum.

Sementara itu di sisi lain. Seorang lelaki yang berusia 40 tahunan sedang duduk di kursi kebesarannya sambil menatap foto yang baru saja diberikan anak buahnya. Matanya sedikit berair, karena air mata yang ditahan. Hatinya merasa senang namun juga merasa sedih; dia senang karena akhirnya menemukan anaknya, tapi juga sedih karena sudah menelantarkan anaknya selama belasan tahun.

Selama ini dia selalu mencari tahu informasi mengenai anaknya yang tidak pernah dilihatnya. Karena mantan istrinya tidak pernah memberikan akses apapun untuknya bisa menemukan anaknya. Namun akhirnya setelah sekian lama, dia pun bisa melihat putrinya yang sudah beranjak dewasa. Putrinya sangat mirip dengannya, tapi matanya menuruni sang ibu berwarna coklat. Dia tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik jelita.

"Putriku..." Lirihnya, tidak terasa air mata menetes dan jatuh mengenai foto dari seorang gadis.

"Andaikan waktu bisa kuulang kembali. Aku tidak ingin meninggalkanmu, Amore mio." Ucapnya kembali

Di ruangan pribadi miliknya, yang dipenuhi berbagai macam buku itu, sang lelaki terisak begitu pedih ketika melihat foto dari putri kandungnya.

"Aku tidak akan membiarkanmu sendirian di kota ini. Aku akan segera menemuimu. Sudah saatnya kau tahu siapa Ayahmu, My Sunshine." Ucapnya lagi sambil mengusap air matanya.

Dari balik pintu yang sedikit terbuka itu. Ternyata ada seorang gadis lain yang menguping dan melihat sang ayah sedang berbicara sendiri dengan selembar foto. Gadis itu menyipitkan matanya, merasa curiga. Lalu segera pergi dari pintu itu menuju ruangan lain. Dia akan mencari tahu siapa sosok yang ayahnya tangisi itu, dan mengapa ayahnya itu memanggil foto itu dengan sebutan putrinya?

***

Keesokan harinya Cassie berangkat kuliah seperti biasa. Dia berjalan menuju kampusnya sambil mendengarkan musik menggunakan earphone. Gadis itu tersenyum sendiri mengingat kejadian kemarin sewaktu makan bersama Caspian. Dia melihat lelaki dingin itu muntah karena makan daging ayam. Cassie merasa Caspian sangat lucu karena memiliki alergi terhadap daging ayam. Di Indonesia daging ayam adalah makanan yang wajib ada disetiap hidangan. Gadis itu menggeleng tidak mengerti dengan lelaki itu.

Cassie sampai di kelas pertamanya. Dia duduk di kursi depan, dan berkenalan bersama mahasiswa lain yang belum dia lihat sebelumnya lantaran kemarin dia tidak masuk ketika sedang pengenalan kampus.

"Kau tahu tidak, katanya minggu depan akan ada pameran seni lukis di sepanjangan jalanan kota." Ucap seorang gadis berambut brunette, bernama Natasiya.

Gadis itu duduk di samping Cassie, membuatnya harus menggeser kursinya ketika mengobrol dengan Cassie.

"Ohiya? Apa semua mahasiswa boleh mengikuti pameran itu?" Tanyanya

Natasiya mengangguk. "Tentu saja boleh, Cas. Pameran itu hampir diikuti semua mahasiswa seni rupa dari kampus ini. Apa kau tertarik?" Tanya Natasiya

"Ya, aku berniat untuk mengikutinya. Ngomong-ngomong, untuk mendapatkan informasi lebihnya aku harus menanyakan kepada siapa?" Tanya Cassie

"Kau bisa melihat di papan pengumuman. Di sana sudah tertera nomor yang bisa kau hubungi." Jawabnya

Cassie tersenyum, "Baiklah, terima kasih, Natasiya."

"Sama-sama. Aku senang karena ada teman. Nanti kita cek sama-sama nomornya." Jawab Natasiya

Cassie mengangguk sambil tersenyum. Lalu pintu ruangan di buka oleh hadirnya Dosen yang hari ini mengisi kelas.

Selesai kelas Cassie bersama Natasiya berjalan ke arah papan pengumuman yang letaknya berada di lorong pertama kampus. Saat tiba di depan papan pengumuman, Cassie langsung menyimpan nomor sang penyelenggara untuk dia hubungi.

Natasiya berpamitan untuk pergi ke kelas lain, sedangkan Cassie masih bingung harus kemana karena kelasnya yang lain di mulai setelah jam makan siang. Akhirnya dia mengirim pesan kepada Irish, menanyakan dimana gadis itu sekarang. Sambil menunggu balasan Irish, Cassie duduk di taman kampus sambil membaca novel, tidak lupa dengan earphone yang menggantung di telinganya.

Dari kejauhan Caspian yang juga mahasiswa di kampus itu memperhatikan Cassie dengan sedikit senyuman. Lelaki itu merasa bersalah, dia tidak ingin gadis cerewet itu masuk ke dalam permasalahan yang tidak diketahui olehnya.

"Apa gadis itu yang menolongmu?" Tanya seorang lelaki berambut hitam, yang pasti adalah teman dari Caspian.

Caspian mengangguk. "Iya, dia gadis yang nyawanya dalam bahaya karenaku." Jawabnya dingin

Lelaki bernama Enrique itu menepuk bahu temannya berusaha untuk menenangkan. "Kau tenang saja. Kita semua akan menjaganya." Ucap Enrique

Caspian menggeleng. "Dia sudah bertemu dengan Moretti saat di Club. Ketika acara penyambutan mahasiswa baru diadakan." Jelas Caspian

Enrique mengernyitkan dahinya. "Moretti? Klan Moretti yang membuatmu terluka?" Tanyanya dengan nada yang terkejut

Caspian mengangguk. "Tidak ada cara lain, selain aku harus bertemu dengan mereka." Putus Caspian

Enrique merasa aneh dengan temannya. Sebelumnya Caspian tidak pernah begitu perhatian kepada orang lain, apalagi kepada seorang gadis. Namun, kepada gadis itu temannya ini lain.

Enrique tersenyum. "Bung, kau menjadi sosok yang berbeda semenjak insiden tertusuk itu." Ungkapnya sambil menepuk kembali pundak Caspian.

Caspian tidak menjawab ungkapan Enrique, dia hanya fokus memperhatikan Cassie yang sedang fokus membaca.

_____________

Terima kasih sudah mau membaca sampai sejauh ini. Ditunggu untuk chapter selanjutnya di cerita Cassie ini. 🤍

Salam Hangat, Mei 🤍

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 288K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1.3M 11.7K 23
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
858K 109K 37
Sebagai putra sulung, Harun diberi warisan politik yang membingungkan. Alih-alih bahagia, ia justru menderita sakit kepala tiada habisnya. Partai ya...
6.9M 341K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...