SECOND CHANCE (END)

By kaneboorenyah

3.4M 247K 4K

Tak pernah terpikirkan dalam benak Keana, jika ia akan kembali ke masa putih abu-abu. Harusnya Keana bahagia... More

Prolog
Bagian Satu
Bagian Dua
Bagian Tiga
Bagian Empat
Bagian Lima
Bagian Enam
Bagian Delapan
Bagian Sembilan
Bagian Sepuluh
Bagian Sebelas
Bagian Dua Belas
Bagian Tiga Belas
Bagian Empat Belas
Bagian Lima Belas
Bagian Enam Belas
Bagian Tujuh Belas
Bagian Delapan Belas
Bagian Sembilan Belas
Bagian Dua Puluh
Bagian Dua Puluh Satu
Bagian Dua Puluh Dua
Bagian Dua Puluh Tiga
Bagian Dua Puluh Empat
Bagian Dua Puluh Lima
Bagian Dua Puluh Enam
Bagian Dua Puluh Tujuh
Bagian Dua Puluh Delapan
Bagian Dua Puluh Sembilan
Bagian Tiga Puluh
Bagian Tiga Puluh Satu
Bagian Tiga Puluh Dua
Bagian Tiga Puluh Tiga
Bagian Tiga Puluh Empat
Bagian Tiga Puluh Lima
Bagian Tiga Puluh Enam
Bagian Tiga Puluh Tujuh
Bagian Tiga Puluh Delapan
Bagian Tiga Puluh Sembilan
Epilog
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 4 (End)
COMING SOON

Bagian Tujuh

85.8K 6.5K 27
By kaneboorenyah

Seusai makan malam, Keana memilih pergi ke kamar Raven. Beruntungnya malam ini Raven akan tidur di rumah, jadi Keana punya kesempatan untuk kian dekat dengan kakak pertamanya itu.

Selagi Raven menyibak kertas dalam pangkuannya, Keana lebih asik merebahkan diri di atas ranjang sambil menyaksikan film laga, yang sengaja Raven pantulkan di dinding dengan bantuan proyektor. Harusnya Raven yang menikmati film itu sambil beristirahat, tapi Keana lebih dulu merampas tempatnya.

Alhasil Raven hanya bisa menghembuskan nafas pasrah. Lagi pula mustahil baginya untuk marah pada Keana dan Sebastian, terkecuali jika keduanya melakukan kesalahan fatal.

"Bang," panggil Keana, tanpa memutus ikatan matanya dari film yang ditayangkan.

"Kenapa?"

"Kea pengin kaya gitu!" Tuturnya, menunjuk salah satu pemeran wanita yang terlihat tangguh, entah dalam mengemudikan kuda besi maupun bertarung.

Raven langsung memutus pandangan dari buku, dan beralih pada dinding yang memperlihatkan adegan baju hantam. "Kamu pengin kuat juga?"

Keana bergumam. "Kira-kira bisa nggak ya Kea jadi cewek kuat kaya gitu?" Tanyanya, tanpa sekalipun menoleh.

"Bisa kalo kamu punya tekat buat berubah, apapun mungkin terjadi di dunia ini, selagi kamu percaya."

"Kalo sekarang Kea minta ke Mama, Papa sama Bang Raven buat kirim Kea ke tempat yang jauh, kira-kira boleh nggak?"

Pertanyaan ambigu Keana tak hanya membuat salah satu alis Raven menukik, namun turut menggerakkan kaki pria itu agar lebih dekat pada adiknya. Selama ini Raven tau perjuangan yang Keana lakukan untuk mendapat perhatian Sebastian dan juga Morgan, ia juga acak kali meminta kedua laki-laki itu untuk sedikit bersikap lembut pada Keana.

Tapi sepertinya keinginan Raven sama sekali tak diindahkan, hingga kemarin Keana dengan nekat ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Entah apakah masalah ini memiliki sangkut paut dengan keputusan Keana, tapi untuk sekarang ini Raven tak bisa membiarkan Keana sendiri. Hati gadis itu pasti sedang terluka.

"Kenapa kamu pengin pergi, hm? Karena Bang Bas lagi, iya?"

Mendengar nama Sebastian tak ayal membuat dada Keana berkecamuk. Ada perasaan bersalah dan marah yang menyatu dalam dirinya, terlebih karena hingga detik ini Sebastian masih menentang keberadaannya.

Keana mencebikkan bibir. "Kenapa jadi bawa-bawa tuh orang sih?!" Sungutnya, kesal sendiri.

Raven hanya tersenyum maklum, sebelum jemarinya bergerak mengusap puncak kepala Keana.

"Kalo bukan karena itu, terus kenapa Kea pengin pergi? Emang Kea nggak kasihan sama Mama, Papa, Abang sama Bang Ba ... ,"

"Kea nggak kasihan sama Bang Bas tuh!" Keana menyela sebal, sambil bersidekap tangan.

Raven tersenyum geli. "Ya udah, kita lupain Bang Bas dulu."

Sesaat Raven tampak menatap kosong wajah cantik Keana, sebelum hembusan nafas beratnya mengalun, dan sukses membuat bola mata Keana bergulir.

"Apa Abang boleh tau, alasan kenapa Kea pengin pergi dari rumah ini?" Raven bertanya lembut, meski sorot matanya sarat akan kekecewaan.

Keana yang menyadari perubahan ekspresi Raven mendadak kicep. Ia lupa jika Raven memiliki hati selembut sutra, meski tampilan luarnya terlihat garang. Belum lagi karena sepasang iris setajam elang, yang Tuhan berikan secara cuma-cuma.

Suara tegas nan dingin Raven juga acak kali membuat bulu kuduk lawannya meremang, meski pria itu tak sengaja menunjukkan sisi itu pada yang lain. Hal itu juga pernah Keana dapatkan, dulu sekali ketika ia melakukan kesalahan fatal yang menyangkut pautkan Sebastian.

Keana meringis kecil. "Sebenernya Kea pengin pergi sebulan buat memperbaiki diri, Kea pengin jadi pribadi yang lebih baik, Bang. Kea nggak mau jadi cewek cengeng lagi,"

"Tapi Kea kan nggak cengeng."

Bola mata Keana merotasi. Beginilah jika terlalu banyak mendapat siraman cinta, sampai-sampai si pelaku tidak menyadari jika selama ini Keana terlalu bergantung padanya. Dalam satu tarikan nafas, Keana beranjak duduk. Berhadapan dengan Raven yang sedari tadi memperhatikannya.

"Begini loh Abang ku yang paling ganteng, maksud Kea tuh, Kea pengin berubah jadi lebih kuat. Kaya cewek di film itu!" Ujarnya, menunjuk wanita yang kembali menjadi sorotan.

Mendesah lirih. "Kea capek kaya gini terus, Bang. Kea pengin mandiri, pengin bisa naik motor, pengin belajar ilmu bela diri. Jadi kalo suatu saat Kea punya masalah, Kea nggak akan selalu bergantung sama Bang Raven, atau yang lain." Keana menambahkan, tak lupa membubuhkan keseriusan dalam nada bicaranya.

"Tapi Abang nggak masalah kok, kalo Kea emang mau dan harus bergantung sama Abang."

Keana terperangah. Rupanya otak Raven sudah bebal karena terlalu memanjakannya dan Sebastian. Tak peduli berapa banyak siraman cinta yang Raven berikan, pria itu akan selalu merasa kurang, sekalipun keana maupun Sebastian mengatakan yang sebenarnya.

Keana meraup wajahnya frustasi. Di detik ketiga ia coba memasang kembali senyum, juga ekspresi seriusnya. Keana juga tak ragu untuk meraih tangan Raven, meski tindakan Keana mendatangkan sesak dalam dadanya sendiri.

"Kea nggak bisa kaya gini terus, Bang. Abang punya kehidupan, Mama dan Papa juga sama. Suatu saat Abang pasti bakal punya kehidupan sendiri, dan Kea juga kaya gitu. Nggak mungkin Abang akan selalu ada buat Kea, karena itu mulai sekarang Kea pengin belajar mandiri. Semua ini juga demi masa depan Kea, Bang." Tutur Keana panjang lebar, berharap Raven percaya akan alibinya.

Untuk sejenak, Raven hanya membisu. Tak lama ia kedapatan membuang nafas berat, bahkan senyum manisnya mendadak tak sinkron.

"Abang pikir-pikir dulu, boleh kan?"


***

Pagi datang. Bukannya merasa baik, Keana justru dipaksa mencebikkan bibir saat melihat inti Erector masih berada di rumah. Seolah tak cukup dengan makan malam berselimut keheningan, keempat remaja itu turut menginap dengan alibi besok weekend.

Keana berdecak kesal, dengan mata merotasi malas. "Nih bocah kaga punya rumah apa gimana sih?!" Sungutnya, memandangi inti Erector yang tengah berkebun di belakang rumah, bersama dengan Kanaya dan Arlo.

Sebenarnya hal semacam ini sering terjadi. Berbeda dari geng motor lainnya, Erector tak terlalu suka balapan maupun tawuran, jika tidak dipancing. Mereka lebih suka kedamaian dan melakukan aksi sosial. Meski terlihat normal, namun Erector tetap memiliki musuh abadi.

Kabar di jalanan mengatakan jika pendiri pertama Erector tadinya adalah ketua Vechter, namun ada masanya ketika dia dilengserkan secara paksa dari posisinya. Karena dendam, pada akhirnya dia memutuskan untuk mendirikan Erector. Dan alasan klasik itu yang melatar belakangi dendam keduanya.

"Kea!"

Keana yang tengah bersidekap dada dibuat tersentak, kala pekikan Kanaya menggema. Tak hanya membuatnya tersadar, namun aksi Kanaya turut menuntun perhatian Erector untuk terarah padanya.

"Kamu lagi apa sayang, sini dong bantu Mama, ada Morgan juga loh."

Salah satu alis Keana menukik. Apa-apaan suara Kanaya itu, apa dia berniat menggodanya. Karena jika iya, hal itu tidak akan terjadi lagi.

"Males ah Mam," tukas Keana, membuat punggung Morgan menegak.

"Loh kenapa, kalian lagi musuhan?"

Keana meraup wajahnya frustasi. Polos sekali pemikiran Kanaya, atau jangan-jangan ibunya sengaja mengatakan itu agar perhatian semua orang terutama Morgan terarah padanya.

"Ma!"

"Oh iya, Mama baru sadar deh, kayanya dari kemarin kamu nggak nempel sama Morgan. Kalian lagi musuhan ya?"

Keana menghela nafas. "Astaga di bahas lagi." Keluhnya, lirih.

Morgan yang tadinya tengah mencabut wortel dibuat menegang kala Kanaya menyinggung hubungannya dan Keana. Harusnya ia marah karena namanya di kaitkan, tapi Morgan juga penasaran. Apa mungkin Keana benar-benar ingin berubah, atau gadis itu hanya beralibi sebelum melancarkan serangan selanjutnya.

"Bang Raven mana, Ma?" Tanya Keana akhirnya.

"Katanya sih ada operasi mendadak, jadi Bang Raven berangkat jam tiga."

Bola mata Keana membelalak. "Jam tiga pagi?!" Pekiknya, terkejut.

Arlo mengernyit kening. "Kamu kenapa sih, Dek. Biasanya kan juga gitu, apa lagi Bang Raven itu dokter bedah jantung, jadi wajar dong."

Ah iya, Keana lupa. Raven adalah dokter bedah jantung, jadi wajar saja jika kakak pertamanya itu memiliki jam terbang yang padat.

"Kalo gitu kapan Bang Raven pulang?"

"Tumben nanya gitu, ada apa sih?" Kepo Arlo, masih berada di tempat semula.

"Nggak apa-apa, Kea cuma pengin sama Bang Raven aja. Kangen juga udah lama nggak ketemu," Keana membalas sekenanya, kemudian berlalu menjauh.

Berbeda dari Keana yang terlihat tenang, orang-orang di sana justru menautkan alis bingung. Jelas-jelas selama ini Keana selalu menempel pada Raven, meski pada Sebastian juga sama. Namun kalimat terakhir gadis itu seolah menjadi bahan perdebatan dalam kepala merek.

Arlo menyipitkan mata. "Kalo nggak ketemu beberapa jam itu bisa dianggap lama ya?" Herannya, bersama ekspresi polos yang keluar tanpa sepengetahuannya.

"Semalem Kea juga tidur di kamar Bang Raven loh Pah, sampe Mama khawatir karena Bang Raven pergi tanpa tidur dulu." Keluh Kanaya.

"Bukannya udah sering kaya gitu ya?"

"Tapi Bang Raven bilang semalem Kea nggak mau jauh-jauh dari dia, bahkan katanya semalem Kea nangis terus."

Punggung Kanaya merendah, mengikuti anak Erector yang kembali berkutat dengan sayuran di bawah kaki mereka.

"Bang Raven juga bilang kalo semalem Kea selalu ngigau, makanya Bang Raven agak khawatir kalo harus ninggalin Kea sendirian." Kanaya menambahkan.

"Apa jangan-jangan ada masalah yang nggak Kea ceritain ke kita?"

Kanaya menggeleng. "Kalo itu Mama kurang paham, soalnya Bang Raven juga nggak cerita." Balasnya lemah.

Selagi pasangan suami istri itu bertukar pikiran, Arden memilih untuk lebih dekat pada Sebastian yang sedari awal sengaja menulikan pendengaran.

"Bas!"

Karena tak mendapat respon, Arden sengaja menyikut perut Sebastian hingga membuat laki-laki itu memekik sadar.

"Ada apa Bang?"

"Kamu nggak apa-apa kan, Bang?" Pertanyaan beruntun Arlo dan Kanaya membuat Sebastian membulatkan mata, sebelum akhirnya menggeleng.

Beruntungnya Kanaya dan Arlo tak ada niatan untuk memperpanjang keingintahuan mereka, jadi masalah bisa langsung selesai saat Sebastian memamerkan senyumnya. Begitu perhatian orang tuanya tertuju pada sayuran, barulah Sebastian melempar tatapan membunuhnya pada Arden.

"Lo pengin mati?!" Sebastian mendesis tajam.

Seolah tak merasa bersalah, Arden justru terkekeh kecil. "Ngomong-ngomong Adek lo kenapa?"

"Tumben banget lo peduli?!" Sinis Sebastian, seringainya tergantung angkuh.

"Bukan peduli kali, kita cuma jaga-jaga aja, takutnya Kea malah lepas kendali lagi." Papar Arlo, dibuat sekalem mungkin.

Sebastian mendengus kasar. "Kaga tau, kalo lo kepo tanya sendiri aja sama tuh bocah!" Sungutnya kesal.

"Nih bocah, di tanya juga!"

Diam-diam Morgan menggigit bibirnya. Sebenernya apa yang lo rencanakan, Keana. Kenapa sikap lo jadi kaya gini?. Batinnya, terbesit perasaan tak nyaman dalam dadanya.

***

Vomennya jangan lupa, oke?

Continue Reading

You'll Also Like

708K 80.9K 45
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
2.5M 275K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
16.4M 655K 38
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
2.2M 105K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞