MAAF YAAA UDH LAMA GA UPDATEE, LG SIBUKK HUHU
INII GUE NGANTUK BGT LG NGETIKNYA, DEMI KALIAN! <3
ENJOYYY
---------
Alex POV
"Rolf, aku harus apa? Natalie marah," lirihku, tidak bersemangat. Kaki ku yang lemas sampai tidak kuat menapak lantai dan terduduk di kasur dengan lemah.
Kertas yang berisikan ujaran kebenciannya masih ku pegang erat-erat dalam keadaan remuk. Kurasa ini pertama kalinya Natalie mengusirku, ditambah lagi dia tidak pernah mengucapkan kata cinta, membuatku semakin overthinking saja.
Padahal semuanya berjalan normal beberapa hari ini, Natalie masih penurut dan kami berhubungan layaknya suami istri pada umumnya. Bukankah hal yang wajar jika aku memintanya terus menerus?
Natalie sangat cantik, tidak mungkin aku menyia-nyiakannya. Dan mengenai pakaian, untuk apa dia mengenakannya lagi jika akhirnya akan ku telanjangi.
Aku merasa tidak ada yang salah, keinginannya ke luar negeri saja aku iyakan walaupun tidak rela. Waktu kami akan banyak terbuang di pesawat dan aku benar-benar membenci hal itu. Butuh waktu yang lama untuk aku menyetujuinya.
Namun, tiba-tiba saja dia marah dan mogok bicara padaku.
Aneh sekali.
Rolf terlihat manggut-manggut dalam pikiranku dengan pandangan mata ke atas, menelaah.
"Kurasa dia tidak puas sama permainanmu, Al. Mungkin milikmu sudah loyo," ucapnya dengan menyipit sinis, membuatku terbelalak.
Mendengar ucapannya, aku merasa sedikit tersinggung. Enak saja membawa-bawa kebanggaanku, Natalie saja pernah bilang terlalu besar.
Melihat ke arah bawah, aku membuka celanaku sendiri dan melihat kemaluanku yang kekar. Masih tetap kencang seperti biasanya, bahkan sudah sedikit menegang hanya dengan membayangkan tubuh Natalie.
Semua yang berhubungan dengan wanitaku, selalu berhasil memancing sesuatu di dalam sana. Dan dapat ku pastikan tidak seperti yang diucapkan Rolf.
"Mana mungkin begitu! Natalie tidak pernah menolak lagi setiap ku ajak berhubungan—lebih tepatnya dia tidak mau mendesah, tidak mau bergerak, dan hanya diam seperti patung," jelasku dengan mencicit.
Menyadari hal itu, membuat bibirku mengerucut sedih. Natalie tidak mau memuaskanku lagi, walaupun sudah berkali-kali ku pancing.
Tiga hari terakhir ini aku seperti kehilangan nyawa. Kami tetap melakukannya, akan tetapi selalu ada yang kurang.
Keningku mengerut, masih berusaha mencari alasan Natalie harus se-marah itu. Apa karena eskrim? Kurasa tidak. Pikiranku jenius, dia suka eskrim dan juga suka diriku, karena itu aku membalurkannnya menjadi satu.
Anehnya, raut wajah senangnya dengan cepat dia gantikan dengan kecewa. Kurasa itu terakhir kalinya Natalie menurutiku. Setelahnya hanya ada raut cemberut yang terpasang di wajahnya.
"Kau payah sekali, mengurus wanita saja tidak bisa. Jelas sekali kau melakukan kesalahan, bodoh!" tampar Rolf yang membuat alisku menyatu. Kalau serigala ku berkata begitu, sudah pasti memang ada yang salah.
Menggeleng, beribu kali aku memikirkannya pun, tetap tidak menemukannya.
"T-tapi aku selalu berbuat baik pada Natalie, aku tidak mengikatnya lagi saat bercinta," ungkapku dengan jujur. Padahal aku suka bermain kasar, akan tetapi Natalie selalu menolaknya. Karena itu aku menahan diriku agar tidak menyakitinya. Tidak mengikat tangan, tidak ada alat, ataupun benda lainnya.
Sebuah peningkatan, bukan, aku dapat menahan itu semua.
Namun, Rolf menggeleng yakin.
"Bukan itu! Dugaanku adalah karena kau kurang tampan, Al. Dibandingkan denganku, kau berada jauh di bawah. Mungkin Natalie merindukanku, dan salahmu adalah karena tidak peka dengan hal itu. Bukankah ini waktunya aku berduaan dengan wanitaku? Rawr," ucap Rolf dengan percaya dirinya.
Kakinya melompat kesana-kemari, kesenangan dengan auman yang kencang. Jangan lupakan rambutnya yang berterbangan seperti iklan shampoo.
Berbeda denganku yang melihatnya malas. Tidak, aku tidak mau berbagi Natalie dengan Rolf. Serigala itu sangat serakah. Sekali aku memberikannya tubuhku, dia tidak akan mau kembali menjadi manusia.
Apalagi jika berhubungan dengan mate-nya, sudah pasti akan sangat lama.
Natalie hanya milikku, aku tidak ingin membaginya dengan siapapun, termasuk Rolf.
Namun, tubuhku yang sangat lemah dapat dengan mudah diambil alih olehnya. Tanpa aba-aba, Rolf memperbesar ukurannya hingga badanku terasa seperti akan meledak. Tulang-tulangku remuk dan terasa sangat sakit dari berbagai sisi.
Belum lagi kepalaku yang pusing dan pandangan mata yang memburam, tanpa sadar aku menghempaskan seluruh barang di atas meja dengan kasarnya. Walaupun sudah sering melakukannya, aku masih belum terbiasa dengan rasa sakitnya.
"Alex?" suara Natalie yang sudah lama tidak ku dengar. Langkah kakinya yang mungil terlihat mendekat dengan deru napas yang kencang.
Ku tatap ekspresinya yang khawatir, sangat cantik hingga membuatku menggila. Sudah lama aku tidak melihat raut wajah lainnya selain terdiam. Hal itu berhasil membuat jantungku berdebar kencang dan ingin cepat-cepat menghampirinya.
Aku juga ingin mendengar lebih banyak suara merdunya, sayangnya Rolf lebih cepat berulah membuat tubuhku menjadi serigala yang sangat besar di hadapannya.
Wajah Natalie yang mendongak tampak terkejut hingga kakinya mundur beberapa langkah. Tangannya yang memegang selimut pun tampak bergetar hebat.
Aku baru ingat jika sudah lama Natalie tidak melihat Rolf, hal yang wajar jika wanita itu ketakutan. Rolf pasti terlihat menyeramkan dengan gigi runcing yang keluar dari mulut dan tatapan tajam hewan buasnya yang menghunus.
Melihat mate-nya hanya terpaku, serigala itu terdiam di tempat dan duduk dengan kedua tangannya yang terlipat. Ekornya bergerak ke kanan kiri di belakang sana dengan telinga yang terbuka lebar.
Senyum mesum tampak sangat jelas di bibirnya, ditambah lagi dengan pikiran kotornya yang sudah menelaah bentuk tubuh Natalie.
Dasar serigala mesum!
Tidak ku sangka, senyum Natalie melebar dan kakinya mendekat dengan antusias ke arah kami. Tangannya bergerak mengelus bulu-bulu Rolf yang tebal dan memeluknya erat.
"Aku suka hewan berbulu, kau sangat menggemaskan, Rolf!" ucapnya dengan nada melengking, menunjukkan rasa antusiasnya.
Tanpa aba-aba pula, kepalanya bersandar pada perut serigala itu dan membenamkan dirinya di sana. Natalie merenggangkan tangannya dan menguap lebar.
"Aku sudah memimpikan ini dari lama, tertidur di atas badanmu terasa sangat nyaman, Rolf. Aku menyukainya!" lanjutnya yang membuatku terbakar api cemburu. Ucapannya yang ambigu menimbulkan rasa iri dan dengki pada serigalaku sendiri.
Aku juga ingin Natalie tertidur di atas badanku. Apalagi jika tangannya memelukku erat, pasti akan nikmat.
Natalie tidak pernah melakukan hal itu padaku, selalu saja aku yang memulainya. Aku juga baru sadar jika wanita itu tidak pernah balik mengagumiku. Padahal Rolf saja dengan mudah bisa mendapatkannya.
Astaga, apa aku sebegitu tidak menariknya hingga Natalie selalu terdiam jika bersamaku? Rasanya aku ingin menjadi Rolf saja, tidak mau kembali menjadi Alex.
Setidaknya melihat raut wajahnya yang ceria dengan berbagai ekspresi menyembuhkan luka di hatiku. Tiga hari itu adalah waktu yang lama, terasa hambar hingga aku lupa betapa cantiknya wanitaku saat tersenyum.
Sayangnya, Natalie hanya melakukannya pada Rolf. Ditambah lagi dengan ucapannya yang berhasil menyakitiku, aku merasa hubungan kami semakin merenggang saja.
"Bawa aku keluar, Rolf! Aku bosan sekali di kamar ini. Aku ingin pergi kemanapun, denganmu. Jangan cepat-cepat berubah, ya, aku belum siap bertemu Alex. Kau saja yang tidur bersamaku, ya?"
-----------------
PADA MAU ALEX DISIKSA DULU KANN?? NII GUE KASIHH😎😎
TEBAKK NATALIE ROLF BAKAL NGAPAIN AJAA?
NEXTNYA MAU POV NAT ATAU ALEX??
JAWABBB BURUANN DITUNGGU HEHEHE
JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YAA KALAU MAU CEPET UPDATE
100 KOMEN DULU GA SIEE?! HEHEHE
GUE SEMANGAT NI KALAU KOMENNYA BNYK🥺🥺
LOVE YOUU🤍