Incomplete: Part 2. Other Pie...

By sooyaas_state

7.6K 1.2K 336

Cita-cita itu kini menjadi masa lalu konyol yang memuakkan. Kehidupan tidak akan pernah bisa adil bagi semua... More

1. The Dark Heart
2. Bitter Slices
3. Emotions
4. New Family
5. Bland and Strong Favor
6. Animosity
7. Writhe
8. Glimmer of Light
9. Lisa's New World
10. Glazed
11. Our Hearts
12. Tranquil Heart
13. Youth
14. UBM
16. A Glimpse of Us
17. Admit
18. Strive
19. Implant
20. Different World
21. Live Through
22. Faith
23. Life Moves On
24. Link
25. A Bright of Hope

15. Craziness

229 48 11
By sooyaas_state

Jaejun dan Tiffany berdiri di depan mesin pembuat kopi di dekat jendela. Keheningan di antara mereka terasa biasa saja. Tiffany sedang sibuk memikirkan kekalutan kakaknya, juga kesembuhan Jisoo. Tiffany ingin bisa menemukan jalan tengahnya. Sebuah jalan yang dapat menyembuhkan Jisoo sekaligus membuat Taeyeon bisa tenang.

Tiffany langsung menerima kopi yang Jaejun ulurkan. "Terima kasih." Mata Tiffany masih memandang langit biru di luar.

"Mungkin terlalu simpel." Jaejun berhasil menarik perhatian Tiffany dengan itu.

"Apanya?"

"Caraku menjelaskan UBM. Chipnya memang tidak terlalu besar dan penjelasanku tentang pemasangannya seperti aku berkata tinggal menempelnya. Untuk benda dengan ukuran tidak terlalu besar itu, kami telah melalui banyak hal. Kami tidak asal-asalan menginginkan Nona Jisoo sebagai calon pengguna. Kami menghargai nyawa manusia."

"Benarkah? Di sini tidak pernah dilakukan eksperimen ilegal? Siapa tau kalian menculik orang untuk percobaan."

"Meski dirahasiakan, ini badan resmi, Nona Tiffany. Khusus militer."

"Apa tidak ada tentara yang lumpuh? Kenapa tidak mencoba pada mereka?" Tiffany menyesap kopinya.

"Karena memang tidak ada yang mau. Sebagai informasi tambahan, dalam proses implan, kami juga bisa menghapus ingatan yang tidak diinginkan. Menurut perhitungan dan eksperimen pada hewan, ingatan traumatis dapat membuat penggunaan chipnya tidak maksimal. Jadi, kalau mungkin Nona Jisoo pernah mengalami kejadian yang bisa mengakibatkan trauma, kami bisa menghilangkan ingatannya. Sangat luar biasa, andai ini memang berhasil. Namun, artinya semua ingatannya akan terhapus."

Itu sempurna. Tiffany cuma diam memikirkan. Hal sesempurna ini, apa sungguhan bisa terjadi tanpa harus membayar lebih?

Di lain situasi, Taehyun tengah berdiri membelakangi pintu, dia menunggu Taeyeon masuk.

Tidak menanti sampai Taeyeon benar-benar mendekat, Taehyun berbalik beberapa saat setelah mendengar pintu dibuka lalu ditutup kembali.

Wajah Taeyeon masih masam karena sesungguhnya tidak tertarik melakukan ini. Namun, saat mendongak, langkah cepat berbalut kesalnya memelan, tak cukup bahkan telah berhenti sempurna.

Udara masih sama ringannya, namun Taeyeon merasa kesulitan bernafas. Taeyeon tidak berniat, tapi pelupuknya sudah penuh air mata. Lebih dari perasaan lainnya, Taeyeon hanya dapat merasakan hatinya sangat terluka.

Taeyeon tidak ingin, tidak bisa berjalan lebih dekat. Sesungguhnya dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Harus seperti apa sikapnya saat bertemu cinta pertama yang dia kira sudah lama telah tiada.

Jarak mereka perlahan terkikis sebab Taehyun mendekatinya.

"Tolong tetap di sana!" Taeyeon perlu menenangkan diri dan meredakan banyak spekulasi di kepala.

Mereka berdiri dalam jarak ditemani senyap. Hanya tangis Taeyeon yang samar-samar terdengar. Taeyeon memaksa dirinya tenang menghapus air mata.

"Bagaimana kau bisa ada di sini? Apa salahku padamu, Soohyun?"

Taehyun, tidak, Soohyun masih berdiri tegak. Pelan-pelan berjalan mendekati Taeyeon. Memang akan seperti ini situasinya. Soohyun sudah memperkirakan. Mungkin Taeyeon akan sangat membencinya.

Meski sudah tahu ini sepenuhnya salahnya, dan sudah yakin Taeyeon akan sangat membencinya, Soohyun menarik Taeyeon ke pelukannya.

Taeyeon tidak bisa lagi merasakan ketenangan yang dulu dia rasakan setiap kali memeluk Soohyun. Hati Taeyeon terus memekikkan rasa sakit.

Meski hidup Taeyeon belum sangat sempurna, tapi dia telah menemukan putrinya yang tujuh belas tahun lalu dibuang ayahnya karena kekasihnya sudah meninggal. Namun, sekarang kekasihnya itu ada di depannya, begitu sehat, sementara Taeyeon selalu merasa sekarat.

Hidup Taeyeon berjalan dengan batasan kebahagiaan yang kini bisa dia lihat dengan jelas. Taeyeon merasakan hidupnya sangat sempurna sampai hari kelahiran putri pertamanya. Setelah itu, dia langsung merasa seperti mati begitu kekasihnya dikabarkan tewas dan ayahnya sendiri membuang putri Taeyeon yang baru lahir.

Perlahan, Tae-soo hadir lalu dilengkapi dengan Jennie. Mereka menjadi satu keluarga yang membuat Taeyeon merasa kembali utuh. Saat Taeyeon sangat berusaha menjaga keutuhan itu, dia menemukan Jisoo. Seorang anak yang begitu dia benci, namun ternyata anak itu adalah putrinya. Hati Taeyeon kembali dibuat sekarat.

Sekarang Taeyeon sedang berusaha kembali menata keluarganya. Berusaha menunjukkan dan membuktikan kasih sayangnya pada Jisoo. Taeyeon merasa dipermainkan takdir saat dia kembali melihat Soohyun di sini.

Taeyeon mendorong Soohyun pelan agar Soohyun melepaskan pelukan.

"Kenapa?" Tatapan Taeyeon menatap sepenuhnya pada Soohyun. Sedikit ruang hati Taeyeon berdoa alasan Soohyun bisa diterima hatinya.

"Aku hancur. Semuanya hancur saat itu. Aku ketahuan melakukan eksperimen ilegal pada manusia. Aku akan dipenjara dan kehilangan semuanya. Aku harus mencegah itu terjadi padaku, Taeyeon-ah. Oh Soohyun harus dianggap mati, sehingga bebas dari hukuman."

"Lalu bagaimana denganku? Bagaimana denganku dan anak kita, Oh Soohyun? Kenapa kau tidak memikirkan kami? Kenapa kau bisa seegois itu padaku? Kau menghancurkan hidup putri kita karena ambisimu! Kenapa tidak mengatakan apa pun padaku? Aku sanggup menunggumu meski sejuta abad. Kenapa kau tidak mempercayaiku? Apa semua cinta di matamu yang selalu aku lihat dulu hanya sebatas di sana? Apa aku tidak pernah benar-benar berarti di hatimu? Apa kau tau betapa sekaratnya aku selama ini? Rasanya seperti lebih baik jika aku mati."

"Benarkah kau semenderita itu? Kalau begitu di mana anak kita sekarang? Kau menikah dengan Han Tae-soo lalu memiliki Han Jennie. Kau melupakanku begitu cepat. Kita sama berdosanya. Kau meggugurkan atau mungkin membuang anak kita dan melanjutkan hidup dengan kemewahan dan kebahagiaan. Tidak perlu mengarang cerita seolah hanya kau yang paling kesakitan. Berkat UBM, badan negara bersedia membantu membersihkan namaku. Aku sibuk memperbaiki semuanya, aku berusaha keras. Namun, saat aku hendak kembali, kau sudah menikah dengannya!"

Taeyeon tidak ragu menamparnya. Itu membuat Taeyeon sadar, dia memang sudah kehilangan Soohyun sejak kabar kematian yang ternyata palsu itu tersebar. Dia sudah menyia-nyiakan banyak waktu untuk menangisinya. Ratapan tangisnya untuk Soohyun sangat tidak berguna. Taeyeon tidak mengenali pria ini.

"Asal kau tau, Oh Soohyun. Aku masih sangat mencintaimu, sampai aku melihatmu lagi hari ini. Sebaiknya kita tidak pernah bertemu lagi. Kau memang tidak perlu tau apa saja yang kulalui. Aku tidak perlu menjelaskan apa pun padamu. Putri kita, luka, air mata, semuanya, itu hanya milikku. Aku tidak ingin berbagi denganmu."

Soohyun menarik Taeyeon dari langkah kepergiannya.

"Putri kita? Apa maksudmu? Di mana dia?"

"Aku tidak ingin menjawabnya, dan kau tidak punya hak menanyakannya. Urusi saja eksperimen dan bangunan besarmu ini. Inilah yang kau perjuangkan. Kau pantas merasa kesepian."

"Han Jisoo ... dia--"

Taeyeon menghempas tangan Soohyun tanpa perlu menjawab.

Soohyun berusaha mengejarnya. Dia ingin mengambil lagi hati Taeyeon yang pernah jadi miliknya. Soohyun ingin mendapatkannya kembali.

Saat sudah keluar, kini tepat di depan pintu, Taeyeon melihat suami dan kedua putrinya dari jauh. Taeyeon segera berbalik, membersihkan air mata juga ekspresi yang sebelumnya mungkin berantakan.

Taeyeon melatih bibirnya tersenyum untuk menyambut mereka yang semakin mendekat.

Soohyun memandang sejauh mata Taeyeon menatap. Hatinya mengaku kalah saat melihat Tae-soo begitu akrab dengan kedua putri Taeyeon. Selain suami yang baik, kelihatannya Tae-soo juga ayah yang sempurna. Soohyun dan Taeyeon pernah memimpikan itu bersama dulu. Bermimpi mereka bisa hidup bersama dan membuat keluarga kecil yang harmonis.

"Kau lihat pria itu, Soohyun? Hatinya, cintanya, dia memberikan semua miliknya padaku. Dia suamiku. Punya istri seperti aku yang tidak bisa memberikan seluruh hatiku padanya karena masih mencintai pria yang menjadi bagian dari masa laluku. Rasa sayangnya pada Jisoo bahkan melebihi rasa sayang ayah Jisoo sendiri. Demi Tuhan, jangan katakan apa pun pada putriku. Dia telah melalui terlalu banyak hal karena aku dan kau."

"Sepertimu ... putriku sangat cantik. Aku juga berhak atasnya, Taeyeon. Biarkan dia melakukan implan."

Draft-ku tinggal satu🌞 haruskah kita double up guys?

Continue Reading

You'll Also Like

123K 9.8K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
53.9K 6.3K 54
[Versi Remake dari SISTERS] "Setiap orang ingin menjadi pahlawan dalam cerita besar dunia, tapi aku hanya ingin memiliki kesempatan untuk memeluk mer...
171K 23.4K 16
Dia selalu menjaganya. Rela mengorbankan segala hal untuk adik tercinta. Walaupun kenyataannya mereka tak memiliki hubungan darah, namun kasih mereka...
4.3K 453 3
"Berpikir kemanusiaan di akhir kejahatan, dan mempertimbangkan hukuman untuk setiap keburukan. Aku merasa telah menjadi orang yang baik, tapi tidak p...