OMOOO INI DOUBLE UPDATE GA SIHH?? SIAPA YG SENENGG?
ENJOYYY
---------
"Tarik ucapanmu, Nat! Apa maksudmu mengatakan hal itu?" tanyaku dengan napas yang memburu.
Tatapanku menghunus tajam menatap wanita di hadapanku. Tidak ada kata lain selain marah dan terkejut, aku hanya tidak menyangka Natalie bisa mengatakannya sejelas itu.
Otakku sudah berkelana liar dengan banyak pikiran buruk di dalamnya. Jujur saja ucapannya berhasil menyentil martabatku sebagai laki-laki, tidak ada yang pernah menyinggungku soal itu sebelumnya. Apalagi ini Natalie.
Refleks mataku menatapnya nanar, mencari kebohongan di sana. Sayangnya, dia tidak mau menatapku sama sekali. Wajahnya hanya menunduk dengan jari-jari yang saling bertaut.
Yang ku tahu bibirnya terlihat gemetar, seperti tidak yakin dengan ucapannya sendiri. Atau mungkin, karena ini pertama kalinya Natalie berkata jujur seperti itu padaku.
Aku tidak bisa menebaknya.
Helaan napas kembali terdengar dari bibir mungilnya, seakan belum puas menikamku dengan perkataannya.
"Aku ingin putus karena hal itu, Al. Aku tidak peduli mau kau bersama Natasha ataupun wanita lainnya. Aku hanya ingin memutuskanmu karena kau memang tidak bisa membuatku puas!" ucapnya dengan yakin, tanpa ada keraguan sama sekali.
Jantungku berdegup cepat melihat matanya yang memandangku sinis. Meneguk ludah kasar, aku merasa tidak nyaman dengan keadaan saat ini.
Langkahku sampai mundur dan kepalaku menoleh ke arah lain, takut terbuai dengan kecantikan Natalie. Tanganku memegang rambut dan menariknya kencang agar kesadaranku kembali normal, walaupun itu semua sia-sia. Wanginya yang sangat harum menusuk hidungku hingga telingaku tidak bisa fokus mendengarnya.
Aku ingin bersama Natalie, apapun pendapatnya tentangku. Ini gila, bahkan aku merelakan harga diriku diinjak-injak seperti ini tanpa ada pembelaan.
Anggap saja aku sedang tuli dan tidak dapat mendengarnya sama sekali.
Perlahan, aku kembali mendekat dan menggenggam tangannya lembut. Natalie langsung menghempaskannya, akan tetapi aku tidak menyerah, terus menerus aku melakukannya.
"Natalie sayang, aku tahu kau sedang marah padaku. Akan tetapi jangan seperti ini, ya, kita omongin baik-baik setelah pria itu ku bunuh!" pintaku dengan senyum lebar, membujuknya.
Bukan senyum senang seperti biasanya, akan tetapi senyum hampa dengan mata yang menatap putus asa.
Tanganku mengenyampingkan rambutnya ke belakang telinga dan mencium pipinya tanpa aba-aba, membuat Natalie mundur dan mendorong dadaku. Secara sigap pula dia mengelap pipinya seakan jijik dengan sentuhanku.
Melihatnya seperti itu saja, amarahku kembali bangkit hingga ke ubun-ubun. Ini semua pasti karena Bryan! Entah apa yang dilakukannya pada wanitaku, yang pasti aku sangat membencinya.
Natalie tidak pernah menolakku sebelumnya, semuanya berubah sejak mengenal Bryan. Sontak mataku menatap tajam pria itu dan melangkah tegas ke arahnya. Tanganku mengepal dan gigiku bergemelatuk, ingin cepat-cepat membunuhnya.
Namun, tangan lembut seseorang menahanku. Dia menarikku kuat dan langsung berdiri di tengah-tengah kami, seperti sedang menjaga prianya dari binatang buas.
"Alex, aku serius! Ini semua tidak ada urusannya dengan Bryan, jangan menyentuhnya se-inci pun!" tegasnya dengan menunjukku penuh amarah.
Tubuhnya yang gemetar, seakan takut aku menyentuh pria itu sedikit saja. Ini pertama kalinya aku melihat Natalie membela pria lain di hadapanku.
Tangannya terbuka lebar, menghalangiku dari Bryan dengan tubuh mungilnya. Padahal dibandingkan vampir itu, tentu saja wanitaku lebih lemah. Akan tetapi, dia tetap merelakan tubuhnya untuk ku hajar terlebih dahulu.
Matanya terpejam erat dengan wajah yang menunduk, bersiap menerima tonjokanku, yang mana mungkin bisa ku lakukan.
Bahkan hanya dengan menaikkan sebelah tanganku saja, aku sudah merasa sangat bersalah.
Menggigit bibir dalam, aku menatapnya bertanya dengan pandangan menelaah.
"Kenapa? Karena Bryan lebih memuaskanmu, iya? Apa hanya itu yang ada pikiranmu?" tanyaku datar, tanpa ada maksud menyinggungnya. Aku hanya ingin jawaban.
Apapun yang dikatakan Natalie aku akan mempercayainya, karena dia adalah mate-ku. Sekalipun itu hal buruk, tidak ada pilihan lain selain menerimanya. Karena itu tahan Alex! Kau tidak boleh memarahi wanitamu atau dia akan kembali ketakutan. Tahan.
Namun, bukannya mendapatkan jawaban. Natalie terus saja menyerangku dengan ucapan-ucapannya yang menyakitkan. Dadaku terasa berat seakan ada batu besar yang menghimpitnya, aku benar-benar membenci perasaan ini.
Perasaan direndahkan dan tidak dihargai.
"Apa bedanya denganmu? Bukankah kau juga memikirkan hal itu padaku, Natasha, dan wanita lainnya? Kau memiliki banyak simpanan, Al, jangan bertingkah sok suci seperti itu," sindirnya dengan memukul-mukul dadaku berulang kali.
Natalie terlihat sangat frustrasi, tangannya terasa lemah dan helaan napasnya terdengar berulang kali. Aku sampai terpaku, tidak tahu harus berbuat apa.
Memarahinya terasa percuma dan mengasihaninya pun seperti bukan pilihan yang tepat. Hal yang bisa ku lakukan hanyalah menyalahkan diriku sendiri karena sudah membuat Natalie seperti ini.
Tidak, aku tidak mau menyerah di sini. Apalagi meninggalkan Natalie bersama pria lain, tidak akan pernah terjadi.
"Kita pulang ya, cantik. Kau mau apa? Nanti aku belikan, eskrim suka?" tanyaku dengan sedikit menunduk hingga wajah kami sejajar. Aku seperti tengah membujuk anak kecil yang sedang mengambek.
Senyumku yang pahit masih berusaha ku tahan agar Natalie tidak takut. Setidaknya aku harus menunjukkan bahwa aku tidak terpancing amarah. Aku bukan monster seperti apa yang dia pikirkan.
Seakan belum cukup, ucapan Natalie selanjutnya membuatku terdiam kaku.
"Tidak mau, kita sudah putus! Aku bebas melakukan apa saja tanpamu, Al. Bahkan bercinta dengan Bryan sekalipun, kau tidak bisa mengaturku lagi!" jawabnya yang masih kekeuh.
Menggeram marah, napasku terasa memburu menelaah perkataannya. Pertama, Natalie memutuskanku lagi dan kedua dia membawa-bawa nama pria lain. Otakku terasa pusing dengan mata yang memburam.
Tidak, aku tidak bisa menahannya lagi. Dengan cepat, aku menarik tangannya kuat dan melangkah pasti ke pintu keluar.
Aku tahu jika berlanjut lebih lama, hanya akan ada kata-kata kasar yang keluar. Karena itu yang bisa ku lakukan hanyalah membawanya pulang dan menenangkannya di sana.
Natalie tidak mungkin serius dengan ucapannya, setidaknya hanya itu yang bisa menenangkan pikiranku saat ini.
Ringisannya terdengar sangat kuat, menandakan wanita itu kewalahan mengikuti langkahku. Kakinya terseok-seok hingga badannya kadang kala terjatuh, akan tetapi tidak ku pedulikan sama sekali. Pikiranku kalut dan otakku hanya dipenuhi amarah. Aku tidak bisa memikirkan hal lain selain kebencian dan ketakutan yang teramat sangat.
"Lepas! Kau bukan siapa-siapaku lagi. Jangan menggangguku dengan muncul di hadapanku seperti ini, aku membencimu, Al. Apa kau tidak mengerti?" teriak Natalie dengan sesekali menggigit tanganku.
Tangannya menghentak-hentak, ingin bebas dan kakinya menendangku berulang kali.
Seperti pahlawan kesiangan, Bryan pun ikut campur menghalangi jalanku dan menahan bahuku kuat. Hanya dengan melihat wajahnya saja, hatiku terasa panas.
Aku ingin menyingkirkannya, jika saja Natalie tidak membelanya. Ditambah lagi dengan ucapannya yang ikut memancingku.
"Lepas, Al! Biarkan Natalie memilih dia mau bersama siapa, kau terlalu memaksanya."
Menggigit bibir kuat, aku menahan hasrat untuk membunuh dan menatapnya dengan tajam. Mendengarkan ucapannya, tanganku melepaskan Natalie dan menyamakan tinggi kami hingga kini wajahnya kembali sejajar denganku.
Aku akan membuatnya jelas bahwa Natalie hanya memilihku, tanpa perlu ku paksa. Dan Bryan sudah seharusnya mundur, jangan menghalangi kami lagi.
Tanganku memegang kedua bahu Natalie dan mengunci pandangannya. Senyumku lebar, hanya saja mataku tidak dapat berbohong. Aku menatapnya dengan kosong dan pasrah.
"Aku sudah menjelaskannya, sayang. Wanitaku hanya kamu! Natasha menggunakan kekuatannya hingga semua orang menfitnahku yang tidak-tidak. Bukankah kau yang lebih tahu bagaimana rasanya? Kita sama-sama ditipu oleh medusa itu! Karena itu ikut aku pulang, Nat. Kita lupakan semua ini dan kembali menjadi Alex Natalie sebelumnya, kau menginginkannya juga, kan, sayang?" tanyaku penuh harap.
Aku sudah menjelaskan semuanya, tidak ada lagi yang ku tutup-tutupi.
Bahkan saat banyak gosip yang tidak-tidak tentang Natalie, aku tetap menerimanya. Aku lebih memilih membuktikannya sendiri dan mencintai wanitaku apa adanya.
Bukankah artinya masih ada harapan untukku juga? Natalie tidak mungkin sejahat itu, kan, membuangku begitu saja hanya karena ucapan orang-orang yang tidak benar tentangku.
Seharusnya seperti itu.
Namun, ucapan Natalie selanjutnya meruntuhkan kepercayaan diriku.
Seperti tertampar kenyataan, aku baru sadar jika selama ini Natalie tidak pernah melakukan sesuatu untukku tanpa ku suruh. Dia seperti boneka kayu yang ku gerakkan sesuai kemauanku.
Dan saat kali ini aku tidak memaksanya, Natalie terus menerus menolakku. Seperti yang dia lakukan sedari dulu.
"Tidak mau, aku melihatnya sendiri. Kau sudah melakukannya dengan Natasha. Aku memilih Bryan, Al. Kau yang harus pulang, ini rumah kami."
-------------
SIAPAAA YANG SEBEL SAMA NATALIEE?
SIAPAAA YANG SEBEL SAMA ALEXX?
SIAPAAA YANG SEBEL SAMA BRYAN?
SIAPAAA YANG SEBEL SAMA AUTHORNYA?
JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YAAA BIAR CEPET UPDATE EHEHEHHE
LOVE YOUUUU🤍